Rabu, 12 Juni 2013

IHSG Bottom 4.500?



Ada apa dengan market? IHSG mau kemana?

Market saham BEI dua minggu ini adalah yang terburuk tahun ini. 

Sebenarnya apa yang telah terjadi?

Kondisi makro ekonomi Indonesia yang buruk ditambah dengan market regional yang tidak bersahabat telah memporak-porandakan IHSG.
Asing keluar besar-besaran dengan hitungan rata-rata Rp 1 T setiap hari. Sampai kapan? Minggu depan naik?

Kalau kita melihat chart IHSG weekly, kita tarik garis trend line, maka posisi 4.609 (penutupan 11/6/2013) sudah mendekati titik trend line bawah di titik 4.500. Siap-siap belanja dengan horison jangka pendek karena market sedang berdarah-darah.

Anda hanya dapat membeli untuk horison agak lama jika trend line turun terpatahkan dengan konfirmasi trend line naik.

Chart Daily atau Weekly?

Analisis teknikal selama ini dianggap cocok untuk pemain jangka pendek. Namun sebenarnya analisis teknikal itu cocok diterapkan untuk semua tipe pemain. Mau yang mempunyai horison jangka pendek, jangka menengah ataupun jangka panjang.

Untuk pemain dengan horison jangka menengah dan panjang, maka cocoknya adalah selain melihat chart daily, fokus utama adalah chart weekly ditambah dengan chart monthly.

Pada chart daily, oleh karena volatilitas harga harian, untuk menarik gari-garis trend line adalah lebih susah daripada chart weekly ataupun monthly. Kalau kita mengambil acuan dari chart weekly, maka bias harga dari chart daily akan berkurang banyak. View akan lebih mantap untuk meramalkan pergerakan harga ke depan. Kita akan gampang menarik garis tren. Akan lebih gampang menentukan major trend dan support dan resistance.

Untuk saya sendiri saya cenderung memakai chart weekly untuk menganalisis pergerakan harga. Jenis chart yang saya pakai adalah candle sticks yang mana lebih kuat menunjukkan adu kekuatan antara pembeli dan penjual, antara pemenang dengan pecundang dan antara pemain utama dengan pemain cadangan.


Selasa, 11 Juni 2013

Analisis Trend Line



Waktu awal-awal mengenal analisis teknikal saya mencoba hampir semua alat yang disebutkan bahkan saya menciptakan indikator saya sendiri. Namun pada akhir saya harus menyerah dari analisis teknikal. Tapi ada satu tool yang tidak pernah saya tinggalkan. Saya selalu mengintip dulu trend dari sebuah saham dan mengabaikan semua indikator lainnya. Ya, saya menggunakan analisis trend line harga saham.

Trend line pada dasarnya telah mencakup banyak sekali alat teknikal di dalamnya. Trend line telah meliputi indikator overbought dan oversold, resisten dan support, bahkan moving average atau mungkin juga fibonacci retracement. Gelombang-gelombang yang telah muncul dan akan muncul juga bisa digambarkan dari sebuah trend line.

Saham yang sedang menurun tergambar dari trend line yang menurun. Saham yang sedang mendatar tergambar dari trend line yang mendatar. Begitu juga saham yang sedang naik.

Jika Anda mencari saham, Anda bisa masuk ketika saham tersebut menyentuh trend line bawah dan akan dijual ketika menyentuh trend line atas. Ketika trend line bawah (support) ternyata jebol maka itu namanya break ke bawah, trend line atas jebol berarti break ke atas. Jika Anda suka teori Darvas Box maka trend line mutlak dianalisis.

Trend line atas yang jebol bisa menjadi support selanjutnya, begitu juga trend line bawah yang jebol bisa menjadi resisten selanjutnya.

Segala macam flag hampir pasti juga mengikutkan analisis trend line di dalamnya.

Anda bisa mencoba trend line dan membuang hampir semua alat teknikal lainnya.

Silakan dicoba.


Senin, 10 Juni 2013

Menjadi Investor, Trader atau Smart Investor?



Jika ingin mencari makan di pasar saham, apa pilihan profesi Anda? Investor atau trader? Atau Anda memilih kombinasi keduanya? Investrader? Tradeinvestor?

Konon Anda harus memilih salah satu spesialisasi agar Anda bisa berhasil.


Pengalaman saya mengajarkan, apa pun pilihan Anda, trader atau investor atau campur aduk keduanya selama kecintaan Anda tetap tinggi dan motivasi Anda tetap tinggi, Anda akan berhasil.
Menjadi seorang investor bisa jadi tidak cocok untuk Anda atau sebaliknya. Atau Anda memang cocok sebagai campuran gak jelas antara trade investor atau investor dengan jiwa trader.

Menjadi seorang investor tentunya Anda harus dibekali dengan ilmu analisis laporan keuangan, ilmu manajemen keuangan. Anda harus rajin riset emiten. Bedah emiten. Mampu membaca perubahan zaman. Mengikuti siklus ekonomi emiten.

Menjadi seorang trader tidak mumpuni jika tanpa ilmu bela diri analis teknikal. Ilmu manajemen uang. Ilmu cut loss. Harus rajin memantau market. Selalu on dalam setiap situasi. Mampu menjaga mentalitas dan emosi.

Semua campur aduk ilmu tersebut bisa menjadikan Anda smart investor. Saya golongkan Anda yang campur aduk ilmunya adalah smart investor. Smart investor bisa disematkan kepada Anda jika Anda berhasil dalam menerapkan ilmu apa saja dalam analisis fundamental dan analisis teknikal. Anda ambil saripati kedua ilmu tersebut dan Anda berhasil mengaplikasikannya dalam bidang yang anda geluti yaitu investasi saham dan perdagangan saham.

Boleh jadi Anda juga ada campurkan antara ilmu spekulasi alias judi atau ilmu Bandar dan ilmu gorengan. Tapi ya semua tergantung kepada Anda yang penting Anda bisa sukses. 



Mencapai Financial Freedom 10 Tahun Lagi dengan Uang Rp 200 Juta.



Apakah Anda mempunyai rencana untuk mencapai financial freedom? Kapan Anda ingin mencapai financial freedom? 10 tahun lagi atau 20 tahun lagi? Bisakah Anda mencapai financial freedom 10 tahun lagi dengan dana uang Rp 200 juta mulai dari sekarang? Bisakah itu dilakukan dengan berinvestasi di saham?

Perhatikan tabel di bawah ini:
Dana Invetasi
       200.000.000



No.
Tahun
20%
25%
30%
50%
1
2014
       240.000.000
       250.000.000
       260.000.000
         300.000.000
2
2015
       288.000.000
       312.500.000
       338.000.000
         450.000.000
3
2016
       345.600.000
       390.625.000
       439.400.000
         675.000.000
4
2017
       414.720.000
       488.281.250
       571.220.000
     1.012.500.000
5
2018
       497.664.000
       610.351.563
       742.586.000
     1.518.750.000
6
2019
       597.196.800
       762.939.453
       965.361.800
     2.278.125.000
7
2020
       716.636.160
       953.674.316
   1.254.970.340
     3.417.187.500
8
2021
       859.963.392
   1.192.092.896
   1.631.461.442
     5.125.781.250
9
2022
   1.031.956.070
   1.490.116.119
   2.120.899.875
     7.688.671.875
10
2023
   1.238.347.284
   1.862.645.149
   2.757.169.837
   11.533.007.813

Dengan dana Rp 200 juta jika Anda ingin mencapai financial freedom 10 tahun lagi dengan harapan harta bersih Anda adalah Rp 10 miliar, maka paling tidak harta bersih Anda mesti tumbuh 50% per tahun mulai dari tahun pertama.

Apakah itu bisa? Jawabnya: BISA.

Kalau Cuma 50% maka itu bisa dilakukan. Cobalah bandingkan laporan keuangan setiap emiten setiap tahun. Masih cukup banyak yang pertumbuhan labanya 50% ke atas. Setiap tahun pasti ada. Jadi, tanamkan saja uang Anda ke saham-saham yang pertumbuhan labanya di atas 50% tentunya dengan harga yang masih fair atau murah. Apakah saham yang labanya naik 50% harganya juga akan naik 50%? Jawabannya: hampir pasti, bahkan lebih.

Untuk mengetahui tingkat fair setiap saham tentunya perlu analisis tersendiri karena karakteristik yang berbeda-beda setiap saham. Patokan yang paling sederhana adalah PER dan PBV.

Jika Anda mempunyai keinginan mencapai financial freedom dari saham, maka syarat paling utama adalah Anda mempunyai kecintaan yang tinggi terhadap dunia pasar modal, tahan banting dan bermental kuat. Anda juga mesti lebih giat daripada orang lain. Jika orang lain bekerja 8 jam perhari, bila perlu Anda bekerja 12 jam atau bahkan 18 jam. Bila Anda mempunyai kecintaan yang tinggi, dengan gampang Anda akan bisa bekerja 12 jam lebih per hari.

Kenapa mesti bekerja lagi, bukankah uang yang bekerja dengan menanam uang di saham? Benar adanya, namun Anda mesti rajin melakukan riset, membaca berita, membaca laporan keuangan, memantau market. Jika Anda lebih rajin daripada orang lain dalam melakukan riset maka hasilnya akan berbeda. Informasi yang Anda dapatkan dengan bekerja 8 jam berbeda hasilnya dengan bekerja 12 jam.

Capek dong? Ya, tentu  saja. Tapi setelah 10 tahun lagi Anda sudah mencapai kebebasan sedangkan orang lain yang bekerja 8 jam per hari masih harus bekerja 8 jam per hari lagi sampai dengan hari tuanya. Anda memilih yang mana?

Katakanlah umur Anda 30 sekarang:
Selama 10 tahun Anda bekerja 12 jam x 365 x 10 tahun = 43.800 jam
Orang biasa bekerja 8 jam x 365 hari x 30 tahun (atau lebih) = 87.600 jam
Masa Anda diisi dengan masa-masa indah penuh  kenikmatan 24 jam/hari. Orang biasa masih harus bekerja setiap hari mencari uang selama 8 jam/hari.