Senin, 31 Maret 2014

DILD - Analisis Laporan Keuangan Q4 2013


PT Intiland Development Tbk (DILD) mencetak kinerja keuangan yang sangat baik pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012. Namun pada Q4 2013 jika dibandingkan dengan Q3 2013, walaupun mencetak kenaikan penjualan yang sangat baik, turunnya margin laba kotor telah menghambat kenaikan laba. Selain itu DILD juga dihadapi pada tantangan mulai menurunnya permintaan konsumen terhadap produk perusahaan yang ditandai dengan turunnya arus kas dari pelanggan dan mulai stagnannya saldo uang muka pelanggan.

Pendapatan pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 tercatat naik 20% menjadi Rp 1,510 triliun yang diiringi dengan kenaikan laba kotor sebesar 42% menjadi Rp 706 miliar. Laba usaha meningkat 32% menjadi Rp 400 miliar. Laba sebelum pajak meningkat 46% menjadi Rp 404 miliar. Laba bersih akhirnya tumbuh 64% menjadi Rp 330 miliar.

APLN - Analisis Laporan Keuangan Q4 2013

PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) mencetak kinerja keuangan yang cukup baik pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012. Kinerja pada Q4 2013 jika dibandingkan dengan Q3 2013 juga masih mengalami pertumbuhan yang sangat baik. Namun, APLN dihadapi pada tantangan pemasaran penjualan yang mulai sedikit berat yang ditandai dengan turunnya arus kas dari pelanggan dan mulai turunnya saldo uang muka pelanggan.

Pendapatan pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 tercatat naik 5% menjadi Rp 4,901 triliun yang diiringi dengan kenaikan laba kotor sebesar 13% menjadi Rp 2,355 triliun. Laba sebelum pajak meningkat 7% menjadi Rp 1,177 triliun. Laba bersih akhirnya tumbuh 11% menjadi Rp 930 miliar.

Sabtu, 29 Maret 2014

LPCK - Analisis Laporan Keuangan Q4 2013


PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK) mencetak kinerja keuangan yang sangat bagus pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012. Kinerja pada Q4 2013 jika dibandingkan dengan Q3 2013 juga masih mengalami pertumbuhan yang sangat baik. Namun, LPCK dihadapi pada tantangan pemasaran penjualan yang mulai berat yang ditandai dengan turunnya arus kas dari pelanggan dan mulai turunnya saldo uang muka pelanggan. Selain itu LPCK juga dihadapi pada masalah turunnya margin laba kotor.

Pendapatan pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 tercatat naik 31% menjadi Rp 1,328 triliun yang diiringi dengan kenaikan laba kotor sebesar 43% menjadi Rp 743 miliar. Laba usaha tumbuh sebesar 43% menjadi Rp 638 miliar. Laba sebelum pajak meningkat 45% menjadi Rp 666 miliar. Laba bersih akhirnya tumbuh 45% menjadi Rp 591 miliar.

Rabu, 26 Maret 2014

BJTM - Analisis Laporan Keuangan Q4 2013


PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM) mencatat kinerja keuangan yang baik pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012. Namun secara kuartalan, kinerja laba bersih pada Q4 2013 menurun signifikan dibandingkan dengan Q3 2013 karena naiknya beban penyisihan kerugian penurunan nilai aset keuangan.

Pendapatan bunga kotor dan syariah pada tahun 2013 tercatat naik sebesar 17% menjadi Rp 3,386 triliun. Pendapatan bunga dan syariah bersih naik sebesar 25% menjadi Rp 2,472 triliun. Laba operasional naik 13% menjadi Rp 1,110 triliun dan laba bersih naik 14% menjadi Rp 824 miliar.

MYOH - Analisis Laporan Keuangan Q4 2013



PT Samindo Resources Tbk (MYOH) mengukir kinerja yang sangat memuaskan pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012. Pada Q4 2013 kinerja penjualan maupun laba usaha juga meningkat dengan baik. Namun kecilnya beban pajak penghasilan yang dibukuan pada Q3 2013 menyebabkan komparasi laba bersih yang terlihat tidak memuaskan di Q4 2013.

Pendapatan pada tahun 2013 naik sebesar 37% menjadi Rp 2,456 triliun. Laba kotor naik 49% menjadi Rp 346 miliar. Laba usaha meningkat 65% menjadi Rp 278 miliar. Laba sebelum pajak tumbuh sebesar 47% menjadi Rp 235 miliar. Laba bersih naik sebesar 381% menjadi Rp 174 miliar.

Terdapat penyesuaian proforma dari transaksi restrukturisasi entitas sepengendali pada tahun 2012 yang menyebabkan laba tahun 2012 menjadi lebih kecil sedangkan pada tahun 2013 tidak ada penyesuaian seperti ini.

Senin, 24 Maret 2014

INDF - Analisis Laporan Keuangan Q4 2013


PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) mencatat kinerja penjualan selama tahun 2013 yang bagus, namun naiknya berbagai beban menyebabkan penurunan laba bersih. Secara kuartalan, pada Q4 2013 kinerja terlihat cukup bagus secara keseluruhan. Namun sebenarnya kinerja yang bagus tersebut hanya disumbangkan oleh segmen agribisnis dan segmen baru, yaitu segmen budidaya dan pengolahan sayuran sedangkan segmen produk konsumen dan Bogasari mengalami kemunduran yang berarti.

Penjualan tahun 2013 tercatat naik 15% dibandingkan dengan tahun 2012 menjadi Rp 57,732 triliun namun laba kotor hanya meningkat 5% menjadi Rp 14,330 triliun. Laba usaha  turun 2% menjadi Rp 6,718 triliun. Laba bersih tercatat turun sebesar 29% menjadi Rp 3,417 triliun. Laba bersih yang dapat diatribusikan untuk pemilik entitas induk turun 23% menjadi Rp 2,504 triliun. INDF menderita kerugian selisih kurs yang cukup signifikan sebesar Rp 1,109 triliun pada tahun 2013 yang tercatat naik kencang daripada kerugian sebesar  Rp 33 miliar pada tahun 2012. Apabila kerugian selisih kurs ini dikeluarkan dari perhitungan laba bersih (dengan asumsi rasio pajak penghasilan 25%), maka laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 5% menjadi Rp 3,113 triliun.

ICBP - Analisis Laporan Keuangan Q4 2013


PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) mencatat kinerja penjualan selama tahun 2013 yang bagus, namun naiknya beban menyebabkan penurunan tipis laba bersih. Secara kuartalan, pada Q4 2013 kinerja secara keseluruhan sangat tidak memuaskan karena penjualan turun begitu juga dengan laba bersih.

Penjualan tahun 2013 tercatat naik 16% dibandingkan dengan tahun 2012 menjadi Rp 25,095 triliun namun laba kotor hanya meningkat 11% menjadi Rp 6,426 triliun. Laba usaha  turun 3% menjadi Rp 2,772 triliun. Laba bersih tercatat turun sebesar 2% menjadi Rp 2,235 triliun. Laba bersih yang dapat diatribusikan untuk pemilik entitas induk naik 2% menjadi Rp 2,225 triliun. ICBP menikmati keuntungan selisih kurs sebesar Rp 109 miliar pada tahun 2013 yang tercatat naik dari Rp 6 miliar pada tahun 2012. Apabila keuntungan selisih kurs ini dikeluarkan dari perhitungan laba bersih (dengan asumsi rasio pajak penghasilan 25%), maka laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun tipis 1% menjadi Rp 2,150 triliun.

Rabu, 19 Maret 2014

BSDE - Analisis Laporan Keuangan Q4 2013


PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) mengukir kinerja keuangan tahun 2013 yang sangat baik dibandingkan denga tahun 2013. Secara kuartalan, kinerja pada Q4 2013 juga masih solid. Namun BSDE mulai dibayang-bayangi penurunan kinerja ke depannya terlihat dari turunnya arus kas masuk dari pelanggan pada Q4 2013.

Pendapatan pada tahun 2013 melesat sebesar 54% menjadi Rp 5,741 triliun dengan laba kotor naik 75% menjadi Rp 4,166 triliun. Laba usaha bertambah  106% menjadi Rp 2,910 triliun. Laba sebelum pajak tumbuh 93% menjadi Rp 3,279 triliun. Laba bersih meningkat 96% menjadi Rp 2,906 triliun. BSDE menikmati keuntungan selisih kurs sebesar Rp 166 miliar pada tahun 2013 dibandingkan dengan Rp 16 miliar pada tahun 2012. Jika keuntungan tersebut dikeluarkan dari perhitungan laba bersih, maka laba bersih disesuaikan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk menjadi naik 99% di angka Rp 2,538 miliar.

BBKP - Analisis Laporan Keuangan Q4 2013



PT Bank Bukopin Tbk (BBKP) mencatat kinerja laba bersih yang baik pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012. Namun secara kuartalan, kinerja laba bersih pada Q4 2013 menurun dibandingkan dengan Q3 2013 karena naiknya beban bunga. Tambahan laba tahunan pun sebenarnya disumbangkan dari pemulihan penyisihan kerugian penurunan nilai aset keuangan.

Pendapatan bunga kotor dan syariah pada tahun 2013 tercatat naik sebesar 16% menjadi Rp 5,950 triliun. Pendapatan bunga bersih turun sebesar 1% menjadi 2,444 triliun. Laba operasional naik 10% menjadi Rp 1,174 triliun dan laba bersih naik 12% menjadi Rp 935 miliar. Laba operasional naik disebabkan oleh munculnya pendapatan/pemulihan dari penyisihan kerugian penurunan nilai aset keuangan. Pendapatan ini tentunya hanya bersifat insidentil dan kecil kemungkinan akan berulang lagi pada tahun selanjutnya.

Selasa, 18 Maret 2014

MIDI - Analisis Laporan Keuangan Q4 2013


PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI) mengukir kinerja yang sangat memuaskan pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012. Sumbangan kinerja yang sangat baik pada tahun 2013 terutama disumbangkan oleh sangat baiknya kinerja laba bersih pada Q4 2013.

Pendapatan pada tahun 2013 naik sebesar 29% menjadi Rp 4,963 triliun. Laba kotor naik 37% menjadi Rp 1,077 triliun. Laba usaha meningkat 54% menjadi Rp 148 miliar. Laba sebelum pajak tumbuh sebesar 92% menjadi Rp 78 miliar. Laba bersih naik sebesar 50% menjadi Rp 67 miliar.

INTP - Analisis Laporan Keuangan Q4 2013




PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) mencatat kinerja keuangan yang agak baik pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012. Sedangkan kinerja pada Q4 2013 jika dibandingkan dengan Q3 2013 memperlihatkan kemajuan yang sangat berarti.
Penjualan pada tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 8% menjadi Rp 18,691 triliun. Laba kotor meningkat sebesar 5% menjadi Rp 6,064 triliun. Laba usaha dapat naik 3% menjadi Rp 6,064 triliun. Laba bersih naik 5% menjadi Rp 5,012 triliun.

Minggu, 16 Maret 2014

MPMX - Analisis Laporan Keuangan Q4 2013


PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX) mengukir kinerja keuangan yang sangat baik pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012. Namun kinerja pada Q4 2013 dibandingkan dengan Q3 2013 telah menunjukkan perlambatan pertumbuhan pendapatan dan penurunan laba bersih yang signifikan karena naiknya beban usaha.

Pendapatan pada tahun 2013 naik sebesar 29% menjadi Rp 13,979 triliun. Laba kotor naik 25% menjadi Rp 2,024 triliun. Laba usaha tumbuh sebesar 21% menjadi Rp 901 miliar. Laba sebelum pajak tumbuh sebesar 32% menjadi Rp 766 miliar. Laba bersih naik sebesar 39% menjadi Rp 564 miliar. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik 41% menjadi Rp 526 miliar.

Perbandingan Rasio PEG Saham Bank

Mengenai rasio PEG sudah ditulis pada artikel sebelumnya di sini.

Berikut ini adalah tabel perbandingan rasio PEG saham-saham perbankan:


Perbandingan Rasio PEG Saham Kontraktor

Mengenai rasio PEG sudah ditulis pada artikel sebelumnya di sini.

Berikut ini adalah tabel perbandingan rasio PEG saham-saham kontraktor BUMN.



Rasio PEG

Ada sebuah rasio yang sangat diperhatikan oleh penganut aliran GARP (growth at reasonable price) yang merupakan aliran tengah di antara aliran Value Investing dan Growth Investing. Rasio tersebut adalah rasio PEG (Price/Earning to Growth). Sederhananya rasio ini dihitung dari rasio PER dibagi pertumbuhan EPS/laba bersih.

Pada awal-awal blog ini diperkenalkan, penulis telah membuat artikel mengenai Rahasia PER vs Pertumbuhan Laba. Rasio yang mewakili intisari dari artikel tersebut adalah rasio PEG.

Formula perhitungan rasio PEG adalah sebagai berikut:


Jumat, 14 Maret 2014

TAXI - Analisis Laporan Keuangan Q4 2013


PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) mengukir kinerja keuangan yang sangat baik pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012. Namun kinerja pada Q4 2013 dibandingkan dengan Q3 2013 telah menunjukkan perlambatan pertumbuhan pendapatan dan penurunan laba bersih murni yang signifikan.

Pendapatan pada tahun 2013 naik sebesar 32% menjadi Rp 687 miliar. Laba kotor naik 34% menjadi Rp 220 miliar. Laba sebelum pajak tumbuh sebesar 63% menjadi Rp 174 miliar. Laba bersih naik sebesar 67% menjadi Rp 133 miliar.

Saham Paling Turun Mingguan (10/3/14 sd 14/3/14)


Saham Paling Naik Mingguan (10/3/14 sd 14/3/14)


Rabu, 12 Maret 2014

LEAD - Analisis Laporan Keuangan Tahun 2013



PT Logindo Samudramakmur Tbk (LEAD) mengukir kinerja keuangan yang gemilang pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012.

Pendapatan menggelembung sebesar 73% menjadi US$ 59 juta. Laba kotor melesat sebesar 81% menjadi US$ 30 juta. Laba bersih melesat lebih tinggi sebesar 86% menjadi US$ 16 juta.

Rasio GPM juga mengalami perbaikan menjadi 51% pada tahun 2013 daripada 48,64% pada tahun 2012. Sedangkan rasio NPM menjadi 27,89% dari 25,98%.

SIDO - Analisis Laporan Keuangan Tahun 2013


PT Sido Muncul Tbk (SIDO) mengukir kinerja laba yang cukup memuaskan pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 walaupun omset penjualan mengalami stagnasi.

Penjualan pada tahun 2013 turun tipis 1% menjadi Rp 2,372 triliun. Namun laba kotor bisa naik 10% menjadi Rp 1,011 triliun. Laba sebelum pajak tumbuh sebesar 13% menjadi Rp 583 miliar. Laba bersih naik sebesar 5% menjadi Rp 406 miliar.

Selasa, 11 Maret 2014

ANTM - Analisis Laporan Keuangan Q4 2013



PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM) mengalami kinerja keuangan yang sangat buruk pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012. Kinerja pada Q4 2013 bila dibandingkan dengan Q3 2013 masih juga mengalami kemunduran.

Agak sulit untuk menganalisis laporan laba rugi ANTM tahun 2013 ini mengingat adanya beberapa komponen pendapatan dan beban lain-lain yang tidak berkelanjutan dan insidentil yang menyertai pada tahun 2013 dan tahun 2012. Selain itu ANTM juga mencatat manfaat pajak penghasilan yang cukup besar pada tahun 2013. Sehingga analisis hanya dapat dilakukan sampai dengan tingkat laba usaha.

BJBR - Analisis Laporan Keuangan Q4 2013


PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR) mencatat kinerja yang sangat baik pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012. Namun secara kuartalan, kinerja laba bersih pada Q4 2013 menurun dibandingkan dengan Q3 2013 karena naiknya beban operasional.

Pendapatan bunga kotor dan syariah pada tahun 2013 tercatat naik sebesar 20% menjadi Rp 8,133 triliun. Pendapatan bunga bersih naik sebesar 31% menjadi Rp 4,782 triliun. Laba operasional naik 23% menjadi Rp 1,752 triliun dan laba bersih naik 15% menjadi Rp 1,376 triliun.

ADRO - Analisis Laporan Keuangan Q4 2013



PT Adaro Energy Tbk  (ADRO) mengukir kinerja yang buram pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012. Kinerja pada Q4 2013 juga mengalami perlambatan yang signifikan dibandingkan dengan Q3 2013.

Pendapatan pada tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 12% menjadi US$ 3,285 miliar dibandingkan dengan tahun 2012. Laba kotor turun 29% menjadi US$ 739 juta. Laba usaha turun 36% menjadi US$ 534 juta. Laba bersih turun 40% menjadi US$ 229 juta.

Secara kuartalan, pendapatan turun tipis sebesar 1% menjadi US$ 850 juta. Namun laba kotor turun 14% menjadi US$ 179 juta dan laba bersih turun 31% menjadi US$ 46 juta.

Senin, 10 Maret 2014

ELSA - Analisis Laporan Keuangan Q4 2013

PT Elnusa Tbk (ELSA) mengukir kinerja laba bersih yang sangat bagus pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012. Namun ELSA menikmati keuntungan selisih kurs yang lumayan besar pada tahun 2013 dan juga pada tahun 2012. Pada Q4 2013, kinerja penjualan ELSA mengalami peningkatan yang bagus di bandingkan dengan Q3 2013. Begitu pula dengan laba bersih yang meningkat drastis. Namun ELSA menikmati pendapatan lain-lain yang sebagian besar  terdiri dari keuntungan selisih kurs yang cukup signifikan pada Q4 2013.

Pendapatan pada tahun 2013 turun sebesar 14% menjadi Rp 4,112 triliun. Namun laba kotor naik 17% menjadi Rp 647 miliar. Laba sebelum pajak tumbuh sebesar 60% menjadi Rp 337 miliar. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik sebesar 86% menjadi Rp 238 miliar.

Kamis, 06 Maret 2014

BBCA - Analisis Laporan Keuangan Q4 2013



PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencetak kinerja yang sangat baik selama tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012. Namun pada Q4 2013 terjadi sedikit penurunan laba bersih dibandingkan dengan Q3 2013.

Pendapatan bunga kotor dan syariah tercatat naik sebesar 19% menjadi Rp 34,277 triliun. Pendapatan bunga dan syariah neto naik 24% menjadi Rp 26,425 triliun. Laba operasional meningkat sebesar 20% menjadi Rp 17,079 triliun. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik sebesar 22% menjadi Rp 14,254 triliun.

TLKM - Analisis Laporan Keuangan Q4 2013


PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) mengukir kinerja yang cukup baik pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012. Namun kinerja pada Q4 2013 jika dibandingkan dengan Q3 2013 tidak begitu menggembirakan karena terjadi penurunan laba bersih yang disebabkan oleh naiknya beban usaha.

Pendapatan pada tahun 2013 naik sebesar 8% dibandingkan dengan tahun 2012 menjadi Rp 82,967 triliun. Laba usaha naik juga sebesar 8% menjadi Rp 27,846 triliun. Laba sebelum pajak naik sebesar 12% menjadi Rp 27,149 triliun. Laba bersih naik sebesar 10% menjadi Rp 20,290 triliun dan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik 11% menjadi Rp 14,205 triliun.

MERK - Analisis Laporan Keuangan Q4 2013

PT Merck Tbk (MERK) mencapai kinerja yang sangat baik pada tahun 2013  dibandingkan dengan tahun 2012. Sayangnya kinerja pada Q4 2013 jauh menurun dibandingkan dengan kinerja pada Q3 2013.

Penjualan pada tahun 2013 naik signifikan sebesar 28% menjadi Rp 1,194 triliun. Laba kotor naik 29% menjadi Rp 545 miliar. Laba usaha melesat sebesar 63% menjadi Rp 230 miliar. Laba sebelum pajak naik 61% menjadi Rp 235 miliar. Laba bersih naik 63% menjadi Rp 175 miliar.

Rabu, 05 Maret 2014

HEXA - Analisis Laporan Keuangan Desember 2013


PT Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA) mencapai kinerja yang tidak memuaskan selama 9M sampai dengan bulan Desember 2013 dibandingkan dengan periode yang sama selama 9M tahun 2012. Namun secara kuartalan sudah ada perbaikan yang signifikan walaupun masih belum begitu memuaskan.

(Tahun buku HEXA berakhir pada tanggal 31 Maret setiap tahunnya sehingga sampai dengan 31 Desember 2013 laporan keuangan HEXA baru mencakup kinerja selama 9 bulan.)

Pendapatan selama 9M tersebut turun sebesar 28% dibandingkan dengan periode 9M tahun sebelumnya menjadi sebesar US$ 343 juta. Laba kotor turun sebesar 44% menjadi US$ 57 juta. Laba usaha turun 65% menjadi US$ 23 juta. Laba sebelum pajak turun 65% menjadi US$ 23 juta. Laba bersih juga turun 65% menjadi US$ 17 juta.

Selasa, 04 Maret 2014

KRAS - Analisis Laporan Keuangan Q4 2013

PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) mencapai kinerja yang lebih buruk pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012. Walaupun sama-sama merugi, namun kerugian inti pada tahun 2013 lebih besar daripada kerugian pada tahun 2012. Belum terlihat adanya perubahan yang berarti pada kinerja Q4 2013 dibandingkan dengan Q3 2013 karena masih menderita kerugian.

Pendapatan pada tahun 2013 tercatat turun sebesar 9% dibandingkan dengan tahun 2012 menjadi US$ 2.084 juta. Laba kotor juga turun sebesar 22% menjadi US$ 96 juta. Laba usaha turun 107% menjadi rugi US$ 1 juta. Rugi sebelum pajak turun 5% menjadi  rugi US$ 15 juta. Akhirnya rugi  bersih juga turun 30% menjadi US$ 14 juta.

Senin, 03 Maret 2014

TOWR - Analisis Laporan Keuangan Q4 2013


PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) mencapai kinerja laba bersih tahun 2013 yang sebenarnya sangat bagus dibandingkan dengan tahun 2012. Penurunan laba bersih yang tercatat lebih disebabkan oleh tingginya kerugian selisih kurs yang diderita pada tahun 2013. Pada Q4 2013, kinerja laba bersih tanpa memperhitungkan kerugian selisih kurs adalah stagnan.

Pendapatan pada tahun 2013 naik signifikan sebesar 41% menjadi Rp 3,197 triliun. Laba kotor naik 33% menjadi Rp 2,062 triliun. Tingginya beban usaha dan rugi selisih kurs menyebabkan laba usaha turun sebesar 21% menjadi Rp 775 miliar. Laba sebelum pajak turun 50% menjadi Rp 228 miliar. Laba bersih menjadi turun sebesar 52% di angka Rp 165 miliar.

Minggu, 02 Maret 2014

BNLI - Analisis Laporan Keuangan Q4 2013


PT Bank Permata Tbk (BNLI) mencatat kinerja yang sangat baik pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012. Namun secara kuartalan, kinerja laba bersih pada Q4 2013 menurun dibandingkan dengan Q3 2013.

Pendapatan bunga kotor dan syariah pada tahun 2013 tercatat naik sebesar 30% menjadi Rp 11,927 triliun. Pendapatan bunga bersih naik sebesar 9% menjadi 5,135 triliun. Pendapatan operasional lainnya meningkat sebesar 19% menjadi Rp 1,254 triliun. Laba operasional naik 14% menjadi Rp 1,999 triliun dan laba bersih naik 26% menjadi Rp 1,726 triliun.

ARNA - Analisis Laporan Keuangan Q4 2013


PT Arwana Citramulia Tbk (ARNA) merupakan salah satu dari sedikit emiten yang terus mencetak pertumbuhan penjualan signifikan selama lima tahun belakangan. Pada tahun 2013, ARNA kembali membuktikan kinerja yang sangat baik. Begitu juga dengan kinerja pada Q4 2013 yang juga masih baik. Sayangnya valuasi harga saham ARNA tidak dapat dibilang murah lagi saat ini.

Penjualan pada tahun 2013 naik sebesar 27% menjadi Rp 1,417 triliun. Laba kotor naik 33% menjadi Rp 502 miliar. Laba usaha tumbuh sebesar 43% menjadi Rp 321 miliar. Laba sebelum pajak tumbuh 49% menjadi Rp 316 miliar. Laba bersih naik sebesar 50% menjadi Rp 238 miliar.

INAF - Analisis Laporan Keuangan Q4 2013

PT Indofarma (Persero) Tbk (INAF) mengukir kinerja yang buruk pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012. Kerugian pada tahun 2013 disebabkan terutama oleh naiknya beban pokok penjualan dan beban usaha. Selain itu INAF juga menderita kerugian selisih kurs dan kenaikan beban bunga. Pada Q4 2013 kinerja banyak berubah karena penjualan meningkat signifikan. Namun kinerja yang baik pada Q4 2013 tidak cukup untuk menutupi kinerja yang buruk pada tiga kuartal sebelumnya sehingga selama tahun 2013 INAF harus menelan kerugian yang cukup signifikan.

PGAS - Analisis Laporan Keuangan Q4 2013

PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS) mencapai kinerja yang tidak begitu memuaskan pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012. Namun sudah ada perubahan yang membaik sedikit pada Q4 2013.

Pendapatan pada tahun 2013 biarpun naik sebesar 16% dibandingkan dengan tahun 2012 menjadi US$ 3.001 juta namun laba kotor justru turun sebesar 4% menjadi US$ 1.417 juta. Laba usaha turun 8% menjadi US$ 934 juta. Laba sebelum pajak turun 2% menjadi US$ 1.125 juta. Akhirnya laba bersih juga turun 2% menjadi US$ 894 juta. Lebih kecilnya penurunan laba sebelum pajak dibandingkan dengan laba usaha disebabkan oleh tingginya laba selisih kurs yang dinikmati, naiknya laba perubahan nilai wajar derivatif dan kenaikan bagian bersih dari laba entiats asosiasi.

KAEF - Analisis Laporan Keuangan Q4 2013


PT Kimia Farma (Perser) Tbk (KAEF) mengukir kinerja yang kurang memuaskan pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012. Kenaikan laba bersih sebenarnya banyak disumbangkan oleh keuntungan penjualan aset tetap. Pada Q4 2013 pun kinerja masih belum begitu membaik walaupun penjualan meningkat signifikan. Beban pokok penjualan secara persentase naik jauh lebih besar dibandingkan dengan kenaikan penjualan pada Q4 2013.

Penjualan pada tahun 2013 naik sebesar 16% menjadi Rp 4,348 triliun. Laba kotor naik 10% menjadi Rp 1,292 triliun. Laba usaha hanya naik 3% menjadi Rp 294 miliar.  Laba sebelum pajak dapat naik sebesar 2% menjadi Rp 284 miliar dan laba bersih naik 5% menjadi Rp 216 miliar.