Sabtu, 30 Agustus 2014

BATA - Analisis Laporan Keuangan Q2 2014




Analisis Laporan Keuangan PT Sepatu Bata Tbk (BATA) Q2 2014

Perusahaan secara tahunan sampai dengan Q2 2014 mencetak pertumbuhan penjualan  sebesar 21%. Di sisi beban pokok, beban naik sebesar 35%  sehingga laba kotor meningkat sebesar 4%. Di sisi lain, beban usaha dan beban lain bertambah sebesar 17% sehingga laba usaha terpangkas sebesar 29%. Beban keuangan yang meningkat menyebabkan laba sebelum pajak turun sebesar 30%. Laba bersih kem
udian tergerus sebesar 27% dikarenakan beban pajak penghasilan yang berkurang sebesar 37%.

Secara kuartalan perusahaan mencetak kenaikan penjualan sebesar 19%. Di sisi beban pokok, beban naik sebesar 25%  sehingga laba kotor meningkat sebesar 13%. Di sisi lain, beban usaha dan beban lain bertambah sebesar 10% sehingga laba usaha bertambah sebesar 20%. Beban keuangan yang meningkat menyebabkan laba sebelum pajak mengembang sebesar 20% juga. Laba bersih kemudian naik sebesar 23% dikarenakan beban pajak penghasilan yang bertambah sebesar 15%.

Secara tahunan rasio GPM menyusut menjadi 39,92% dari 46,33%. Secara kuartalan rasio terkikis menjadi 42,81% dari 45,45% namun masih lebih tinggi daripada rasio tahunan.

Saldo aset tetap secara tahunan meningkat sebesar 27%. Peningkatan ini diharapkan dapat menopang pendapatan jangka panjang perusahaan.

Hutang finansial perusahaan secara tahunan meningkat dari semula tidak ada. Beban keuangan bertambah sebesar 57%. Beban keuangan bukan merupakan beban yang berpengaruh besar terhadap laba bersih perusahaan.

Secara tahunan pengeluaran kas untuk investasi meningkat sebesar 39%. Jika dibandingkan dengan jumlah aset tidak lancar, pengeluaran tersebut setara dengan 15% berbanding 14% pada periode sebelumnya.

GIAA - Analisis Laporan Keuangan Q2 2014




Analisis Laporan Keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) Q2 2014

Perusahaan secara tahunan sampai dengan Q2 2014 mencetak kenaikan tipis pendapatan  sebesar 1%. Di sisi beban usaha, beban turun sebesar 11%  sehingga perusahaan mengalami rugi usaha. Pada akhirnya perusahaan mengalami rugi bersih disesuaikan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk berbanding laba bersih  pada periode sebelumnya. Kerugian ini termasuk sangat parah karena setara dengan 21% ekuitas.

Secara kuartalan perusahaan mencetak kenaikan pendapatan  sebesar 15%. Di sisi beban usaha, beban turun sebesar 3%  sehingga rugi usaha berkurang sebesar 79%. Pada akhirnya perusahaan mengalami rugi bersih disesuaikan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk yang turun sebesar 59%.

Secara tahunan rasio OPM memburuk menjadi -5,14% dari 4,56%. Secara kuartalan rasio membaik menjadi -4,44% dari -23,86%.

Saldo aset tetap secara tahunan meningkat sebesar 9%. Peningkatan ini diharapkan dapat menopang pendapatan jangka panjang perusahaan.

Hutang finansial perusahaan secara tahunan meningkat sebesar 52%. Perusahaan secara tahunan mencatat kenaikan beban keuangan sebesar 92%. Beban keuangan merupakan beban yang berpengaruh signifikan terhadap laba bersih.

Pengeluaran kas untuk investasi secara tahunan menyusut sebesar 59%. Jika dibandingkan dengan jumlah aset tidak lancar pengeluaran tersebut setara dengan 10% berbanding 28% pada periode sebelumnya.

ANTM - Analisis Laporan Keuangan Q2 2014




Analisis Laporan Keuangan PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM) Q2 2014

Perusahaan secara tahunan sampai dengan Q2 2014 mencetak penurunan penjualan  sebesar 24%. Di sisi beban pokok, beban turun sebesar 18%  sehingga laba kotor terperosok sebesar 56%. Di sisi lain, beban usaha berkurang sebesar 16% sehingga perusahaan mengalami rugi usaha dibandingkan dengan laba usaha pada periode sebelumnya. Pada akhirnya perusahaan mengalami rugi bersih disesuaikan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk berbanding laba bersih  pada periode sebelumnya.

Secara kuartalan perusahaan mencetak penurunan penjualan sebesar 27%. Di sisi beban pokok, beban turun sebesar 35%  sehingga laba kotor meningkat sebesar 389%. Di sisi lain, beban usaha bertambah sebesar 89% sehingga perusahaan mengalami rugi usaha yang berkurang sebesar 50%. Pada akhirnya perusahaan mengalami rugi bersih disesuaikan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk dengan peningkatan sebesar 27%.

Secara tahunan rasio GPM memburuk menjadi 10,10% dari 17,40%. Secara kuartalan rasio mengembang menjadi 12,86% dari 1,92%. Peningkatan ini tampaknya belum cukup untuk menghasilkan laba bersih.

Kerugian perusahaan juga banya disumbang dari rugi bersih entitas asosiasi dan entitas dalam pengendalian bersama.

Saldo aset tetap secara tahunan meningkat sebesar 37%. Peningkatan ini diharapkan dapat menopang pendapatan jangka panjang perusahaan.

Hutang finansial perusahaan secara tahunan meningkat sebesar 24%. Perusahaan secara tahunan masih menikmati pendapatan keuangan secara neto. Namun, secara kuartalan perusahaan menderita beban keuangan yang cukup besar.

Pengeluaran kas untuk investasi secara tahunan menyusut sebesar 44%. Jika dibandingkan dengan jumlah aset tidak lancar pengeluaran tersebut setara dengan 14% berbanding 28% pada periode sebelumnya.

KRAS - Analisis Laporan Keuangan Q2 2014




Analisis Laporan Keuangan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) Q2 2014

Perusahaan secara tahunan sampai dengan Q2 2014 mencetak penurunan pendapatan  sebesar 16%. Di sisi beban pokok, beban turun sebesar 9%  sehingga laba kotor terperosok sebesar 91%. Di sisi lain, beban usaha dan beban lain berkurang sebesar 13% sehingga perusahaan mengalami rugi usaha dibandingkan dengan laba usaha pada periode sebelumnya. Pada akhirnya perusahaan mengalami rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk berbanding rugi bersih tipis pada periode sebelumnya.

Secara kuartalan perusahaan mencetak penurunan pendapatan sebesar 2%. Di sisi beban pokok, beban turun sebesar 4%  sehingga laba kotor meningkat sebesar 60%. Di sisi lain, beban usaha dan beban lain bertambah sebesar 87% sehingga perusahaan mengalami rugi usaha yang meningkat sebesar 117%. Pada akhirnya perusahaan mengalami rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk dengan peningkatan sebesar 22%.

Secara tahunan rasio GPM memburuk menjadi 0,80% dari 7,94%. Secara kuartalan rasio mengembang menjadi 3,76% dari 2,30%. Peningkatan ini tampaknya belum cukup untuk menghasilkan laba bersih.

Saldo aset tetap secara tahunan meningkat sebesar 14%. Peningkatan ini diharapkan dapat menopang pendapatan jangka panjang perusahaan.

Hutang finansial perusahaan secara tahunan tidak banyak berubah. Beban keuangan bertambah sebesar 9%. Beban keuangan merupakan beban yang berpengaruh signifikan terhadap laba bersih perusahaan.

Pengeluaran kas untuk investasi secara tahunan meningkat sebesar 24%. Jika dibandingkan dengan jumlah aset tidak lancar pengeluaran tersebut setara dengan 15% berbanding 13% pada periode sebelumnya.

Jumat, 29 Agustus 2014

PGAS - Analisis Laporan Keuangan Q2 2014




Analisis Laporan Keuangan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS) Q2 2014

Perusahaan sampai dengan Q2 2014 mencatat pertumbuhan pendapatan tahunan sebesar 11%. Di sisi beban pokok, beban meningkat sebesar 23% sehingga laba kotor tidak banyak mengalami perubahan. Di sisi lain, kombinasi dari beban usaha dan pendapatan-beban lainnya yang stagnan menyebabkan laba usaha berkurang tipis sebesar 1%. Laba sebelum pajak kemudian terpangkas sebesar 16% dikarenakan kombinasi dari pendapatan-beban keuangan, laba-rugi selisih kurs, bagian laba (rugi) entitas asosiasi dan perubahan nilai wajar derivatif yang berkurang sebesar 78%. Beban pajak penghasilan  menyusut sebesar 16% sehingga laba bersih terpangkas sebesar 16% juga. Perusahaan menderita kerugian selisih kurs pada periode ini dan menikmati keuntungan selisih kurs yang signifikan pada periode sebelumnya. Perusahaan juga menikmati laba perubahan nilai wajar derivatif pada periode ini dan periode sebelumya. Jika kerugian dan keuntungan tersebut dikeluarkan dari perhitungan laba bersih, maka laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk akan tergerus  sebesar 6%.


Secara kuartalan perusahaan mencatat pertumbuhan pendapatan sebesar 2%. Di sisi beban pokok, beban berkurang sebesar 7% sehingga laba kotor meningkat sebesar 17%. Di sisi lain, kombinasi dari beban usaha dan pendapatan-beban lainnya yang meningkat sebesar 7% menyebabkan laba usaha tumbuh sebesar 2%. Laba sebelum pajak kemudian bertambah sebesar 16% dikarenakan kombinasi dari pendapatan-beban keuangan, laba-rugi selisih kurs, bagian laba (rugi) entitas asosiasi dan perubahan nilai wajar derivatif yang berkurang signifikan. Beban pajak penghasilan  meningkat sebesar 38% sehingga laba bersih naik sebesar 10%. Perusahaan menderita kerugian selisih kurs pada periode ini dan juga pada periode sebelumnya. Perusahaan juga menikmati laba perubahan nilai wajar derivatif pada periode ini dan periode sebelumya. Jika kerugian dan keuntungan tersebut dikeluarkan dari perhitungan laba bersih, maka laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk akan meningkat  sebesar 11%.
  
Rasio GPM  tahunan menyusut menjadi  45,10% dari 50,34% dan secara kuartalan mengembang menjadi 46,04% dari 40,33%.

Secara tahunan, saldo aset tetap meningkat sebesar 20%. Saldo properti minyak dan gas meningkat signifikan sebesar 172%. Peningkatan-peningkatan tersebut diharapkan dapat menopang pendapatan jangka panjang perusahaan.

Perusahaan mencatat peningkatan tahunan hutang finansial sebesar 149%.  Perusahaan mulai merasakan beban keuangan secara neto dibandingkan dengan periode sebelumnya yang masih menikmati pendapatan keuangan. Beban keuangan belum merupakan beban yang berpengaruh besar terhadap laba bersih perusahaan. Namun secara kuartalan beban keuangan mulai memberatkan yang disebabkan oleh hutang finansial yang meningkat sebesar 50%. Beban keuangan sendiri meningkat signifikan. Jumlah beban keuangan tahunan sebagian besar disumbangkan oleh beban keuangan pada kuartal ini. Nampaknya kita akan melihat beban keuangan yang semakin besar pada periode-periode selanjutnya.

Pengeluaran kas untuk investasi secara tahunan meningkat sebesar 64%. Jika dibandingkan dengan jumlah aset tidak lancar, maka pengeluaran tersebut setara dengan 29% berbanding 26% pada periode sebelumnya. 

KIJA - Analisis Laporan Keuangan Q2 2014




Analisis Laporan Keuangan PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) Q2 2014

Perusahaan secara tahunan sampai dengan Q2 2014 mencetak pertumbuhan pendapatan  sebesar 23%. Di sisi beban pokok, beban naik sebesar 40%  sehingga laba kotor meningkat sebesar 7%. Di sisi lain, kombinasi dari beban usaha, beban keuangan, laba-rugi selisih kurs dan pendapatan-beban lain meningkat sebesar 72% sehingga laba sebelum pajak terperosok sebesar 51%. Laba bersih kemudian terpangkas sebesar 62% dikarenakan beban pajak penghasilan yang berkurang sebesar 13%. Perusahaan menderita kerugian selisih kurs yang signifikan pada periode ini dan juga pada periode sebelumnya. Jika kerugian-kerugian tersebut dikeluarkan dari perhitungan laba rugi, maka laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk akan terkikis sebesar 11%.

Secara kuartalan pendapatan terkikis tipis sebesar 1%. Di sisi beban pokok, beban berkurang sebesar 9%  sehingga laba kotor meningkat sebesar 8%. Di sisi lain, kombinasi dari beban usaha, beban keuangan, laba-rugi selisih kurs dan pendapatan-beban lain meningkat signifikan sehingga laba sebelum pajak terperosok sebesar 55%. Laba bersih kemudian terpangkas sebesar 59% dikarenakan beban pajak penghasilan yang berkurang sebesar 24%. Perusahaan menderita kerugian selisih kurs yang signifikan pada periode ini dan menikmati keuntungan selisih kurs yang signifikan pada periode sebelumnya. Jika kerugian dan keuntungan tersebut dikeluarkan dari perhitungan laba rugi, maka laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk akan meningkat sebesar 26%.

Secara tahunan rasio GPM menyusut menjadi 44,83% dari 51,55%. Secara kuartalan rasio  mengembang menjadi 51,03% dari 46,85%.

Secara tahunan saldo persediaan meningkat sebesar 2%. Peningkatan ini diharapkan dapat menopang pendapatan jangka pendek dan jangka panjang perusahaan.

Secara tahunan saldo tanah untuk pengembangan (lancar) berkurang tipis sebesar 1%.  Sedangkan saldo tanah untuk pengembangan (tidak lancar) meningkat sebesar 97%.

Saldo aset tetap secara tahunan meningkat sebesar 3%. Peningkatan ini diharapkan dapat menopang pendapatan jangka panjang perusahaan.

Secara tahunan saldo uang muka pelanggan berkurang sebesar 32%.  Secara kuartalan saldo juga berkurang yaitu sebesar 23%. Tampaknya perusahaan masih harus bekerja lebih keras untuk memasarkan produk-produk propertinya.

Kas masuk dari pelanggan secara tahunan bertambah sebesar 28%.  Jika dibandingkan dengan angka pendapatan, angka tersebut setara dengan 99% berbanding 95%  pada periode sebelumnya. Secara kuartalan kas masuk meningkat sebesar 46%. Jika dibandingkan dengan angka pendapatan, angka tersebut setara dengan 87% berbanding 59% pada periode sebelumnya.

Hutang finansial perusahaan secara tahunan berkurang sebesar 8%. Beban keuangan bertambah sebesar 24%. Beban keuangan merupakan beban yang berpengaruh besar terhadap laba bersih perusahaan.

Pengeluaran kas untuk investasi secara tahunan menurun sebesar 59%. Jika dibandingkan dengan jumlah aset tidak lancar, pengeluaran tersebut setara dengan 14% berbanding 40% pada periode sebelumnya.

Kamis, 28 Agustus 2014

MDLN - Analisis Laporan Keuangan Q2 2014




Analisis Laporan Keuangan PT Modernland Realty Tbk (MDLN) Q2 2014

Perusahaan secara tahunan sampai dengan Q2 2014 mencetak pertumbuhan pendapatan  sebesar 64%. Di sisi beban pokok, beban naik sebesar 124%  sehingga laba kotor meningkat sebesar 34%. Di sisi lain, beban usaha dan pendapatan-beban lain berkurang signifikan sehingga laba usaha melesat sebesar 243%. Kombinasi dari beban keuangan dan bagian laba (rugi) bersih entitas asosiasi yang meningkat sebesar 240% menyebabkan laba sebelum pajak menguat sebesar 243%. Laba bersih kemudian tumbuh sebesar 263% dikarenakan beban pajak penghasilan yang bertambah sebesar 71%. Perusahaan menikmati pendapatan lain-lain yang signifikan pada periode ini. Jika pendapatan tersebut dikeluarkan dari perhitungan laba bersih, maka laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk akan meningkat sebesar 11%.

Secara kuartalan pendapatan tumbuh sebesar 26%. Di sisi beban pokok, beban naik sebesar 52% sehingga laba kotor meningkat sebesar 6%. Di sisi lain, beban usaha dan beban lain meningkat signifikan sehingga laba usaha terpuruk sebesar 46%. Kombinasi dari beban keuangan dan bagian laba (rugi) bersih entitas asosiasi yang meningkat sebesar 26% menyebabkan laba sebelum pajak terpangkas sebesar 60%. Laba bersih kemudian terperosok sebesar 68% dikarenakan beban pajak penghasilan yang bertambah sebesar 20%. Perusahaan menderita kerugian lain-lain yang signifikan pada periode ini dan menikmati pendapatan lain-lain yang signifikan pada periode sebelumnya. Jika kerugian dan pendapatan tersebut dikeluarkan dari perhitungan laba bersih, maka laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk akan terpangkas sebesar 20%.

Secara tahunan rasio GPM menyusut menjadi 55,05% dari 67,17%. Secara kuartalan rasio  kembali menyusut menjadi 46,48% dari 55,70%.

Secara tahunan saldo persediaan lancar meningkat sebesar 103%. Peningkatan ini diharapkan dapat menopang pendapatan jangka pendek dan jangka panjang perusahaan.

Secara tahunan saldo tanah untuk pengembangan meningkat sebesar 172%. Peningkatan ini diharapkan dapat menopang pendapatan jangka panjang perusahaan.

Saldo aset tetap secara tahunan meningkat sebesar 132%. Peningkatan ini diharapkan dapat menopang pendapatan jangka panjang perusahaan.

Secara tahunan saldo uang muka pelanggan hanya bertambah tipis sebesar 1%. Jika dibandingkan dengan angka pendapatan, saldo tersebut hanya setara dengan 17% berbanding 27% pada periode sebelumnya. Secara kuartalan saldo juga menurun yaitu sebesar 9%.

Kas masuk dari pelanggan secara tahunan bertambah sebesar 6%.  Jika dibandingkan dengan angka pendapatan, angka tersebut setara dengan 68% berbanding 105%  pada periode sebelumnya. Secara kuartalan kas masuk meningkat sebesar 18%. Jika dibandingkan dengan angka pendapatan, angka tersebut setara dengan 55% berbanding 59% pada periode sebelumnya. Tampaknya perusahaan masih harus bekerja lebih keras untuk memasarkan produk-produk propertinya.

Hutang finansial perusahaan secara tahunan melesat sebesar 188%. Beban keuangan bertambah sebesar 189%. Beban keuangan merupakan beban yang berpengaruh besar terhadap laba bersih perusahaan.

ADRO - Analisis Laporan Keuangan Q2 2014




Analisis Laporan Keuangan PT Adaro Energy Tbk (ADRO) Q2 2014

Perusahaan sampai dengan Q2 2014 mencatat pertumbuhan pendapatan tahunan yang tipis yaitu sebesar 1%. Di sisi beban pokok, beban berkurang sebesar 3% sehingga laba kotor meningkat sebesar 15%. Di sisi lain, kombinasi dari beban usaha dan lainnya yang meningkat sebesar 540% menyebabkan laba usaha berkurang sebesar 27%. Laba sebelum pajak kemudian terpangkas sebesar 33% dikarenakan kombinasi dari beban keuangan dan bagian laba (rugi) entitas asosiasi yang meningkat tipis sebesar 1%. Beban pajak penghasilan bertambah sebesar 17% sehingga laba bersih terperosok sebesar 59%. Perusahaan menderita kerugian lain-lain yang signifikan pada periode ini dan menikmati keuntungan lain-lain yang signifikan pada periode sebelumnya. Jika disesuaikan, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk akan tergerus tipis sebesar 1%.

(Sebagai catatan, perusahaan merevisi laporan laba rugi periode enam bulan yang berakhir pada 30 Juni 2013 dengan pokok revisi adalah adanya penambahan baru berupa pendapatan lain-lain dari goodwill negatif dari akuisisi bisnis sebesar US$ 145.578 ribu. Penyesuaian nantinya juga akan dilakukan pada laporan laba rugi setahun penuh tahun 2013 namun belum tersedia. Akibatnya perhitungan tahunan yang disajikan di tulisan ini masih terdistorsi angka tersebut)

Secara kuartalan perusahaan mencatat stagnasi pendapatan. Di sisi beban pokok, beban bertambah sebesar 10% sehingga laba kotor terpangkas sebesar 24%. Di sisi lain, kombinasi dari beban usaha dan lainnya yang meningkat sebesar 1687% menyebabkan laba usaha terpotong sebesar 50%. Laba sebelum pajak kemudian terpangkas sebesar 57% dikarenakan kombinasi dari beban keuangan dan bagian laba (rugi) entitas asosiasi yang meningkat tipis sebesar 1%. Beban pajak penghasilan berkurang sebesar 38% sehingga laba bersih terperosok sebesar 69%. Perusahaan menderita kerugian lain-lain yang signifikan pada periode ini dan menikmati keuntungan lain-lain yang signifikan pada periode sebelumnya. Jika disesuaikan, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk akan tergerus  sebesar 42%.

Rasio GPM  tahunan mengembang menjadi  24,83% dari 21,87% dan secara kuartalan menyusut menjadi 22,08% dari 29,04%.

Secara tahunan, saldo aset tetap menurun sebesar 4%. Saldo properti pertambangan meningkat sebesar 11%.

Perusahaan mencatat penurunan tahunan hutang finansial sebesar 4%.  Beban keuangan bertambah sebesar 3%. Beban keuangan merupakan beban yang berpengaruh signifikan terhadap laba bersih perusahaan.

Pengeluaran kas untuk investasi secara tahunan merosot sebesar 78%. Jika dibandingkan dengan jumlah aset tidak lancar, maka pengeluaran tersebut hanya setara dengan 1% berbanding 6% pada periode sebelumnya. 

JPFA - Analisis Laporan Keuangan Q2 2014




Analisis Laporan Keuangan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) Q2 2014

Perusahaan sampai dengan Q2 2014 mencatat pertumbuhan penjualan tahunan sebesar 18%. Di sisi beban pokok, beban meningkat sebesar 20% sehingga laba kotor meningkat sebesar 8%. Di sisi lain, kombinasi dari beban usaha, beban keuangan, laba rugi selisih kurs dan beban lain yang meningkat  sebesar 41% menyebabkan  laba sebelum pajak terpangkas sebesar 46%. Beban pajak penghasilan berkurang sebesar 35% sehingga laba bersih terperosok sebesar 49%. Perusahaan menderita kerugian selisih kurs yang signifikan pada periode ini. Jika disesuaikan, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk akan tergerus sebesar 7%.

Secara kuartalan perusahaan mencatat pertumbuhan penjualan sebesar 15%. Di sisi beban pokok, beban meningkat sebesar 10% sehingga laba kotor melesat sebesar 45%. Di sisi lain, kombinasi dari beban usaha, beban keuangan, laba rugi selisih kurs dan beban lain yang meningkat  sebesar 14% menyebabkan  laba sebelum pajak berlipat sebesar 230%. Beban pajak penghasilan bertambah sebesar 57% sehingga laba bersih meningkat sebesar 329%. Rasio pajak penghasilan pada periode ini yang sebesar 17% terlihat cukup rendah daripada periode sebelumnya maupun rasio tahunan. Perusahaan menderita kerugian selisih kurs yang signifikan pada periode ini dan menikmati keuntungan selisih kurs yang signifikan pada periode sebelumnya. Jika disesuaikan, perusahaan akan menikmati laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk daripada rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada periode sebelumnya.

Rasio GPM  tahunan melemah menjadi  15,48% dari 16,92% dan secara kuartalan mengembang menjadi 16,63% dari 13,13%. Perusahaan tampaknya sudah mulai memasuki wilayah margin yang menguntungkan pada periode ini.

Secara tahunan, saldo aset tetap meningkat sebesar 29% sehingga diharapkan dapat menopang pendapatan jangka panjang perusahaan.

Perusahaan mencatat kenaikan tahunan hutang finansial sebesar 41%.  Beban keuangan bertambah sebesar 45%. Beban keuangan merupakan beban yang berpengaruh signifikan terhadap laba bersih perusahaan.

Pengeluaran kas untuk investasi secara tahunan meningkat sebesar 44%. Jika dibandingkan dengan jumlah aset tidak lancar, maka pengeluaran tersebut setara dengan 30% berbanding 25% pada periode sebelumnya. 

Rabu, 27 Agustus 2014

MPMX - Analisis Laporan Keuangan Q2 2014




Analisis Laporan Keuangan PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX) Q2 2014

Perusahaan secara tahunan sampai dengan Q2 2014 mencetak pertumbuhan pendapatan  sebesar 21%. Di sisi beban pokok, beban naik sebesar 22%  sehingga laba kotor  naik sebesar 14%. Di sisi lain, beban usaha dan beban lain meningkat sebesar 16% sehingga laba usaha meningkat sebesar 12%. Kombinasi dari beban keuangan neto dan laba (rugi) entitas asosiasi yang berkurang sebesar 11% menyebabkan laba sebelum pajak menguat sebesar 17%. Laba bersih kemudian dapat meningkat sebesar 23% dikarenakan beban pajak penghasilan yang bertambah sebesar 4%. Laba besih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk kemudian mengembang sebesar 28%.

Secara kuartalan perusahaan mencetak pertumbuhan pendapatan  sebesar 16%. Di sisi beban pokok, beban naik sebesar 17%  sehingga laba kotor  naik sebesar 7%. Di sisi lain, beban usaha dan beban lain meningkat sebesar 13% sehingga laba usaha meningkat tipis sebesar 1%. Kombinasi dari beban keuangan neto dan laba (rugi) entitas asosiasi yang bertambah sebesar 26% menyebabkan laba sebelum pajak terkikis sebesar 3%. Laba bersih kemudian terpangkas sebesar 7% dikarenakan beban pajak penghasilan yang bertambah sebesar 8%. Laba besih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk kemudian terpangkas sebesar 13%.

Secara tahunan rasio GPM terkikis menjadi 14,40% dari 15,21%. Secara kuartalan rasio GPM kembali melemah menjadi 14,08% dari 15,14%.

Saldo aset tetap secara tahunan meningkat sebesar 37%. Saldo piutang pembiayaan konsumen meningkat sebesar 20%. Peningkatan-peningkatan tersebut diharapkan dapat menopang pendapatan jangka panjang perusahaan.

Hutang finansial perusahaan secara tahunan meningkat sebesar 14%. Beban keuangan berkurang sebesar 12%. Beban keuangan merupakan beban yang berpengaruh signifikan terhadap laba bersih perusahaan.

GEMA - Analisis Laporan Keuangan Q2 2014




Analisis Laporan Keuangan PT Gema Graha Sarana Tbk (GEMA) Q2 2014

Perusahaan secara tahunan sampai dengan Q2 2014 mencetak penurunan pendapatan  sebesar 15%. Di sisi beban pokok, beban turun juga sebesar 15% sehingga laba kotor juga turun sebesar 15%. Di sisi lain, beban usaha meningkat sebesar 10% sehingga laba usaha terpangkas sebesar 60%.  Beban keuangan dan beban lain meningkat sebesar 3% menyebabkan laba sebelum pajak merosot sebesar 76%. Pada akhirnya perusahaan mengalami rugi bersih tipis dibandingkan dengan dengan laba bersih pada periode sebelumnya.  

Secara kuartalan perusahaan mencetak penurunan pendapatan  sebesar 10%. Di sisi beban pokok, beban turun sebesar 11% sehingga laba kotor turun sebesar 5%. Di sisi lain, beban usaha meningkat sebesar 16% sehingga laba usaha terpangkas sebesar 56%.  Beban keuangan dan beban lain yang meningkat signifikan menyebabkan rugi sebelum pajak berbanding laba sebelum pajak pada periode sebelumnya. Pada akhirnya perusahaan mengalami rugi bersih berbanding laba bersih pada periode sebelumnya.  

Secara tahunan rasio GPM mengembang tipis menjadi 24,03% dari 24,01%. Secara kuartalan rasio GPM meningkat menjadi 24,48% dari 23,34%.  Rasio profitabilitas ini tidak mengalami masalah yang berarti. Masalah perusahaan tentunya adalah omset yang berkurang banyak dan beban usaha yang meningkat tinggi.

Saldo aset tetap secara tahunan mengalami peningkatan sebesar 22%.  Pertumbuhan ini diharapkan dapat menopang pendapatan jangka panjang perusahaan.

Hutang finansial secara tahunan meningkat sebesar 26%. Beban keuangan meningkat sebesar 2%. Beban keuangan merupakan beban yang berpengaruh signifikan terhadap laba bersih perusahaan.

Pengeluaran kas untuk investasi secara tahunan meningkat sebesar 26%. Jika dibandingkan dengan jumlah aset tidak lancar adalah setara dengan 10% berbanding 9% pada periode sebelumnya.

FASW - Analisis Laporan Keuangan Q2 2014




Analisis Laporan Keuangan PT Fajar  Surya Wisesa  Tbk (FASW) Q2 2014

Perusahaan sampai dengan Q2 2014 mencatat pertumbuhan penjualan tahunan sebesar 22%. Di sisi lain beban pokok meningkat sebesar 29% sehingga laba kotor terkikis sebesar 13%. Di sisi selanjutnya, kombinasi dari beban usaha, beban keuangan, laba-rugi selisih kurs serta beban lain yang meningkat kencang menyebabkan  rugi sebelum pajak berbanding laba sebelum pajak pada periode sebelumnya. Perusahaan kemudian mengalami rugi bersih dibandingkan dengan laba bersih pada periode sebelumnya. Perusahaan menderita kerugian selisih kurs yang signfikan pada periode ini dan juga pada periode sebelumnya. Jika kerugian tersebut dikeluarkan dari perhitungan laba bersih, maka laba bersih akan terpangkas sebesar 37%.

Secara kuartalan penjualan tumbuh sebesar 2%. Di sisi lain beban pokok meningkat sebesar 2% juga sehingga laba kotor mengembang tipis sebesar 3%. Di sisi selanjutnya, kombinasi dari beban usaha, beban keuangan, laba-rugi selisih kurs dan beban lain yang meningkat kencang menyebabkan  rugi sebelum pajak berbanding laba sebelum pajak pada periode sebelumnya. Perusahaan kemudian mengalami rugi bersih dibandingkan dengan laba bersih pada periode sebelumnya. Perusahaan menderita kerugian selisih kurs yang signfikan pada periode ini dan menikmati keuntungan selisih kurs yang signifikan pada periode sebelumnya. Jika kerugian dan keuntungan tersebut dikeluarkan dari perhitungan laba bersih, maka laba bersih akan terkikis tipis sebesar 1%.

Rasio GPM  tahunan menyusut menjadi  11,26% dari 15,74% dan secara kuartalan mengembang tipis menjadi 10,70% dari 10,56%.

Secara tahunan, saldo aset tetap berkurang sebesar 2%.

Perusahaan mencatat hutang finansial yang bertambah sebesar 14% secara tahunan.  Beban keuangan bertambah sebesar 15%. Beban keuangan merupakan beban yang berpengaruh signfikan terhadap laba bersih perusahaan.

Pengeluaran kas untuk investasi secara tahunan bertambah sebesar 22%. Jika dibandingkan dengan jumlah aset tidak lancar, maka pengeluaran tersebut setara dengan 5% berbanding 4% pada periode sebelumnya.

Selasa, 26 Agustus 2014

FAST - Analisis Laporan Keuangan Q2 2014




Analisis Laporan Keuangan PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) Q2 2014

Perusahaan secara tahunan sampai dengan Q2 2014 mencetak pertumbuhan pendapatan  sebesar 10%. Di sisi beban pokok, beban naik sebesar 11%  sehingga laba kotor  meningkat sebesar 9%. Di sisi lain, beban usaha dan beban lain meningkat sebesar 12% sehingga laba usaha menurun sebesar 12%. Perusahaan menikmati pendapatan keuangan pada periode ini daripada beban keuangan pada periode sebelumnya yang menyebabkan laba sebelum pajak melemah sebesar 9%. Laba bersih kemudian terkikis sebesar 8% dikarenakan beban pajak penghasilan yang turun sebesar 8%.

Secara kuartalan perusahaan mencetak pertumbuhan pendapatan  sebesar 7%. Di sisi beban pokok, beban naik sebesar 9%  sehingga laba kotor  meningkat sebesar 6%. Di sisi lain, beban usaha dan beban lain tidak banyak mengalami perubahan sehingga laba usaha melesat sebesar 228%. Laba sebelum pajak kemudian meningkat sebesar 216%. Laba bersih pada akhirnya mengembang sebesar 193% dikarenakan beban pajak penghasilan yang bertambah sebesar 341%.

Secara tahunan rasio GPM menyusut tipis menjadi 59,01% dari 59,43%. Secara kuartalan rasio berkurang menjadi 59,55% dari 60,26%.

Saldo aset tetap secara tahunan meningkat sebesar 3%. Biaya renovasi bangunan sewa ditangguhkan serta sewa jangka panjang dibayar di muka meningkat masing-masing sebesar 10% dan 2%. Peningkatan-peningkatan tersebut diharapkan dapat menopang pendapatan jangka panjang perusahaan.

Hutang finansial perusahaan secara tahunan tidak banyak mengalami perubahan.  Perusahaan menikmati pendapatan keuangan secara neto pada periode ini dibandingkan dengan beban keuangan pada periode sebelumnya.

Pengeluaran kas untuk investasi secara tahunan meningkat sebesar 4%. Pengeluaran ini jika dibandingkan dengan jumlah aset tidak lancar adalah setara dengan 20% berbanding 21% pada periode sebelumnya.

MTLA - Analisis Laporan Keuangan Q2 2014




Analisis Laporan Keuangan PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) Q2 2014

Perusahaan secara tahunan sampai dengan Q2 2014 mencetak pertumbuhan pendapatan  sebesar 30%. Di sisi beban pokok, beban naik sebesar 36%  sehingga laba kotor meningkat sebesar 24%. Di sisi lain, beban usaha, beban keuangan dan beban lain bertambah sebesar 45% sehingga laba sebelum pajak menguat sebesar 14%. Laba bersih kemudian tumbuh sebesar 10% dikarenakan beban pajak penghasilan yang bertambah sebesar 37%. Pada akhirnya laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk juga tumbuh sebesar 10%.


Secara kuartalan pendapatan meningkat  sebesar 31%. Di sisi beban pokok, beban naik sebesar 24% sehingga laba kotor meningkat sebesar 37%. Di sisi lain, beban usaha, beban keuangan dan beban lain bertambah sebesar 64% sehingga laba sebelum pajak menguat sebesar 21%. Laba bersih kemudian tumbuh sebesar 20% dikarenakan beban pajak penghasilan yang bertambah sebesar 22%. Pada akhirnya laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk juga tumbuh sebesar 20%.

Secara tahunan rasio GPM menyusut menjadi 53,07% dari 55,31%. Secara kuartalan rasio mengembang menjadi 52,43% dari 49,83%.

Saldo aset tetap secara tahunan meningkat sebesar 47% dan properti investasi meningkat sebesar 33%. Pertumbuhan ini diharapkan dapat menopang pendapatan jangka panjang perusahaan.

Hutang finansial perusahaan secara tahunan melambung sebesar 103%. Beban keuangan kemudian meningkat signifikan. Beban keuangan mulai menjadi beban yang berpengaruh cukup besar terhadap laba bersih perusahaan.

Kas masuk dari pelanggan secara tahunan masih meningkat sebesar 16%. Secara kuartalan masih juga meningkat yaitu sebesar 15%. Namun jika dibandingkan dengan nilai pendapatan, angka-angka tersebut masing-masing setara dengan 85% dan 77% saja.

Saldo persediaan lancar secara tahunan meningkat sebesar 29% dan begitu juga dengan saldo kuartalan yag meningkat sebesar 17%. Peningkatan ini diharapkan dapat membantu dalam peningkatan penjualan jangka pendek.

Pengeluaran kas untuk investasi secara tahunan menyusut sebesar 40%. Jika dibandingkan dengan jumlah aset tidak lancar, pengeluaran tersebut setara dengan 16% berbanding 33%.

PJAA - Analisis Laporan Keuangan Q2 2014




Analisis Laporan Keuangan PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) Q2 2014

Perusahaan secara tahunan sampai dengan Q2 2014 mencetak pertumbuhan pendapatan  sebesar 20%. Di sisi beban pokok, beban naik sebesar 30%  sehingga laba kotor meningkat sebesar 7%. Di sisi lain, beban usaha dan beban lain berkurang sebesar 14% sehingga laba usaha mengembang sebesar 24%. Kombinasi dari beban keuangan dan bagian laba (rugi) bersih entitas asosiasi serta investasi ventura bersama yang meningkat sebesar 160% menyebabkan laba sebelum pajak menguat sebesar 16%. Laba bersih kemudian tumbuh sebesar 6% dikarenakan beban pajak penghasilan yang bertambah sebesar 46%. Pada akhirnya laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk juga tumbuh sebesar 6%. Jika disesuaikan, maka laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk akan meningkat sebesar 9%.

Secara kuartalan pendapatan tumbuh sebesar 27%. Di sisi beban pokok, beban naik sebesar 7%  sehingga laba kotor meningkat sebesar 61%. Di sisi lain, beban usaha dan beban lain berkurang sebesar 15% sehingga laba usaha melesat sebesar 127%. Kombinasi dari beban keuangan dan bagian laba (rugi) bersih entitas asosiasi serta investasi ventura bersama yang meningkat sebesar 26% menyebabkan laba sebelum pajak menguat sebesar 153%. Laba bersih kemudian tumbuh sebesar 172% dikarenakan beban pajak penghasilan yang bertambah sebesar 127%. Pada akhirnya laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tumbuh sebesar 170%. Jika disesuaikan, maka laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk akan meningkat sebesar 162%.

Secara tahunan rasio GPM menyusut menjadi 39,77% dari 44,63%. Secara kuartalan rasio  mengembang menjadi 47,29% dari 37,44%.

Saldo aset tetap secara tahunan meningkat sebesar 9% dan properti investasi meningkat sebesar 56%. Pertumbuhan ini diharapkan dapat menopang pendapatan jangka panjang perusahaan.

Hutang finansial perusahaan secara tahunan menyusut sebesar 10%. Namun beban keuangan bertambah sebesar 443%. Beban keuangan sudah merupakan beban yang berpengaruh besar terhadap laba bersih perusahaan.

Senin, 25 Agustus 2014

ETWA - Analisis Laporan Keuangan Q2 2014




Analisis Laporan Keuangan PT Eterindo Wahanatama Tbk (ETWA) Q2 2014

Perusahaan secara tahunan sampai dengan Q2 2014 mencetak pertumbuhan penjualan  sebesar 5%. Di sisi beban pokok, beban naik sebesar 7%  sehingga laba kotor terkikis sebesar 12% saja. Di sisi lain, beban usaha meningkat sebesar 9% sehingga laba usaha turun  sebesar 25%. Kombinasi dari beban keuangan, rugi selisih kurs dan lainnya yang meningkat tajam menyebabkan rugi sebelum pajak. Pada akhirnya perusahaan mengalami rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk. Perusahaan menderita kerugian selisih kurs yang signifikan pada periode ini dan pada peride sebelumnya.  Jika disesuaikan, maka perusahaan masih menderita rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk berbanding laba pada periode sebelumnya.

Secara kuartalan penjualan mengalami kemunduran  sebesar 10%. Di sisi beban pokok, beban menyusut sebesar 15%  sehingga laba kotor melesat sebesar 78%. Di sisi lain, beban usaha menurun sebesar 22% sehingga perusahaan mendulang laba usaha berbanding rugi usaha pada peeriode sebelumnya. Kombinasi dari beban keuangan, laba-rugi selisih kurs dan lainnya yang meningkat tajam menyebabkan laba sebelum pajak melorot sebesar 35%. Pada akhirnya perusahaan mengalami rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk. Perusahaan menikmati keuntungan selisih kurs pada periode ini dan pada peride sebelumnya.  Jika disesuaikan, maka perusahaan menderita rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk yang turun sebesar 87%.

Secara tahunan rasio GPM terkikis menjadi 11,36% dari 13,44%. Secara kuartalan rasio mengembang menjadi 10,48% dari 5,28%.

Saldo aset tetap secara tahunan menurun. Sedangkan aset tanaman perkebunan menghasilkan meningkat tajam sebesar 265%. Pertumbuhan ini diharapkan dapat membantu perbaikan laba perusahaan pada periode-periode yang akan datang.

Hutang finansial perusahaan secara tahunan meningkat sebesar 37%. Beban keuangan membengkak sebesar 136%. Beban keuangan merupakan beban yang berpengaruh signifikan terhadap laba bersih perusahaan.

Rasio DER tahunan perusahaan tergolong tinggi di angka 191% berbanding 140% pada periode sebelumnya.
Pengeluaran kas untuk investasi secara tahunan menurun sebesar 63%. Jika dibandingkan dengan jumlah aset tidak lancar pengeluaran tersebut adalah setara dengan 11% berbanding 34% pada periode sebelumnya.