Menganalisis Laporan Keuangan

Dalam melakukan investasi saham tidak lepas dari sebuah analisis. Dikenal dua buah aliran pokok dalam analisis saham, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal.

Blog ini lebih banyak akan memuat analisis fundamental.

Dalam analisis fundamental tentunya tidak terlepas dari analisis laporan keuangan.

Untuk melakukan analisis atas laporan keuangan, pertama sekali tentunya kita harus mengenal apa saja laporan keuangan yang harus dianalisis.

Laporan keuangan pokok yang harus dianalisis adalah terdiri dari tiga buah laporan, yaitu:

1. Laporan Posisi Keuangan atau Laporan Neraca
2. Laporan Laba Rugi
3. Laporan Arus Kas

LAPORAN POSISI KEUANGAN

Laporan posisi keuangan mengungkapkan saldo posisi keuangan pada satu tanggal tertentu, misalnya per 31 Desember 2013.

Laporan posisi keuangan mempunyai dua bagian besar, yaitu bagian aset dan bagian liabilitas + ekuitas.

Bagian aset mengungkapkan nilai posisi keuangan atas aset-aset yang dipunyai oleh perusahaan. Bagian liabilitas mengungkapkan nilai liabilitas/kewajiban/hutang perusahaan sedangkan bagian ekuitas mengungkapkan nilai ekuitas/modal sendiri pemegang saham.

Pada bagian aset, biasanya akan dibagi atas aset lancar dan aset tidak lancar.

Aset lancar adalah aset-aset yang dapat diuangkan dalam jangka waktu sampai dengan satu tahun sedangkan aset tidak lancar adalah aset-aset yang dapat diuangkan lebih daripada satu tahun.

Aset diurutkan berdasarkan tingkat kelancarannya, sehingga aset kas/setara kas akan berada pada posisi yang paling atas dari sebuah laporan posisi keuangan karena paling lancar. Aset lancar lainnya yang sering ada dalam sebuah laporan posisi keuangan adalah piutang usaha, persediaan dan biaya dibayar di muka.

Aset tidak lancar contohnya adalah aset tetap, properti investasi, investasi jangka panjang, goodwill dan aset tidak berwujud lainnya.

Pada bagian liabilitas juga akan diungkapkan berdasarkan tingkat kelancarannya sehingga akan muncul berupa liabilitas lancar/jangka pendek dan liabilitas tidak lancar/jangka panjang.

Liabilitas jangka pendek yang biasanya ada dalam laporan posisi keuangan adalah pinjaman jangka pendek, hutang usaha,  bagian dari hutang jangka panjang yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun dan hutang pajak.

Liabilitas jangka panjang yang biasanya ada dalam laporan posisi keuangan adalah pinjaman jangka panjang dan liabilitas imbalan kerja.

Pada bagian ekuitas akan memunculkan nilai ekuitas yang menjadi milik dari pemegang saham pengendali (pemilik entitas induk) dan juga pemegang saham minoritas (kepentingan nonpengendali) - jika ada. Pada bagian ini juga akan ada keterangan mengenai apa-apa saja yang menjadi bagian dari ekuitas, terutama jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh, tambahan modal disetor dan saldo laba, Juga ada informasi mengenai berapa jumlah lembar saham dari modal yang telah ditempatkan dan  disetor penuh dan jumlah lembar saham dari modal dasar.

Laporan posisi keuangan akan selalu memiliki angka yang sama besar antara aset dengan liabilitas+ekuitas, makanya disebut juga dengan laporan neraca.

Baca tulisan sebelumnya mengenai neraca di sini.

LAPORAN LABA RUGI

Laporan laba rugi merupakan laporan pencapaian kinerja perusahaan yang memuat informasi mengenai jumlah penjualan/pendapatan, beban pokok penjualan/pendapatan, beban-beban usaha, pendapatan dan beban lain, pajak penghasilan dan akhirnya jumlah laba bersih pada suatu periode tertentu, misalnya secara tahunan atau kuartalan (interim).

Pada bagian laba bersih biasanya akan muncul laba bersih tahun berjalan dan laba komprehensif.

Laporan laba rugi biasanya juga meyertakan informasi mengenai laba per lembar saham atau earning per share (EPS).

Untuk menghitung EPS, maka yang diambil adalah laba bersih tahun berjalan, jika ada kepentingan minoritas, maka yang diambil adalah laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk.

Kepentingan minoritas merupakan hak dari pemegang saham minoritas atas bagian laba (rugi) bersih perusahaan yang berasal dari anak-anak perusahaan. Hak minoritas ini bisa muncul karena perusahaan tidak memegang 100% saham anak-anak perusahaan.

LAPORAN ARUS KAS

Laporan arus kas sebenarnya juga merupakan laporan kinerja dalam basis kas sehingga merupakan laporan yang wajib dibaca untuk melakukan analisis laporan keuangan. Pada laporan laba rugi mengandung pendapatan dan beban yang masih belum/tidak diterima atau dikeluarkan maka dalam laporan arus kas hanya akan mengikutkan seluruh pendapatan dan beban kas yang telah diterima atau dikeluarkan (dalam bentuk kas/setara kas)

Selain itu, laporan arus kas juga sebenarnya meliputi seluruh perubahan neto dari posisi keuangan yang tersangkut dengan kas.

Laporan arus kas dengan sendirinya tidak akan memuat informasi yang tidak bersifat kas, misalnya beban penyusutan dan amortisasi yang tidak bersifat kas, pendapatan yang belum diterima, beban yang belum dibayar, dll. Dalam laporan laba rugi, beban penyusutan, beban amortisasi, pendapatan yang belum diterima dan beban yang belum dibayar dapat dimasukkan ke dalam perhitungan. Begitu juga dengan pendapatan yang sudah terima (tetapi belum diakui sebagai pendapatan) atau beban yang sudah dibayar (tetapi belum diakui sebagai beban) tidak akan dimasukkan ke dalam perhitungan laba rugi.

Laporan arus akan akan memberikan informasi atas tiga kelompok arus kas berdasarkan aktivitasnya, yaitu: arus kas aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan.

Arus kas aktivitas operasi berhubungan dengan posisi keuangan lancar, baik itu posisi aset lancar maupun liabilitas lancar (tetapi tidak berhubungan dengan aktivitas hutang finansial lancar maupun investasi jangka pendek). Yang termasuk ke dalam aktivitas operasi adalah penerimaan pembayaran dari pelanggan (pembayaran dari penjualan/ pembayaran piutang usaha), pembayaran ke pemasok (pembayaran hutang usaha, pembayaran pembelian bahan baku dan bahan pendukung), pembayaran  kepada karyawan (gaji, bonus, tunjangan), penerimaan dan pembayaran bunga, pembayaran pajak-pajak, penerimaan dan pembayaran operasi lainnya

Perusahaan yang sehat pada umumnya akan mempunyai arus kas bersih dari aktivitas operasi yang positif, minimal mendekati laba usaha/operasi dari laporan laba rugi secara jangka panjang.

Arus kas aktivitas investasi berhubungan dengan pengeluaran dan penerimaan kas untuk investasi maupun divestasi. Di antaranya adalah pengeluaran untuk pembelian aset tetap, penambahan investasi pada entitas anak, penambahan properti investasi, penambahan aset tidak berwujud, penerimaan dividen kas dari entitas anak, penerimaan penjualan investasi dan lain-lain aktivitas investasi. Arus kas ini lebih berhubungan kepada posisi keuangan di aset tidak lancar.

Perusahaan yang masih berkembang dengan baik dan mempunyai prospek yang cerah tentunya akan mempunyai arus kas investasi bersih yang negatif  secara terus-menerus yang artinya pengeluaran investasinya masih cukup tinggi.

Arus kas aktivitas pendanaan berhubungan dengan penerimaan dan pengeluaran hutang finansial baik jangka pendek maupun jangka panjang, penambahan ataupun pengurangan modal disetor, pembayaran dividen kas kepada pemegang saham, dan lain-lain aktivitas pendanaan.

Tidak ada rumus mengenai apakah arus kas dari aktivitas pendanaan dari perusahaan yang baik harus negatif atau positif.  Pada umumnya, perusahaan yang terus berkembang akan memiliki arus kas pendanaan yang positif baik yang berasal dari pinjaman/hutang maupun yang berasal dari modal disetor berupa right issue atau sejenisnya. Namun, perusahaan yang cukup mapan dan konservatif dengan pengeluaran dividen kas yang  besar akan mencatatkan arus kas aktivitas pendanaan yang negatif. Perusahaan yang arus kas operasi yang sangat besar juga bisa jadi mempunyai arus kas aktivitas pendanaan yang negatif karena pembayaran hutang-hutang finansialnya.

Ketiga laporan di atas dapat dianalisis dengan cara yang sederhana tapi jitu hanya dengan cara perbandingan berupa pengurangan dan pembagian.

Contohnya laporan laba rugi yang mana selalu disajikan antara laporan periode tertentu dengan periode yang sama tahun sebelumnya akan memberikan gambaran yang baik jika nilai penjualannya tumbuh, laba kotornya tumbuh, laba usahanya tumbuh, dan tentu saja laba bersihnya juga tumbuh.

Beban yang tumbuh negatif, terkendali atau tumbuh lebih rendah daripada pendapatan ataupun margin tentunya juga dapat memberikan kesimpulan yang jitu.

Tentunya pertumbuhan-pertumbuhan tersebut di atas baru dapat diambil sebagai sebuah kesimpulan yang baik jika terbukti terus tumbuh dalam jangka waktu yang cukup panjang, misalnya tiga tahun belakangan.

Laporan posisi keuangan yang baik akan ditunjukkan dengan nilai ekuitas yang tumbuh terus-menerus secara organik tanpa penambahan modal dari pemegang saham. Nilai aset yang terus tumbuh juga menunjukkan prospek yang baik dari sebuah perusahaan.

Hutang/kewajiban/liabilitas yang tumbuh tentu saja bisa disebut baik jika hasilnya ada dan menjadi pengungkit/leverage peningkatan ekuitas dan disebut buruk jika hasilnya justru menjadi pedang yang memakan tuannya alias beban hutang justru menguras modal pemegang saham. Namun, tentunya hutang yang terlalu besar tetap berbahaya kecuali perusahaan tersebut memang adalah perusahaan pennghimpun dana seperti bank. Perusahaan yang konservatif tentunya akan memiliki hutang yang rendah.

Arus kas dari aktivitas operasi yang  terus tumbuh juga memberikan kesimpulan yang baik mengenai usaha perusahaan. Arus kas investasi yang terus menerus dikeluarkan dalam jumlah yang memadai memberikan informasi mengenai kemungkinan pertumbuhan yang baik dan berkelanjutan.

Pajak Penghasilan

Dalam laporan laba rugi, jumlah pajak penghasilan juga merupakan poin yang cukup penting. Di Indonesia beberapa jenis usaha dikenaikan dengan jumlah pajak penghasilan (rasio pajak penghasilan) yang berbeda dan bersifat final (yang dihitung dari jumlah pendapatan) dibandingkan dengan usaha pada umumnya.

Rasio pajak penghasilan umum adalah 25% dari penghasilan sebelum pajak. Perusahaan yang saham publiknya (pemegang saham dengan jumlah di bawah 5% dengan jumlah pemegang saham paling sedikit 300 pihak) berjumlah 40% ke atas akan memperoleh diskon sebesar 5% sehingga dikenai pajak penghasilan sebesar 20%.

Jumlah diskon 5% tersebut tidak dapat dianggap sepele, terutama bagi perusahaan dengan rasio NPM (net profit margin) yang sebelumnya rendah akan berdampak sangat besar.

Demikian juga beberapa perusahaan tambang dikenakan besaran pajak penghasilan sesuai dengan kontrak karyanya.

Begitu pun, jumlah pajak penghasilan tidak dapat begitu saja dikalikan dengan laba sebelum pajak penghasilan karena perhitungan laba kena pajak bisa berbeda antara perhitungan laba sebelum pajak di laporan keuangan (perhitungan komersil) dengan perhitungan laba kena pajak sesungguhnya (laba fiskal).

Masih terdapat berbagai koreksi fiskal baik negatif maupun positif yang mempengaruhi jumlah laba kena pajak baik perbedaan temporer maupun perbedaan tetap.

ANALISIS RASIO

Selain menganalisis dari sisi pertumbuhan dari komponen-komponen laporan keuangan, untuk memudahkan dan memberikan hasil yang lebih baik, maka dapat digunakan berbagai macam rasio keuangan

Karena pada saat ini kita berbicara mengenai analisis laporan keuangan untuk perusahaan-perusahaan yang sahamnya telah dicatatkan di bursa, maka analisis tentunya terfokus kepada selain nilai-nilai fundamental perusahaan, juga tentunya valuasi dari harga sahamnya.

Beberapa rasio penting sederhana yang sering digunakan dalam analisis laporan keuangan adalah:
  • PER
  • PBV
  • ROE
  • DER
  • Rasio Likuiditas
  • GPM
  • NPM
Rasio PER

Rasio Price to Earning Ratio (PER) merupakan perbandingan antara harga saham (price) terhadap laba per lembar saham (EPS). Rasio ini memberikan gambaran mengenai tingkat valuasi harga saham terhadap laba (bersih) per lembar saham.

Contoh : Harga saham A adalah Rp 1.000 dan EPS-nya adalah Rp 100, maka rasio PER-nya adalah 1.000/100 = 10.

Angka 10 memberikan gambaran bahwa investor bersedia membayar saham seharga sebesar 10 kali lipat dari laba perusahaan. Ini artinya investor baru akan kembali modal dalam jangka waktu 10 tahun apabila laba perusahaan tetap sama setiap tahunnya. Ini berarti return-nya adalah 100/1000 = 10%

Jika harga sahamnya misalnya adalah sebesar Rp 1.500, maka PER akan menjadi 15, artinya investor akan menerima kembali modalnya dalam waktu 15 tahun. Ini berarti return-nya adalah 100/1500 = 6,67%

Angka PER yang semakin rendah tentunya memberikan imbal hasil/return yang semakin tinggi sebaliknya angka PER yang semakin tinggi akan memberikan imbal hasil yang semakin rendah. Untuk itulah maka analisis rasio ini menjadi sangat penting.

Rasio PER diturunkan dari jumlah EPS dan jumlah EPS diturunkan dari laba bersih. Perusahaan yang baik akan menghasilkan laba bersih secara terus-menerus. Jika seandainya laba bersih tidak dihasilkan, alias rugi, maka analisis ini tidak bisa diterapkan.

Perusahaan yang baik, selain menghasilkan laba bersih secara terus-menerus tentunya akan membagi juga bagian atas laba bersih itu kepada pemegang sahamnya dalam bentuk dividen. Dividen yang baik adalah dividen kas. Jumlah dividen ini biasanya ditentukan dari jumlah berapa % dari laba bersih. Misalnya, 30% dari laba bersih dibagi sebagai dividen, yang artinya dividend pay out ratio-nya adalah 30%.

Jumlah dividen kas dibagi dengan harga saham akan memberikan hasil yang disebut dividend yield . Misalnya dari contoh di atas, harga saham Rp 1.000 dan dividen kas yang dibagikan pada waktu yang bersamaan adalah Rp 30, maka dividend yield-nya adalah 30/1.000 = 3%.

Istilah yang tidak terlepas dari harga saham dan jumlah lembar saham dikenal adanya istilah kapitalisasi pasar. Kapitalisasi pasar merupakan nilai dari harga saham dikalikan dengan jumlah seluruh lembar saham yang tercatat di bursa

Dengan perhitungan sederhana, maka PER sebenarnya juga adalah nilai kapitalisasi pasar perusahaan dibanding dengan laba bersih perusahaan.

Baca tulisan lain mengenai PER di sini.

Baca juga bunga deposito sebagai acuan PER di sini.

Rasio PBV

Nilai ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk apabila dibagi dengan jumlah seluruh saham akan menghasilkan nilai buku per lembar yang disebut juga dengan nilai buku saja atau book value (BV/BVS).

Harga saham dibandingkan dengan nilai buku tersebut disebut dengan istilah PBV (price to book value).

Pada umumnya harga saham adalah di atas nilai buku tersebut, atau nilai kapitalisasi pasar adalah di atas nilai ekuitas. Kenapa bisa demikian?

Laporan keuangan dibuat berdasarkan ilmu akuntansi dengan prinsip konservatif. Salah satu prinsip konservatif ini adalah akan melaporkan aset dengan nilai yang serendah mungkin dan berdasarkan nilai historisnya. Contoh paling terang dari prinsip ini adalah, aset tetap akan dinilai seperti nilai sewaktu diperoleh, misalnya, aset tanah akan bernilai sama pada saat diperoleh hingga sekarang. 

Akibat dari prinsip konservatisme, maka nilai ekuitas akan selalu berada pada posisi yang paling rendah. Harga saham sendiri diyakini mewakili semua informasi fundamental. Sehingga harga saham akan mewakili semua nilai ekuitas yang mungkin yang tidak tercatat di dalam laporan keuangan.

Sebuah perusahaan yang mapan akan mempunyai nilai tersembunyi yang tidak tercatat di dalam laporan posisi keuangannya, misalnya, nilai merek, manajemen, ataupun nilai goodwill.

Kombinasi dari nilai-nilai perusahaan, termasuk di dalamnya nilai aset terkini dan  mungkin juga nilai-nilai masa yang akan datang serta nilai-nilai yang tidak nampak memunculkan nilai pasar/harga saham atau nilai kapitalisasi pasar.

Dengan begitu rasio PBV yang berada tidak jauh di atas nilai 1 atau di bawah itu memberikan gambaran harga yang "murah". Sehingga diyakini apabila rasio PBV di bawah angka tersebut, maka harga saham termasuk murah. Namun tentunya tidak ada rumus yang pasti mengenai berapa sebenarnya nilai PBV yang seharusnya dari sebuah perusahaan. Yang pasti adalah semakin rendah rasio PBV, berarti harga saham semakin murah.

Jika rasio PER tidak dapat digunakan jika perusahaan tidak menghasilkan laba, maka rasio PBV tetap dapat digunakan sepanjang nilai ekuitas masih positif. Namun, jika ekuitas sudah negatif, maka rasio ini juga tidak dapat digunakan.

Seorang investor yang berpengalaman akan meracik kombinasi antara rasio PER dan PBV yang optimal untuk menentukan harga wajar sebuah saham.

Rasio ROE

Rasio ROE atau return on equity adalah rasio yang memberikan gambaran mengenai tingkat pengembalian terhadap modal sendiri. Rasio ini diperoleh dengan membagi antara jumlah laba bersih dengan jumlah ekuitas.

Tentunya semakin tinggi rasio ini adalah semakin baik, begitu juga sebaliknya. Perusahaan yang memberikan keuntungan yang besar akan mempunyai rasio ROE yang tinggi.

Beberapa perusahaan konservatif yang sudah mapan akan selalu mempunyai ROE yang sangat tinggi karena nilai ekuitas yang selalu rendah disebabkan besarnya dividen yang dibagi setiap tahun kepada pemegang saham.

Perusahaan yang baru melakukan penambahan modal disetor melalui IPO atau right issue akan menghasilkan ROE sementara yang lebih rendah.

Rasio DER

Rasio DER (debt to equtiy ratio) adalah membandingkan antara jumlah hutang dengan jumlah ekuitas. Semakin tinggi rasio sering dianggap semakin tidak baik, namun sebenarnya tidak selalu begitu.

Perusahaan yang sedang berkembang dan butuh dana yang besar untuk mendukung perkembangan tersebut akan mempunyai rasio DER yang tinggi. Jika hutang yang semakin tinggi dapat memberikan hasil yang semakin tinggi, maka adanya hutang tersebut adalah semakin baik.

Ya, tentu saja hutang yang semakin tinggi akan semakin berbahaya. Sekiranya kondisi bisnis menjadi tidak menguntungkan, maka hutang yang sangat tinggi dapat merugikan perusahaan.

Tingkat DER yang baik dapat bervariasi antara satu industri dengan industri yang lainnya. Namun tingkat DER yang sehat seharusnya tidak jauh dari angka 100%, artinya jumlah hutang adalah setara dengan jumlah ekuitas.
Pada bank, hutang yang semakin tinggi dapat dipandang semakin baik karena fungsi dari bank adalah mengumpulkan simpanan dari nasabah untuk disalurkan kepada debiturnya. Semakin berkembang simpanan dari dari nasabah adalah semakin baik, namun tentunya ini masih harus didukung dengan tingkat kecukupan modal sendiri yang memadai dan dana yang telah dihimpun tersebut dapat disalurkan dengan baik melalui kredit atau investasi yang lain.

Tingkat DER yang cukup tinggi, namun didukung dengan tingkat likuiditas yang cenderung juga tinggi, maka tingkat DER yang tinggi tidak menjadi masalah sekiranya tidak menimbulkan beban bunga yang semakin tinggi. Tingkat DER yang tinggi juga bukan masalahnya sekiranya antara beban hutang versus pendapatannya masih lebih tinggi pendapatannya.

Pada perusahaan yang bergerak di bidang kontruksi seperti kontraktor BUMN selalu mempunyai jumlah DER yang sangat tinggi, namun ini juga didukung dengan jumlah piutang usaha yang sangat tinggi. Pada beberapa perusahaan properti yang besar, tingkat DER juga tinggi, namun didukung dengan tingkat kas yang sangat tinggi pula.

Maka dari itu, selain DER, juga perlu diperhatikan rasio likuiditasnya.

Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas adalah membandingkan antara jumlah aset lancar terhadap jumlah liabilitas lancar. Semakin tinggi rasio ini adalah semakin baik. Rasio ini sering juga disebut current ratio.
Perusahaan bidang konstruksi yang mempunyai rasio DER yang tinggi, apabila didukung dengan rasio likuiditas yang juga sebanding, yaitu tidak jauh dari angka 100%, maka rasio DER-nya yang tinggi tidak begitu bermasalah.

Pada sebagian perusahaan properti besar yang menerima terlebih dahulu uang dari pelanggannya, maka semakin besar jumlah uang yang diterima tersebut tentunya adalah semakin baik karena hutang tersebut malah menghasilkan bunga tanpa perlu beban bunga.

Rasio likuiditas yang rendah dapat menunjukkan tingkat kesulitan kas dan aset lancar dalam memenuhi kewajiban lancar. Terutama jika perusahaan kekurangan kas maka operasi perusahaan dapat macet.

Rasio GPM

Rasio GPM atau gross profit margin adalah rasio profitabilitas yang memberikan gambaran tingkat margin/laba kotor yang dihasilkan dari setiap nilai penjualan. Semakin tinggi rasio ini tentunya adalah semakin baik.

Perusahaan yang baik biasanya mempunyai rasio GPM yang tinggi atau tetap stabil secara jangka panjang biarpun tidak tinggi.

Tinggi besarnya rasio GPM ditentukan oleh sifat bisnis masing-masing perusahaan. Ada perusahaan dengan tingkat rasio GPM yang tinggi, begitu juga sebaliknya.

Rasio NPM

Rasio NPM atau net profit margin adalah rasio profitabilitas yang membandingkan antara jumlah laba bersih dengan jumlah penjualan. Semakin tinggi rasio ini tentunya adalah semakin baik.

Rasio NPM bersamaan dengan rasio GPM juga menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan. Perusahaan dengan beban yang rendah akan menghasilkan laba yang lebih tinggi sehingga rasio GPM dan NPM-nya akan semakin tinggi.

Tentunya tidak ada patokan yang tepat mengenai seberapa tinggi tingkat rasio GPM dan NPM yang ideal. Jalan terbaik adalah membandingkan antara perusahaan yang sama bidangnya.

Rasio-rasio lain

Beberapa rasio lain sering juga digunakan dalam analisis laporan keuangan, misalnya quick ratio, cash ratio, debt ratio, cash flow to debt ratio, inventory turn over, fixed asset turnover,  ROI (return on investment) atau ROA (return on asset),   capitlalization ratio, price to sales ratio, enterprise value multiple (EV/EBITDA), PEG (price to earning growth) dan lain-lain.

Catatan atas Laporan Keuangan

Setiap laporan keuangan akan menyertakan catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan sehingga wajib didalami untuk memperoleh kesimpulan yang lebih komprehensif mengenai isi dan kualitas dari laporan keuangan dan tentu saja isi dari perusahaan.

Catatan atas laporan keuangan dapat berisi informasi mengenai gambaran umum perusahaan, ikhtisar kebijakan akuntansi yang penting, kombinasi bisnis, perincian posisi keuangan, perpajakan, susunan pemegang saham, perincian pendapatan, beban pokok pendapatan, beban-beban dan pendapatan lain, laba per lembar saham, dividen, transaksi pihak berelasi, informasi segmen, instrumen keuangan, ikatan atau perjanjian penting, kontinjensi, aset dan liabilitas moneter dalam valuta asing,  manajemen risiko keuangan, manajemen modal dan peristiwa setelah tanggal laporan posisi keuangan.

Laporan keuangan yang buruk akan menyertakan catatan atas laporan keuangan yang tidak lengkap sehingga pembaca tidak memperoleh gambaran yang lebih dalam mengenai isi dari laporan keuangan.

Laporan keuangan baik tahunan maupun kuartalan dapat diunduh dari situs resmi perusahaan. Selain itu dapat diunduh dari situs BEI dengan link berikut ini.

LAPORAN TAHUNAN

Setelah menerbitkan laporan keuangan tahunan, emiten biasanya akan menyusul menerbitkan laporan tahunan (annual report).

Laporan tahunan merupakan sebuah laporan yang benar-benar komprehensif mengenai perusahaan. Selain berisi laporan keuangan tahunan, laporan tahunan juga berisi berbagai macam informasi yang dapat mengungkapkan berbagai isi perut perusahaan.

Dalam laporan tahunan, pembaca disuguhkan informasi mengenai apa-apa yang telah dicapai oleh perusahaan baik pencapaian kualitatif maupun kuantitatif.

Laporan tahunan juga berisi mengenai profil dewan komisaris dan profil dewan direksi, laporan manajemen, profil perusahaan, tinjauan bisnis, analisis dan pembahasan oleh manajemen, tata kelola perusahaan, tanggung jawab sosial perusahaan serta produk dan layanan perusahaan.

Selain informasi laporan keuangan tahun berjalan, pada laporan tahunan juga menyertakan ikhtisar  laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya sehingga lebih memberikan gambaran keuangan jangka panjang perusahaan. Laporan tahunan biasanya juga memberikan informasi mengenai ikhtisar operasional, saham, peristiwa penting dan penghargaan.

Untuk dapat melakukan analisis yang semakin baik, laporan tahunan menjadi menu wajib untuk dibaca dan dikaji.

Laporan tahunan, selain dapat diunduh dari situs resmi perusahaan, juga dapat diunduh dari situs BEI dengan tautan seperti di atas.

MATERI PUBLIC EXPOSE

Emiten yang baik paling tidak akan melakukan public expose sekali dalam setahun. Kita dapat memperoleh berbagai informasi tambahan dan khusus yang tidak didapat dari laporan keuangan tahunan maupun laporan tahunan dari materi public expose.

Untuk memperoleh materi public expose dapat juga diunduh dari situs BEI dengan link berikut ini dengan mengetikkan kata kunci materi public expose pada kotak kata kunci.

Laporan keuangan tahunan, kuartalan, maupun laporan tahunan juga dapat diunduh pada link tersebut dengan mengetikkan kata kunci yang sesuai atau dicari satu per satu halaman.

4 komentar: