Senin, 30 September 2013

Analisis Singkat Laporan Keuangan LPCK Kuartal Ke-2 2013

LPCK adalah emiten sektor properti yang nyaris tidak mempunyai hutang finansial. Laporan keuangan semester 1 2013 baru saja dirilis hari ini 30/09/2013.

Berikut ini perbandingan singkat parameter fundamental penting LPCK untuk periode kuartal 2 dan kuartal 1 2013.


CPIN JSMR KLBF MNCN

Penutupan pasar hari ini memunculkan 4 buah saham yang ditutup dengan tingkat kerugian di luar kebiasaan. Keempatnya juga ditutup jauh di bawah rata-rata tingkat relativitasnya selama 100 hari terakhir terhadap market.

Saham-saham tersebut adalah CPIN, JSMR, KLBF, dan MNCN.

Berikut ini tingkat kerugian ke-4 saham tersebut.


Kenapa di luar kebiasaan?

Saham Paling Turun Kuartal Ke-3 2013


Saham Paling Naik Kuartal Ke-3 2013


Saham Paling Turun Bulan September 2013


Saham Paling Naik Bulan September 2013


Minggu, 29 September 2013

Angka Cut Loss Yang Cocok?

Sebagai trader, tindakan cut loss tentunya adalah hal yang sering dilakukan. Rekomendasi analis teknikal pun biasanya mengikutkan harga stop loss-nya.

Yang membuat kita bingung selama ini harus melakukan cut loss pada angka atau tingkat kerugian berapa?

Mungkin ada yang sudah mematok jika rugi berapa persen mesti cut loss. Misalnya 5% atau 10%. Tentunya semuanya berpulang kepada masing-masing trader. Mungkin juga ada yang cut loss ketika harga sahamnya telah turun sekian poin. Ada yang menerapkan metode cut loss apabila harga saham melewati support tertentu, melewati moving average tertentu, cut loss jika break trend line-nya, dll.

Jika menggunakan angka persentase untuk cut loss, maka ada satu angka yang mungkin bisa menjadi panduan cut loss tersebut, yaitu angka volatilitas hariannya.

Jika rata-rata dalam setiap hari sebuah saham naik turun sebesar 5%, tentunya tidak bijak untuk melakukan cut loss pada angka 5% saja. Mungkin baiknya 2-3 kali dari angka tersebut, yaitu 10%-15%.

Nampaknya kita memang harus menerapkan angka cut loss yang berbeda-beda untuk setiap saham karena karakteristiknya yang berbeda.

Sektor Pakan Ternak

Belakangan kita bertanya-tanya atas gerakan saham sektor pakan ternak yang kurang seragam.

Berikut ini kinerja harga saham 4 emiten sektor pakan ternak selama tahun 2013 sampai dengan tanggal 27/09/13.

Kenapa CPIN naik lebih sedikit dibandingkan dengan JPFA dan MAIN?

Kita lihat kembali tabel berikut ini yang menyajikan perbandingan parameter penting fundamental semester 1 2013.


Sabtu, 28 September 2013

Prospek Harga Timah dan TINS

Prospek harga timah ke depan tampaknya cerah.

Kita lihat grafik harga cash timah di London Metal Exchange/LME berikut ini versus jumlah stoknya di LME sepanjang tahun 2013.


(Keterangan grafik: Warna merah merupakan harga timah. Nilai harga ditunjukkan oleh angka vertikal (Y axis) sebelah kiri Warna hitam merupakan jumlah stok yang ditunjukkan oleh angka vertikal sebelah kanan. Tercatat harga timah terakhir adalah USD 23.450/MT dan stok 13.490 MT. Harga paling tinggi tercatat sebesar USD 25.200 tanggal 17 Januari 2013. Harga paling rendah tercatat USD 19.275 tanggal 25 Juli 2013. Stok paling rendah tercatat sebesar 12.655 pada tanggal 4 Januari 2013 dan stok paling tinggi tercatat sebesar 15.440 tanggal 30 Agustus 2013.)

Harga timah dalam jangka pendek menunjukkan tren penguatan sedangkan jumlah stok di LME menunjukan tren menurun.

Jumat, 27 September 2013

Analisis Saham NIPS

PT Nipress (NIPS) merupakan perusahaan yang memproduksi baterai (aki) untuk berbagai kebutuhan seperti otomotif dan industri.

Kinerja cemerlang ditunjukkan oleh laporan keuangan semester 1 tahun 2013 baru hari ini dipublikasikan (27/9/13).

Berikut ini adalah kinerja fundamental penting NIPS per kuartal tahun 2013.



Baik penjualan, laba kotor, maupun laba bersih naik sangat meyakinkan. Apabila kita hitung EPS dari laba Q2 2013 saja, maka akan menghasilkan EPS yang disetahunkan sebesar Rp 3.177. Apabila dibandingkan dengan harga terakhir Rp 10.700, maka PER NIPS baru sebesar 3,37x dengan PBV hanya sebesar 0,94x.

Saham Paling Turun Mingguan (23/9/13 SD 27/9/13)


Saham Paling Naik Mingguan (23/9/13 SD 27/9/13)


Senin, 23 September 2013

Volatilitas Harian Saham LQ45

Berikut ini adalah tabel nilai volatilitas harian saham-saham LQ45 selama 100 hari terakhir sampai dengan data tanggal 20/09/13. Pada periode tersebut volatilitas IHSG sendiri tercatat berangka 1,82%.


Minggu, 22 September 2013

CPIN vs MAIN

Sepanjang 100 hari terakhir sampai dengan tanggal 20/09/13 kita melihat CPIN relatif "dikalahkan" oleh MAIN.

Berikut ini adalah grafik selisih harga dalam persen CPIN vs MAIN untuk 100 hari terakhir.

Grafik di atas menunjukkan tren penurunan CPIN dibandingkan dengan MAIN.

Mari kita bandingkan grafik selisih relatif MAIN berikut ini terhadap IHSG selama 100 hari terakhir.



Selisih Relatif Harga Saham LQ45 vs IHSG

Berikut ini adalah daftar saham LQ45 "penakluk" IHSG dengan nilai selisih relatif positif terkini yang dihitung dari data 100 hari terakhir sampai dengan 20/09/13.


Berikut ini adalah daftar saham LQ45 yang "dipecundangi" IHSG dengan nilai selisih relatif negatif.


Selisih nilai relatif sengaja diambil 100 hari bursa terakhir dengan pertimbangan kalau sejak awal tahun rentang data terlalu panjang. Angka 100 hari dianggap mewakili situasi terkini. Harga-harga saham selama 100 hari juga dianggap masih diingat oleh sebagian besar trader dan investor.

Angka selisih relatif yang positif menunjukkan tingkat kekuatan saham yang melebihi pasar (IHSG) sedangkan yang negatif adalah saham-saham yang tertinggal.

Selisih relatif yang terlalu tinggi juga menunjukkan tingkat "overbought" dan sebaliknya menunjukkan tingkat "oversold".

Tingkat overbought dan oversold juga mesti dibandingkan dengan nilai rata-ratanya. Jika misalnya rata-rata adalah +20% dan yang terkini adalah +30%, maka dapat dianggap sudah overbought. Jika rata-rata -20% dan terkini -5% bisa jadi juga dianggap sebagai overbought. Atau nilai terkini adalah yang paling tinggi selama 100 hari, maka dapat dianggap overbought, begitu juga sebaliknya.

Lebih mudah untuk membandingkan tingkat overbought dan oversold adalah dengan melihat chart selisih relatifnya selama 100 hari.

Selasa, 17 September 2013

INDF vs ICBP




Apakah saham INDF "tertinggal" dibandingkan dengan saham ICBP?

Grafik di atas adalah selisih harga INDF vs ICBP dalam persen sepanjang tahun 2013 sampai dengan tanggal 16/09.

Tanpa melihat ke sisi fundamental, dari grafik di atas kelihatan kalau harga INDF tertinggal daripada ICBP.

Rata-rata selisih harga INDF dengan ICBP adalah INDF "bernilai" 69% dari ICBP. Data terakhir menunjukkan INDF cuma dihargai senilai 60% dari ICBP. Berarti ada selisih 9%.

Jumlah Hari Naik Bursa

Sepanjang tahun ini, sampai dengan data tanggal 16/09/13, ternyata jumlah hari di mana IHSG naik masih lebih banyak daripada jumlah turunnya. Tercatat IHSG naik sebanyak 101 hari dibandingkan dengan turunnya 75 hari (jumlah hari naik 58%)

Menarik, jumlah hari naik tersebut tidak begitu sama dengan jumlah hari naik saham-saham bigcap.

Berikut ini tabel perbandingan jumlah hari naik dan turun 20 saham big cap.


Berikut ini adalah grafik persentase jumlah hari naik 20 saham big cap sepanjang tahun ini.


Senin, 16 September 2013

Selisih Relatif Harga Saham Kontraktor vs IHSG

Kalau Anda adalah trader yang terus berada di market beberapa waktu belakangan ini, maka Anda akan bingung dengan penampilan saham-saham kontraktor BUMN yang tidak seragam lagi.

Ada yang naik cukup banyak dan ada yang malah sangat susah naiknya. Ya, yang paling susah naik itu adalah ADHI. Seberapa besar perbedaan naik turun di antara saham-saham kontraktor?

Berikut ini adalah grafik dan tabel perbedaan selisih harga relatif terkini antara saham-saham kontraktor dengan IHSG.


Terlihat PTPP paling mengesankan penampilannya belakangan ini. Sedangkan yang paling buruk penampilannya adalah TOTL.

Namun apabila kita bandingkan dengan penampilan rata-rata sebelumnya, maka saham TOTL bukanlah yang paling banyak terjadi perlambatan, tetapi saham ADHI.

Berikut ini grafik dan tabel perbedaan penampilan saham-saham kontraktor dibandingkan dengan rata-rata selisihnya sepanjang tahun ini.


Terdapat perbedaan yang sangat mencok pada ADHI bukan? Jika prospek fundamental yang bakal dihadapi adalah sama, maka ADHI sebenarnya  tidak ada alasan untuk begitu tertinggal dibandingkan dengan saham yang lainnya.

Berikut ini grafik perbandingan antara indeks IHSG vs PTPP dan ADHI agar diperoleh gambaran yang lebih jelas lagi. Seluruh indeks dimulai dari angka 100 pada awal tahun.


ADHI kelihatannya baru mulai mengalahkan IHSG lagi. Apakah ADHI akan mengejar ketertinggalannya dengan PTPP? Kita lihat saja perkembangannya. Kalau melihat ke penampilan sepanjang tahun ini, mestinya ADHI sanggup mengejar PTPP.

Sepanjang tahun rata-rata kemenangan ADHI terharap IHSG adalah 41,7% sedangkan PTPP 33,9%.

Selisih Relatif Harga Saham Properti vs IHSG

Sepanjang tahun ini saham-saham properti sebenarnya masih mengalahkan IHSG.

Berikut ini grafik dan tabel nilai selisih rata-rata saham-saham properti dengan IHSG  sepanjang tahun ini sampai dengan data tanggal 16/9/13.


Rata-rata saham properti masih lebih baik performancenya dibandingkan dengan IHSG. Namun, akhir-akhirnya terjadi perlambatan akselerasi untuk semua saham properti.

Berikut ini grafik dan tabel perbandingan selisih harga saham-saham properti dengan IHSG terkini dibandingkan dengan selisih rata-ratanya sepanjang tahun.


Terlihat kalau perlambatan paling parah dialami oleh BEST walaupun sepanjang tahun sebenarnya masih mengalahkan IHSG dengan selisih rata-rata masih plus 3%. Namun yang penting adalah hasil akhir bukan? Dua saham properti yang masih cukup tahan banting adalah BSDE dan CTRA karena perlambatannya hanya berselisih -5% dibandingkan dengan rata-ratanya.

Berkut ini ditampilkan grafik perbandingan antara indeks IHSG dengan indeks BEST dan BSDE dengan masing-masing angka indeks dimulai dari 100 pada awal tahun.


Selisih Relatif Harga Saham Big Cap vs IHSG

Membandingkan tingkat "selisih" harga antara saham-saham yang tercatat di BEI dengan IHSG akan menjadi gampang jika kita membuat indeks tersendiri atas saham itu dan IHSG.

Setelah mendapatkan indeks masing-masing pada periode tertentu, maka akan menjadi mudah untuk membandingkan selisih relatif antara saham-saham tersebut dengan IHSG.

Berikut ini adalah tabel rata-rata selisih antara indeks harga 20 saham big cap dengan indeks IHSG sejak awal tahun 2013 dengan patokan angka 100 pada awal tahun dibandingkan dengan selisih terkini (16/09/2013)

Angka plus pada kolom 1 tabel di atas menunjukkan bahwa saham tersebut "menundukkan" IHSG sepanjang penampilannya tahun ini begitu juga sebaliknya.
 
Berikut ini adalah grafik selisih terkini vs rata-rata selisihnya sepanjang tahun 2013.


Angka yang minus pada grafik di atas menunjukkan tingkat "ketertinggalannya" dibandingkan dengan perbedaan rata-ratanya. Begitu juga sebaliknya, angka plus menunjukkan tingkat "akselerasinya" dibandingkan dengan perbedaan rata-ratanya.

Sekarang pilihannya adalah apakah memilih saham yang paling jago berlari, paling lambat berlari, atau yang baru mulai mau berlari kencang?


Jumat, 13 September 2013

Saham Paling Turun Mingguan (09/09/13 sd 13/09/13)


Saham Paling Naik Mingguan (09/09/13 sd 13/09/13)




BMTR vs MNCN

Berikut ini adalah grafik selisih harga antara BMTR dengan MNCN selama tahun 2013 sampai dengan tanggal 13/09/13.


Terlihat jelas kalau harga BMTR semakin terdiskon terhadap harga MNCN. Secara rata-rata harga BMTR lebih murah 23% dibandingkan dengan harga MNCN. Dengan harga MNCN terakhir Rp 3.225 maka harga BMTR dapat berharga Rp 2.500. Dari grafik tersebut pun kita melihat kalau harga BMTR berada di level bawah dan apakah ada kemungkinan naik untuk menyesuaikan diskon yang semakin besar?

Selama periode tersebut tercatat korelasi BMTR dengan MNCN cuma 0,29 artinya tidak ada hubungan harga yang kuat di antara keduanya. Ini berarti ketika MNCN naik atau turun, kemungkinan BMTR mengikuti naik atau turunnya cuma kecil yaitu 0,29 (29%) saja.

Apa penyebab harga BMTR semakin terdiskon daripada MNCN? Selama tahun ini harga BMTR telah turun 23% (kebetulan angkanya sama dengan angka rata-rata selisih) sedangkan harga MNCN malah naik 33%.

Apakah BMTR akan mengejar ketertinggalan harganya dibandingkan dengan MNCN? Melihat tren harganya tentu kita pesimis. Bagaimana dengan fundamentalnya?

Kita lihat perbandingan parameter fundamental penting di Q1 dan Q2 2013 berikut ini.

Terlihat kalau pertumbuhan penjualan dan laba bersih (net profit - NP1) Q to Q BMTR jauh lebih kecil daripada MNCN. Begitu juga ROE BMTR yang hanya 11% di Q2 sedangkan MNCN sebesar 27%. Perbedaan yang cukup jauh.

Melihat perbandingan fundamental terakhir, maka kita dapat memberikan PER kira-kira untuk BMTR sebesar 20x dan MNCN sebesar 22x sehingg diperoleh target harga BMTR adalah Rp 1.935 dan harga MNCN Rp 3.315 berdasarkan laporan Q2.

Secara hati-hati kalau kita lihat bahwa laba bersih (NP1) untuk perhitungan EPS BMTR biarpun naik antara Q2 banding Q1, namun apabila melihat ke laba bersih komprehensif  (NP) sebenarnya tidak naik. Untuk pertimbangan keamanan, maka baiknya target harga BMTR adalah sesuai dengan hasil di Q1 yaitu senilai Rp 1.670 saja.

CTRS dan CTRP vs CTRA

Salah satu metode untuk menilai murah mahalnya sebuah saham di market bisa dilakukan dengan membandingkan antara harga saham yang satu dengan yang lainnya pada suatu periode tertentu. Jika itu adalah harga saham antar satu grup, maka metode pembandingan seperti itu mempunyai tingkat probabilitas ketepatan yang lebih tinggi.

Berikut ini grafik perbandingan selisih harga antara saham CTRS dan CTRP dengan saham CTRA selama tahun 2013 sampai dengan tanggal 13/09/13.


Selama periode tersebut, CTRS lebih mahal rata-rata 160% dibandingkan dengan CTRA. Sedangkan CTRP lebih murah 13%.

Mengacu pada harga terakhir CTRA Rp 970, maka harga CTRS dapat dihargai senilai Rp 2.525 dan harga CTRP Rp 850.

Kalau melihat ke tren grafik di atas, untuk CTRS tampaknya memang berada di batas bawah selisih harga dengan CTRA sehingga ada kemungkinan besar harga akan mendekati selisih harga rata-ratanya kembali. Sedangkan tren harga CTRP masih berada pada kisaran tengah sehingga mempunyai kemungkinan yang lebih kecil untuk mendekati selisih harga rata-ratanya.

Sampai dengan data terakhir kenaikan harga saham tahun ini  CTRA, CTRS, CTRP berturut-turut adalah 23%, 9% dan 30%.

Berikut ini perbandingan parameter fundamental penting antara CTRA, CTRS dan CTRP.


Selisih harga CTRS yang naik lebih sedikit dibandingkan dengan CTRA dan CTRP kemungkinan besar karena pertumbuhan labanya yang kalah jatuh dibandingkan dengan CTRA dan CTRP.

Emiten Properti Penjual Lahan Industri

Saham-saham properti telah turun banyak dari level paling tingginya pada tahun ini. Jika suku bunga dianggap sebagai biang keladi perkiraan penurunan penjualan sehingga investor ramai-ramai melepas saham properti, maka ada beberapa emiten properti yang sebenarnya relatif tidak begitu berdampak pada suku bunga.

Perusahaan tersebut adalah perusahaan properti yang menjual lahan industri.

Di BEI, tercatat 4 emiten yang penjualannya sebagian besar merupakan penjualan lahan industri, yaitu BEST, KIJA, LPCK, dan SSIA.

Pemain murni lahan industri sebenarnya adalah BEST. KIJA dan LPCK selain menjual lahan industri juga menjual properti residensial dan komersial.

SSIA sendiri sebenarnya dimasukkan ke dalam sub sektor kontraktor karena pendapatannya lebih besar di bidang kontraktor, namun karena labanya sebenarnya sebagian besar berasal dari laba penjualan lahan industri, maka dapat kita masukkan sebagai emiten properti juga.

Berikut ini tabel perbandingan parameter fundamental penting emiten properti yang dominan menjual lahan industri. (Harga saham per 12/09/2013)

Setiap emiten mempunyai kelebihannya masing-masing. BEST paling dekat dengan Jakarta sehingga akses paling mudah dan paling cepat.

KIJA mempunyai fasilitas infrastruktur paling lengkap seperti dry port dan pembangkit listrik. LPCK didukung oleh kota mandiri dan akses gerbang tol langsung bersama dengan KIJA, SSIA didukung oleh industri otomotif Astra dan kemungkinan pembukaan pelabuhan laut dan udara baru di Karawang, Jawa Barat.

Untuk jangka panjang karena semuanya masih diskon jauh dari NAV dan prospek juga baik, maka tidak ada salahnya dimasukkan ke keranjang investasi.

Kalau melihat ke sisi hutang, maka LPCK adalah emiten yang hampir tidak mempunyai hutang finansial sehingga risiko hutangnya nyaris tidak ada. KIJA mempunyai risiko hutang yang paling tinggi di antara emiten-emiten tersebut di atas sehingga tidak begitu cocok bagi investor konservatif.

Kalau melihat ke tingkat ROE, maka pilihan yang paling baik adalah LPCK dan SSIA. Namun LPCK dan SSIA mempunyai land bank lahan industri yang paling sedikit sehingga jika tidak ada akuisisi lahan baru, beberapa tahun lagi land bank mereka akan habis.

Prospek penjualan lahan industri tergantung kepada perkembangan investasi, baik dalam negeri maupun luar negeri. Sampai dengan semester 1 2013. Realisasi penanaman modal masih tumbuh dengan baik.

Penanaman modal asing mencapai Rp 132,2 triliun. Pencapaian ini lebih besar 30,2 persen dibandingkan semester I 2012 yang mencapai Rp 107,6 triliun.

Untuk investasi dalam negeri, realisasinya sebesar Rp 60,6 triliun, naik 31,4 persen dibandingkan periode yang sama pada 2012 yang mencapai Rp 40,5 triliun.

Kamis, 12 September 2013

BMRI vs BBRI

Selama tahun 2013 kalau kita menghitung selisih antara harga BMRI dengan BBRI maka rata-rata selisihnya adalah BMRI lebih mahal 10,81% dari BBRI.

Harga pada tanggal 12/09/2013 BBRI adalah Rp 7.800, maka jika melihat ke selisih harga rata-rata tersebut BMRI dapat berharga Rp 8.650.

Berikut ini adalah grafik perbandingan selisih harga BMRI vs BBRI sepanjang tahun 2013 sampai dengan data tanggal 12/09/2013.

Kalau kita perhatikan grafik di atas maka terlihat adanya tren penurunan selisih harga yang artinya BMRI semakin tidak mahal dibandingkan dengan BBRI.

Korelasi BMRI dan BBRI selama periode tersebut adalah 0,91 sedangkan volatilitas BMRI tercatat 2,64% dan BBRI 2,51%.

Soal return harga BMRI hanya mencetak laba sebesar 3,09% sedangkan BBRI 12,23%.

Kalau kita bandingkan antara rasio PBV maka BMRI masih sedikit lebih kecil dibandingkan dengan BBRI namun rasio PER-nya masih lebih tinggi daripada BBRI.

Kelebihan BBRI adalah tingkat ROE yang lebih tinggi dan margin bunga bersih/NIM (net interest margin) yang lebih tinggi. Sedangkan kelebihan BMRI adalah aset (Rp 672 triliun vs Rp 556 triliun) dan ekuitas (Rp 79 triliun vs Rp 69 triliun) yang lebih besar.

Kalau membandingkan dengan pertumbuhan laba bersih semester 1 2013 dibandingkan dengan tahun sebelumnya maka BMRI naik 16,29% dan BBRI 16,69%.

Melihat kelebihan dan kekurangan masing-masing sampai dengan laporan terakhir, maka harga BMRI dan BBRI harusnya berada pada posisi yang tidak jauh berbeda.

Rabu, 11 September 2013

Volatilitas Harian Bursa Dunia

Bursa Efek Indonesia termasuk bursa yang paling volatil di dunia.

Berikut ini tabel perbandingan volatilitas harian antara IHSG dengan index bursa lainnya sejak awal tahun 2013 sampai dengan tanggal 10 September 2013.



Selasa, 10 September 2013

Korelasi EIDO dan IHSG

Sepanjang tahun 2013 tingkat korelasi antara harga iShares MSCI Indonesia (EIDO) dengan IHSG tercatat sangat kuat yaitu 0,91.

Namun yang menarik adalah bahwa persentase naik turunnya kedua angka tersebut adalah berbeda.

Berikut ini grafik perbandingan akumulasi naik/turun sejak awal tahun 2013.


Yang menarik dari grafik di atas adalah harga EIDO turun lebih banyak daripada IHSG. Penyebabnya tidak lain adalah kurs IDR yang melemah.

Kita bandingkan kurs rupiah sejak awal tahun dari 9.670 menjadi 11.188 (kurs tengah BI) atau melemah 15,70%. Sedang EIDO melemah dari 30,26 menjadi 24,23 atau melemah 19,93% sedangkan IHSG melemah dari 4.316,687 menjadi 4.191,258 atau melemah hanya 2,91%.

Kita bandingkan dengan harga TLK di bursa NYSE dari 36,95 menjadi 37,11 atau menguat 0,43% sedangkan harga TLKM di BEI menguat dari 1.810 menjadi 2.075 atau menguat sebesar 14,64%.

Kalau melihat dari tingkat kerugian investor asing di BEI yang sudah mendekati angka 20% akibat kombinasi rupiah yang melemah dan harga-harga saham yang melemah maka kita dapat berharap mereka tidak akan menjual lagi saham-saham mereka.

Angka kerugian yang mendekati 20% sejak awal tahun kita harapkan sebagai batas kerugian yang bisa diterima oleh investor asing.

Sebenarnya kita juga dapat mengambil kesimpulan sebenarnya EIDO mengikuti harga di BEI begitu juga TLK di NYSE mengikuti harga TLKM di BEI. Bukan sebaliknya. Karena kalau sebaliknya setelah dikali kurs rupiah yang melemah, maka harusnya IHSG akan naik banyak sejak awal.

Senin, 09 September 2013

Capex Emiten Perkebunan

Berikut ini adalah tabel perbandingan realisasi pengeluaran modal (capex) untuk menambah aset tetap dan tanaman perkebunan dari beberapa emiten perkebunan untuk periode semester 1 2013, tahun 2012 dan 2011. (Data tidak termasuk capex untuk akuisisi perusahaan anak, pengeluaran untuk pekebun plasma dan capex lainnya).

Data di atas menunjukkan bahwa BWPT dan AALI adalah yang paling ekspansif dalam mengeluarkan modal karena rasio capexnya rata-rata lebih tinggi sehingga menawarkan pertumbuhan penjualan yang lebih tinggi di masa yang akan datang daripada emiten lainnya.

Turunnya Saham Properti Sebuah Peluang?

Di tengah gejolak harga saham tahun ini, sektor yang paling terpukul salah satunya adalah sektor properti. Kenaikan inflasi dan USD terhadap Rupiah telah menyebabkan kenaikan BI rate sehingga bank-bank juga mulai menaikkan suku bunga KPR.

Permintaan properti diperkirakan akan menurun dan pertumbuhan tidak akan sebagus tahun-tahun sebelumnya.

Sementara ini banyak investor yang melepas saham properti sehingga harganya banyak yang anjlok dalam apabila dibandingkan dengan harga awal tahun.

Kejatuhan yang dalam dapat dianggap juga sebagai sebuah peluang. Di mana ada krisis di situ ada peluang bukan?

Pada dasarnya saham properti dinilai dari NAV (net asset value). Jika NAV-nya tidak berubah otomatis nilai intrinsik saham properti tidak berubah. NAV dalam rupiah untuk emiten yang punya hutang dalam mata uang USD relatif akan berkurang karena naiknya nilai tukar USD.

Selama ini target harga saham properti yang dibuat oleh para analis melibatkan tingkat "diskon" yang subjektif. Kita lihat antara tingkat diskon antara satu analis dengan analis lainnya adalah berbeda. Selain itu juga beda analis beda angka NAV-nya. Belakangan juga sudah muncul laporan riset yang mendowngrade saham properti karena perkiraan menurunnya penjualan. Kenapa mesti ada downgrade jika NAV tidak berubah? Diskonnya tambah atau perhitungan NAV sebelumnya terlalu tinggi?

Memang sulit menentukan sampai sejauh mana penurunan pasar saham dan saham properti akan berhenti. Kita lihat saja perkembangannya. Perkembangan makro ekonomi dewasa ini menjadi perhatian utama, seperti tingkat inflasi, kurs, kekuatan neraca dagang, pertumbuhan ekonomi, harga minyak dunia, realisasi APBN, pertumbuhan ekspor-impor, pertumbuhan konsumsi, investasi, dll yang semuanya berkaitan satu dengan yang lainnya. Belum lagi perkembangan ekonomi global dan regional.

Pada tahun ini rupanya masih ada saham properti yang memberikan gain tinggi, yaitu LPCK. Kita lihat naik turunnya saham properti tahun ini adalah tidak merata.

Berikut ini grafik perbandingan kenaikan dan penurunan harga saham properti sejak awal tahun sampai dengan tanggal 6/9/2013.


Minggu, 08 September 2013

Pembelian TBS oleh Emiten Perkebunan

Berikut ini adalah data perbandingan jumlah volume TBS/FFB yang diproses untuk menghasilkan CPO dan Kernel emiten AALI, LSIP dan BWPT periode semester 1 2013.


Dari data di atas terlihat AALI paling banyak melakukan pembelian TBS dari pihak luar (plasma dan lainnya). Pada tahun 2013 volume produksi CPO AALI meningkat dikarenakan adanya peningkatan dari pembelian TBS dari pihak luar walaupun volume produksi TBS sendiri turun sebesar 2,2%.

Oleh karena rasio pembelian dari pihak luar AALI lebih tinggi daripada LSIP dan BWPT, otomatis AALI tidak akan menikmati secara penuh rezeki kenaikan harga CPO belakangan karena otomatis harga pembelian TBS juga akan naik mengikuti kenaikan harga CPO dengan persentase naik sesuai dengan rumus perhitungan tertentu. Dan rupanya BWPT yang paling akan menikmati kenaikan harga saat ini karena rasio pembelian dari pihak luarnya paling kecil.

Lihat kembali tulisan mengenai Perbandingan Laba Per Hektar.

Meningkatnya rasio pembelian dari pihak luar AALI selain disebabkan oleh turunnya produksi TBS sendiri juga dapat disebabkan oleh naiknya kapasitas produksi PKS (pabrik kelapa sawit) AALI. Manajemen terlihat bekerja dengan sangat baik untuk meningkatkan produksi CPO.

LSIP sendiri kelihatan manajemennya tidak memanfaatkan secara penuh kapasitas produksi yang ada karena selain produksi TBS sendiri yang turun, pembelian dari pihak luar juga turun banyak sehingga produksi CPO-nya turun sebesar hampir 15% padahal produksi CPO AALI dan BWPT masing-masing meningkat sebesar 10,64% dan 10,18%.

Sabtu, 07 September 2013

Saatnya Masuk Saham Komoditas? (Tulisan Ke-2)

Tulisan ini adalah tulisan yang kedua atas isu yang sama yang mana tulisan pertama telah diterbitkan sebelumnya di sini.

Kita lihat kembali perbandingan harga komoditas sesuai dengan perkembangan terakhir.


Terlihat dari tabel di atas kalau harga batubara nyaris masih sama dengan harga rata-rata semester 1 2013 sehingga masih belum mempunyai cukup alasan bagi kita untuk membeli saham basis batubara. Jika pun ingin membeli, maka mestinya lebih selektif dan memilih yang terbaik dan yang mempunyai valuasi masih murah. Misalnya KKGI. Lihat tulisan Valuasi Sektor Batubara ini. Beberapa saham lainnya sebenarnya masih cukup murah dari sisi PBV.

Untuk harga nikel dan emas juga masih belum begitu menarik.

Yang masih menarik adalah harga CPO dan timah. Timah tiba-tiba naik pada minggu ini karena disebabkan oleh peraturan baru Mendag mengenai ketentuan perdagangan ekspor timah harus melewati Bursa Timah Indonesia (melalui BKDI - Bursa Komoditi & Derivatif Indonesia). Harga timah naik drastis dalam bebeapa hari terakhir karena pasokan yang tersendat sementara. Jika harga timah tidak turun-turun, otomatis saham TINS menjadi menarik sama dengan saham-saham perkebunan AALI, BWPT, LSIP, SIMP.

Harga timah sendiri telah naik 17% dalam rupiah apabila dibandingkan dengan harga rata-rata pada semester 1 2013.

Untuk mengira-ngira mengenai dampak kenaikan harga terhadap kenaikan laba bisa dilihat mengenai tabel perbandingan simulasinya di sini. Dampak sebenarnya tentulah tidak seekstrim simulasi tersebut. Jadi kira-kira dapat diambil angka yang aman saja dengan memberi diskon lagi.

Untuk sektor batubara sendiri saya lihat cost-nya sebagian besar sebenarnya masih harus dibayar dalam bentuk USD, seperti misalnya biaya penambangan, biaya hauling, pelabuhan, pengangkutan kapal dan BBM. Selain itu untuk cicilan hutang juga kemungkinan sebagian besar masih dalam mata uang USD, seperti hutang leasing pembelian alat berat, hutang obligasi, hutang bank dll.

Selain itu sebagaian besar penjualan emiten batubara telah dipatok dalam jangka waktu tertentu. Sehingga bagi yang tidak banyak melakukan ekspor (seperti PTBA) dalam waktu dekat belum menikmati kenaikan harga apabila dihitung dalam rupiah.

Selain harga, tentunya yang paling penting adalah volume penjualan. Jika volume penjualan dapat dipertahankan, atau naik, maka dapat dipastikan emiten yang harga komoditasnya naik belakangan akan menikmati kenaikan laba fantastis pada periode sekarang dan yang akan datang.

Dalam strategi investasi saham basis komoditas adalah penting untuk selalu memperhatikan perkembangan harga komoditasnya. Selama tidak turun-turun seperti angka-angka di atas untuk TINS, AALI, BWPT, LSIP, SIMP adalah menarik. Namun apabila sudah mulai turun tentunya daya tariknya semakin berkurang. Selain itu ya tentunya diperhatikan nilai tukar rupiah. Apabila mulai menguat maka daya tariknya juga menurun.

Harga future CPO bisa dipantau di link berikut ini : Palm Oil HQ
Harga metal bisa dipantau di link berikut ini: JP Morgan Metal

Grafik Akumulasi Pertumbuhan Harga Komoditas

Berikut ini grafik akumulasi pertumbuhan harga (dalam persentase) komoditas yang paling penting bagi emiten-emiten sektor komoditas yang tercatat di BEI. Data adalah data bulanan mulai Agustus 2003 sampai dengan Juli 2003. Harga dasar dalam USD.


Berikut ini grafik yang sama untuk komoditas yang paling penting bagi emiten-emiten yang harga pokoknya tergantung dengan komoditas tersebut.


Pertumbuhan Harga (CAGR) Komoditas Dunia

Berikut ini adalah tabel-tabel perbandingan pertumbuhan harga rata-rata per tahun basis majemuk (CAGR - compounded annual grwoth rate) komoditas unggulan dunia. Data berdasarkan harga bulanan sampai dengan Juli 2013.