Pada laporan
laba rugi yang biasanya diterbitkan oleh emiten selain menyajikan kinerja
periode terkini laporan juga akan selalu disajikan kinerja periode yang sama
pada tahun sebelumnya. Misalnya pada laporan laba rugi Q1 tahun 2014, maka juga
akan ditampilkan laba rugi Q1 tahun 2013. Begitu juga seterusnya.
Penyajian
seperti itu memiliki kelemahan mendasar yaitu yang paling pokok adalah informasinya
mencakup jangka waktu yang terlalu pendek sehingga dapat menyebabkan pemahaman
yang keliru terhadap kinerja keseluruhan selama setahun penuh jika terjadi volatilitas kinerja kuartalan. Apalagi pada
kinerja Q1 atau Q2 yang memiliki periode yang cukup pendek.
Pada
beberapa bidang industri mungkin periode yang pendek tidak begitu menjadi
masalah yaitu yang pendapatannya merata sepanjang tahun atau tumbuh merata sepanjang tahun. Namun banyak
perusahaan yang pendapatannya naik turun dalam hitungan kuartal. Misalnya perusahaan perkebunan yang akan mencapai kinerja puncak pada kuartal akhir tahun. Perusahaan retail akan mencapai puncak penjualan pada masa-masa puasa dan lebaran. Perusahaan kontraktor BUMN akan mempunyai pendapatan yang lebih tinggi pada akhir tahun.
Dasar dari
valuasi harga saham yang berbasis PER adalah mengambil laba setahun penuh. Pada
laporan interim (3 bulan, 6 bulan dan 9 bulan), laba yang belum setahun akan disetahunkan untuk memperoleh
EPS setahun. Jika pendapatan dan laba rugi naik turun tidak merata selama
kuartal per kuartal, maka metode seperti itu akan membiaskan hasil.
Untuk
mengatasi hal tersebut, maka laporan laba rugi dapat disajikan selama
setahun penuh ke belakang dengan perbandingan yang juga setahun ke belakang
pada tahun sebelumnya.
Misalnya
pada laporan laba rugi Q1 tahun 2014, maka kinerja selama setahun penuh adalah
kinerja pada tiga kuartal terakhir tahun 2013 ditambah dengan Q1 tahun 2014
dengan kata lain adalah kinerja
setahun sampai dengan Q1 2014 adalah kinerja:
Q2 2013+ Q3 2013 + Q4 2013 + Q1 2014
Untuk
perbandingan setahun yang lalu, maka kinerja yang dibandingkan adalah kinerja
Q2 2012+ Q3 2012 + Q4 2012 + Q1 2013
Jika
kinerja yang disajikan adalah Q2 2014, maka kinerja
setahun sampai dengan Q2 2014 adalah
kinerja:
Q3 2013 + Q4 2013 + Q1 2014 + Q2 2014.
Untuk
perbandingan setahun yang lalu, maka kinerja yang dibandingkan adalah kinerja:
Q3 2012 + Q4 2012 + Q1 2013 + Q2 2013
Pada
analisis atas kinerja (laporan laba rugi) tahun 2014 dan seterusnya di blog ini akan
menyajikan kinerja tahunan seperti perhitungan di atas jika data tersedia selain juga menyajikan
kinerja kuartalan yang berdiri sendiri dan juga kinerja sepanjang tahun (year to date).
Penyajian
kinerja empat kuartal atau dua belas bulan penuh seperti di atas dikenal dengan istilah
trailing twelve months (TTM).
Perbandingan secara 12 bulan akan mereduksi banyak informasi bias dan volatil sehingga hasil analisis akan lebih lembut namun lebih kuat dan lebih baik biarpun sedikit lebih rumit untuk menyajikannya. Perbandingan seperti ini lebih mendekati ke pendekatan konservatif daripada agresif. Dengan perbandingan secara 12 bulan akan memuat informasi tahunan yag lebih baik. Selain sangat cocok untuk perusahaan yang mempunyai siklus kuartalan juga cocok untuk perusahaan yang tidak mempunyai siklus kuartalan.
Selain laporan laba rugi, maka untuk membandingkan antara laporan posisi keuangan (neraca) secara tahunan, mulai analisis laporan keuangan Q1 2014 di blog ini juga akan menyajikan perbandingan laporan posisi keuangan tahun sebelumnya. Misalnya analisis atas laporan posisi keuangan per 31 Maret 2014 akan membandingkan dengan laporan posisi keuangan per 31 Maret 2013.
Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh perbandingan yang lebih baik secara tahunan sehingga lebih komparatif. Misalnya perbandingan ROE, perbandingan saldo-saldo dan rasio lainnya.
Namun perlu diketahui juga bahwa laporan interim kebanyakan belum diaudit sehingga ada kemungkinan penyajian seperti itu juga memiliki kelemahan misalnya dalam hal klasifikasi sehingga dapat saja membiaskan hasil.
Khusus untuk perayaan puasa dan lebaran perlu diperhatikan juga akan ada kemungkinan dua musim perayaan yang masuk ke dalam satu tahun TTM. Misalnya perayaan puasa dan lebaran pada tahun 2017 yang terjadi pada Q2 2017 sedang pada tahun sebelumnya terjadi antara Q2 2016 sampai awal Q3 2016 sehingga ketika mengambil data TTM Q2 2017 yang tahun 2017 maka data akan dipengaruhi oleh perayaan puasa dan lebaran tahun 2017 dan juga sebagian tahun 2016 sehingga data tahun 2017 bisa kelihatan lebih gemuk, misalnya untuk perusahaan retail.
Hal yang sama suatu saat bisa juga terjadi pada laporan keuangan tahunan sesungguhnya misalnya dua musim perayaan puasa dan lebaran masuk ke dalam satu tahun.
Perbandingan secara 12 bulan akan mereduksi banyak informasi bias dan volatil sehingga hasil analisis akan lebih lembut namun lebih kuat dan lebih baik biarpun sedikit lebih rumit untuk menyajikannya. Perbandingan seperti ini lebih mendekati ke pendekatan konservatif daripada agresif. Dengan perbandingan secara 12 bulan akan memuat informasi tahunan yag lebih baik. Selain sangat cocok untuk perusahaan yang mempunyai siklus kuartalan juga cocok untuk perusahaan yang tidak mempunyai siklus kuartalan.
Selain laporan laba rugi, maka untuk membandingkan antara laporan posisi keuangan (neraca) secara tahunan, mulai analisis laporan keuangan Q1 2014 di blog ini juga akan menyajikan perbandingan laporan posisi keuangan tahun sebelumnya. Misalnya analisis atas laporan posisi keuangan per 31 Maret 2014 akan membandingkan dengan laporan posisi keuangan per 31 Maret 2013.
Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh perbandingan yang lebih baik secara tahunan sehingga lebih komparatif. Misalnya perbandingan ROE, perbandingan saldo-saldo dan rasio lainnya.
Namun perlu diketahui juga bahwa laporan interim kebanyakan belum diaudit sehingga ada kemungkinan penyajian seperti itu juga memiliki kelemahan misalnya dalam hal klasifikasi sehingga dapat saja membiaskan hasil.
Khusus untuk perayaan puasa dan lebaran perlu diperhatikan juga akan ada kemungkinan dua musim perayaan yang masuk ke dalam satu tahun TTM. Misalnya perayaan puasa dan lebaran pada tahun 2017 yang terjadi pada Q2 2017 sedang pada tahun sebelumnya terjadi antara Q2 2016 sampai awal Q3 2016 sehingga ketika mengambil data TTM Q2 2017 yang tahun 2017 maka data akan dipengaruhi oleh perayaan puasa dan lebaran tahun 2017 dan juga sebagian tahun 2016 sehingga data tahun 2017 bisa kelihatan lebih gemuk, misalnya untuk perusahaan retail.
Hal yang sama suatu saat bisa juga terjadi pada laporan keuangan tahunan sesungguhnya misalnya dua musim perayaan puasa dan lebaran masuk ke dalam satu tahun.
Terima kasih pak. Tentu perbandingan setahun penuh (TTM) akan sangat membantu memberikan pemahaman yang lebih komprehensif dan meminimalkan bias karena siklus bisnis. Saya sangat senang mengikuti blog ini dan banyak menimba ilmu serta manfaat dalam berinvestasi. Saya selalu menunggu tulisan tulisan dalam blog ini.
BalasHapus@BYEKOS
Terima kasih kepada pengelola blog ini, GBU.
BalasHapusArtikel yang sangat bagus..
BalasHapus