Sabtu, 07 September 2013

Saatnya Masuk Saham Komoditas? (Tulisan Ke-2)

Tulisan ini adalah tulisan yang kedua atas isu yang sama yang mana tulisan pertama telah diterbitkan sebelumnya di sini.

Kita lihat kembali perbandingan harga komoditas sesuai dengan perkembangan terakhir.


Terlihat dari tabel di atas kalau harga batubara nyaris masih sama dengan harga rata-rata semester 1 2013 sehingga masih belum mempunyai cukup alasan bagi kita untuk membeli saham basis batubara. Jika pun ingin membeli, maka mestinya lebih selektif dan memilih yang terbaik dan yang mempunyai valuasi masih murah. Misalnya KKGI. Lihat tulisan Valuasi Sektor Batubara ini. Beberapa saham lainnya sebenarnya masih cukup murah dari sisi PBV.

Untuk harga nikel dan emas juga masih belum begitu menarik.

Yang masih menarik adalah harga CPO dan timah. Timah tiba-tiba naik pada minggu ini karena disebabkan oleh peraturan baru Mendag mengenai ketentuan perdagangan ekspor timah harus melewati Bursa Timah Indonesia (melalui BKDI - Bursa Komoditi & Derivatif Indonesia). Harga timah naik drastis dalam bebeapa hari terakhir karena pasokan yang tersendat sementara. Jika harga timah tidak turun-turun, otomatis saham TINS menjadi menarik sama dengan saham-saham perkebunan AALI, BWPT, LSIP, SIMP.

Harga timah sendiri telah naik 17% dalam rupiah apabila dibandingkan dengan harga rata-rata pada semester 1 2013.

Untuk mengira-ngira mengenai dampak kenaikan harga terhadap kenaikan laba bisa dilihat mengenai tabel perbandingan simulasinya di sini. Dampak sebenarnya tentulah tidak seekstrim simulasi tersebut. Jadi kira-kira dapat diambil angka yang aman saja dengan memberi diskon lagi.

Untuk sektor batubara sendiri saya lihat cost-nya sebagian besar sebenarnya masih harus dibayar dalam bentuk USD, seperti misalnya biaya penambangan, biaya hauling, pelabuhan, pengangkutan kapal dan BBM. Selain itu untuk cicilan hutang juga kemungkinan sebagian besar masih dalam mata uang USD, seperti hutang leasing pembelian alat berat, hutang obligasi, hutang bank dll.

Selain itu sebagaian besar penjualan emiten batubara telah dipatok dalam jangka waktu tertentu. Sehingga bagi yang tidak banyak melakukan ekspor (seperti PTBA) dalam waktu dekat belum menikmati kenaikan harga apabila dihitung dalam rupiah.

Selain harga, tentunya yang paling penting adalah volume penjualan. Jika volume penjualan dapat dipertahankan, atau naik, maka dapat dipastikan emiten yang harga komoditasnya naik belakangan akan menikmati kenaikan laba fantastis pada periode sekarang dan yang akan datang.

Dalam strategi investasi saham basis komoditas adalah penting untuk selalu memperhatikan perkembangan harga komoditasnya. Selama tidak turun-turun seperti angka-angka di atas untuk TINS, AALI, BWPT, LSIP, SIMP adalah menarik. Namun apabila sudah mulai turun tentunya daya tariknya semakin berkurang. Selain itu ya tentunya diperhatikan nilai tukar rupiah. Apabila mulai menguat maka daya tariknya juga menurun.

Harga future CPO bisa dipantau di link berikut ini : Palm Oil HQ
Harga metal bisa dipantau di link berikut ini: JP Morgan Metal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar