Apakah yang dimaksud dengan saham gorengan? Apakah
saham-saham dengan valuasi PBV yang sangat tinggi? Jika itu acuannya, berapakah
sebenarnya acuan rasio PBV yang termasuk tinggi?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, pertama kita bisa
mengambil acuan berapa tingkat pengembalian modal/imbal hasil investasi modal
sendiri (ROE) yang diinginkan secara umum dalam setahun. Apakah cukup sebesar
10%, 15% atau 20%? Baiklah, kita ambil angka standar tinggi, yaitu 20%.
Misalnya ada sebuah perusahaan yang mempunyai ekuitas
sebesar Rp 100 dan dapat menghasilkan secara konsisten laba sebesar Rp 20 setahun
dan seluruhnya dibagi sebagai dividen setiap tahun sehingga ekuitasnya tetap
dijaga sebesar Rp 100. Berapakah tingkat harga yang investor rela keluarkan
untuk membeli saham tersebut? Berapa kali dari jumlah labanya? Apakah 10 kali,
15 kali ataukah 20 kali? Baiklah, kita mengambil angka standar atas saja yaitu
sebesar 15 kali.
Jika 15 kali, maka harga saham dihargai sebesar Rp 20 x 15 =
Rp 300. Dibandingkan dengan nilai ekuitas berarti 300/100 atau sama dengan 3
kali. Hore! Kita telah menemukan angkanya. Jadi
PBV sama dengan 3. Kita ambil angka ini sebagai acuan.
Secara umum, imbal hasil investasi (ROE) perusahaan yang
semakin rendah berpeluang dihargai dengan PBV lebih rendah dan investasi dengan
imbal hasil lebih tinggi berpeluang memberikan harga PBV yang lebih tinggi. Namun
hati-hati dengan valuasi tinggi tanpa disertai dengan pertumbuhan memadai.
Dengan PER sebesar 15 kali saja, tingkat BEP (pengembalian modal) yang
diharapkan adalah sama dengan 15 tahun atau imbal hasil sebesar 6,67% per tahun
rata-rata tanpa memperhitungkan hasil investasi kembali dividen.
Berikut ini adalah simulasi dari asumsi beberapa tingkat PER untuk memperoleh gambaran tingkat PBV yang mungkin dibandingkan dengan tingkat ROE.
Jika ada saham yang dihargai dengan valuasi PBV tinggi atau
sangat tinggi di pasar namun mempunyai laba yang masih minim atau bahkan rugi
dan atau dengan ROE rendah, kira-kira apakah ada sesuatu nilai tersembunyi yang
tidak diketahui oleh investor lain yang tidak membeli?
SAHAM GORENGAN
Ketika sebuah saham dihargai sangat tinggi, logikanya, tentunya
harus ada sesuatu spesial yang bersifat fundamental yang bakal terjadi pada
masa yang akan datang, yaitu misalnya, labanya bakal meningkat pesat pada
tahun-tahun mendatang.
Apakah memang seperti itu?
Kenyataannya ternyata tidak selalu. Faktor fundamental tidak
mendukung namun harga saham tetap di atas selama bertahun-tahun atau masih
terus meningkat harganya. Dalam hal ini kita tidak bisa mengesampingkan faktor psikologi
dalam valuasi sebuah saham.
Ketika kita membeli sesuatu, keputusan kita bisa dipengaruhi
oleh faktor emosi semata. Perasaan suka dan tidak suka.
Ketika memutuskan untuk membeli mobil merek A, keputusan
kita bisa dipengaruhi oleh tampilan mobil baik eksterior maupun interiornya,
warna mobil dan merek mobil. Bisa dipengaruhi oleh lingkungan kita yang sebagian
besar membeli mobil merek tersebut. Bisa dipengaruhi oleh iklan. Bisa
dipengaruhi oleh faktor merasa ketinggalan. Bisa dipengaruhi oleh jenis mobil yang
sedang ngetren.
Sama halnya dengan
keputusan dalam membeli sebuah saham.
Ketika ada sebuah saham yang mengalami kenaikan terus-menerus,
ramai perdagangannya dengan volume transaksi semakin meningkat, banyak dibahas
di media, banyak direkomendasi analis maka seorang investor bisa terpengaruh
untuk ikut melakukan pembelian. Ini disebut dengan prilaku ikut-ikutan
(herding).
https://walletcare.wordpress.com/2015/02/21/behavioral-economics/ |
Jika harga sebuah saham dihargai dengan valuasi sangat
tinggi, misalnya dengan rasio PBV sangat tinggi namun tidak disertai dengan dukungan
faktor fundamental lainnya, namun masih terus naik dan naik lagi atau selama
bertahun-tahun masih tetap bertahan dihargai dengan valuasi sangat tinggi, apa
kira-kira alasan yang mendasarinya?
Kami merangkum faktor-faktor psikologi dan prilaku ekonomi berikut
ini yang kami amati merupakan faktor-faktor utama yang mempengaruhi harga
saham-saham gorengan tetap tinggi atau semakin tinggi.
FAKTOR KESERAKAHAN EKONOMI
Tidak dapat dipungkiri bahwa tujuan utama seseorang atau
pihak-pihak tertentu dengan menggoreng sebuah saham adalah untuk memperoleh
keuntungan yang sebesar-besarnya. Harga saham diolah sedemikian rupa sehingga diharapkan orang
lain akan ikut melakukan pembelian yang kemudian tanpa sadar telah terjebak dalam sebuah
permainan licik. Untuk menarik minat pembeli maka harga saham akan digoreng terus-menerus.
https://www.slideshare.net/avlaniruchir/stock-market-1-presentation |
FAKTOR TIDAK MAU RUGI
Ketika seseorang memborong sebuah saham secara besar-besaran
di harga tinggi sehingga menjadikannya penguasa pasar namun kemudian nyangkut karena tidak ada lagi pembeli
lain yang bersedia membeli di harga tinggi karena pertimbangan fundamental,
saham tersebut akan tetap dia pertahankan terus-menerus harganya karena dia
tidak mau merasakan kerugian. Merasa sangat sakit jika mengalami kerugian.
Pada suatu ketika Anda mengalami kerugian pada sebuah saham,
katakanlah sebesar Rp 1 juta. Anda tidak rela menjual saham tersebut. Di saat yang sama Anda dengan cepat telah menjual saham lain dengan keuntungan
sebesar Rp 1 juta. Perasaan sakit karena rugi sebesar Rp 1 juta Anda lebih terasa daripada perasaan senang karena memperoleh Rp 1 juta.
FAKTOR WINDOW DRESSING
FAKTOR WINDOW DRESSING
Meningkatkan dan mempertahankan kinerja portofolio agar bisa
menyaingi indeks acuan merupakan cita-cita kebanyakan manajer investasi (MI).
Ketika mereka nyangkut mereka akan
tetap mempertahankan harga sebuah saham untuk memperoleh tampilan cantik yang
sebenarnya ilutif pada dana kelolaannya. Mempertahankan terus menerus harga
sebuah saham untuk menjaga kinerja dana kelolaan, meskipun tidak mempunyai
alasan fundamental, merupakan tindakan window
dressing juga. Tujuannya bisa merupakan tujuan subjektif, misalnya, untuk
memperoleh bonus, kenaikan jabatan, meningkat citra produk atau untuk
menghindari kecurigaan dari penegak hukum.
Ya benar, penegak hukum. Jika dana kelolaan berhubungan
dengan kekayaan negara, seorang MI yang melakukan tindakan sembarangan sehingga
menyebabkan kerugian pada dana kelolaannya berpotensi untuk berurusan dengan
penegak hukum. Cermati kasus dapen (dana pensiun) Pertamina yang bermasalah
dengan pembelian saham-saham tertentu. Tidak tertutup kemungkinan MI berurusan
dengan hukum apabila melakukan tindakan yang menjurus kepada tindak pidana
penipuan yang merugikan pemilik dana meskipun itu adalah masyarakat umum.
Seorang MI yang tidak jujur dengan mudah dapat melakukan transaksi penipuan yang menguntungkan diri sendiri. Misalnya, menjual saham sendiri dan mengorbankan investor dana kelolaannya. Misalnya, sebelum saham X digoreng, MI akan membeli saham X sebanyak-banyaknya untuk diri sendiri. MI kemudian menggoreng saham tersebut dan menjual saham tersebut di harga tinggi ke dana kelolaannya. Agar tindakan tersebut tidak dicurigai maka MI akan terus menjaga harga saham tersebut yang lagi-lagi menggunakan dana kelolaannya.
https://www.finance-monthly.com |
Apakah penggoreng saham yang melakukan penipuan harga saham sehingga menyebabkan investor saham mengalami kerugian pernah dipidana? Satu kasus yang terkenal pada masa lalu adalah kasus Bank Pikko.
FAKTOR NILAI JAMINAN
https://www.dirtcheapejuice.com |
Beberapa saham gorengan di BEI dicurigai berat merupakan
saham-saham yang dijaminkan, misalnya, sebagai jaminan repo saham.
Untuk menciptakan sebuah nilai, pihak yang menerbitkan saham
akan menggoreng saham tersebut sehingga memiliki nilai dan akhirnya dapat
digunakan sebagai jaminan untuk meminjam kepada pihak lain.
Misalnya pihak tersebut mempunyai modal hanya Rp 100 miliar
namun mempunyai kebutuhan dana sangat besar. Jika meminjam secara konservatif
paling-paling juga akan memperoleh nilai pinjaman sebesar Rp 100 miliar juga.
Namun bagaimana jika sahamnya dia naikkan sehingga nilainya menjadi Rp 1
triliun, berapakah jaminan yang bisa dia peroleh?
FAKTOR JATUH CINTA
Ketika seorang lelaki jatuh cinta pada seorang wanita, apa
pun bisa dilakukannya. Bahkan bersedia melakukan bunuh diri untuk membuktikan
cintanya. Begitu juga dengan seseorang yang terlanjur jatuh cinta kepada sebuah
saham rela mempertahankan sahamnya terus-menerus walaupun sebenarnya
fundamentalnya telah sangat berubah. Penyebab jatuh cinta kepada sebuah saham
ini tentu sangat relatif. Bisa karena saham tersebut pernah memberikan kenaikan
harga secara terus-menerus. Bisa karena fundamentalnya pernah sangat bagus. Bisa
karena merupakan saham yang pernah memberikan keuntungan tertinggi dalam
sejarah. Bisa karena merek
yang dipunyai perusahaan. Dan lain-lain.
FAKTOR CITRA
Akan membanggakan jika saham yang kita pegang merupakan
saham bergengsi yang masuk jajaran elit. Masuk jajaran saham MSCI atau LQ45. Akan
membanggakan apabila kita memiliki saham, harga saham kita naik terus dan menjadikan
kita masuk jajaran 100 orang terkaya. Bukan begitu?
http://www.wikiwand.com |
FAKTOR SURVIVAL BIAS
Ketika seseorang tidak mau menjual saham yang dipegangnya walaupun faktor fundamental telah banyak berubah dengan harapan akan kembali naik karena mencontoh pada kasus-kasus survival saham lain yang sebenarnya sangat jarang terjadi mempunyai prilaku yang disebut sebagai survivorship bias atau survival bias dalam behavioral economics.
Prilaku seperti itu dapat dicontohkan, misalnya, prilaku seseorang dengan membeli saham GTBO dengan harapan saham tersebut akan naik ke masa-masa puncaknya juga karena mencontoh cerita sukses saham-saham batubara lainnya pada saat ini yang memasuki harga-harga puncaknya namun mengesampingkan kisah keterpurukan saham batubara lainnya (BORN atau BRAU yang telah didelisitng atau BUMI yang sebenarnya masih terpuruk dari harga Rp 8000 an dulu).
Kami mengindentifikasi setidaknya saham-saham berikut ini merupakan bekas saham gorengan yang sekarang terpuruk dan masih tercatat hingga saat ini, yaitu :
ARTI;BAJA;CNKO;GAMA;LCGP;MIRA;MITI;PKPK;PLAS;POLY;SIAP;SUGI;TMPI;TRUB.
Beberapa saham yang dulunya berjaya namun sekarang terpuruk merupakan kombinasi dari efek dari keberhasilan penggorengan yang kemudian dilakukan "penghancuran" dari dalam seperti saham-saham dari group tertentu. Beberapa saham perusahaan pelayaran. Saham yang baru-baru ini didelisting INVS dan CPGT merupakan golongan yang sama.
Investor lawas akan mengingat kepunahan dari bursa saham DGSA, BASS, BMSR atau ada yang masih ingat saham SUBA atau MANY? Saham MANY merupakan saham fenomal karena dengan cepat ditendang dari bursa. Orang yang berada di balik SUBA dan MANY disebut-sebut merupakan orang yang sama.
Berikut ini daftar perusahaan tercatat yang sudah tidak aktif lagi di bursa. Kebanyakan dalam status pailit dan likuidasi atau tidak aktif lagi operasinya dan bahkan ada yang sudah benar-benar tinggal nama karena direksinya tidak dapat dihubungi.
FAKTOR KESENANGAN
Ketika seseorang tidak mau menjual saham yang dipegangnya walaupun faktor fundamental telah banyak berubah dengan harapan akan kembali naik karena mencontoh pada kasus-kasus survival saham lain yang sebenarnya sangat jarang terjadi mempunyai prilaku yang disebut sebagai survivorship bias atau survival bias dalam behavioral economics.
Prilaku seperti itu dapat dicontohkan, misalnya, prilaku seseorang dengan membeli saham GTBO dengan harapan saham tersebut akan naik ke masa-masa puncaknya juga karena mencontoh cerita sukses saham-saham batubara lainnya pada saat ini yang memasuki harga-harga puncaknya namun mengesampingkan kisah keterpurukan saham batubara lainnya (BORN atau BRAU yang telah didelisitng atau BUMI yang sebenarnya masih terpuruk dari harga Rp 8000 an dulu).
https://xkcd.com |
Kami mengindentifikasi setidaknya saham-saham berikut ini merupakan bekas saham gorengan yang sekarang terpuruk dan masih tercatat hingga saat ini, yaitu :
ARTI;BAJA;CNKO;GAMA;LCGP;MIRA;MITI;PKPK;PLAS;POLY;SIAP;SUGI;TMPI;TRUB.
Beberapa saham yang dulunya berjaya namun sekarang terpuruk merupakan kombinasi dari efek dari keberhasilan penggorengan yang kemudian dilakukan "penghancuran" dari dalam seperti saham-saham dari group tertentu. Beberapa saham perusahaan pelayaran. Saham yang baru-baru ini didelisting INVS dan CPGT merupakan golongan yang sama.
Investor lawas akan mengingat kepunahan dari bursa saham DGSA, BASS, BMSR atau ada yang masih ingat saham SUBA atau MANY? Saham MANY merupakan saham fenomal karena dengan cepat ditendang dari bursa. Orang yang berada di balik SUBA dan MANY disebut-sebut merupakan orang yang sama.
Berikut ini daftar perusahaan tercatat yang sudah tidak aktif lagi di bursa. Kebanyakan dalam status pailit dan likuidasi atau tidak aktif lagi operasinya dan bahkan ada yang sudah benar-benar tinggal nama karena direksinya tidak dapat dihubungi.
FAKTOR KESENANGAN
Hanya untuk memuaskan kesenangan diri, seseorang dapat
menggoreng saham untuk dirinya sendiri karena dia senang melihat portofolionya
sangat hijau, senang melihat kenaikan harga sahamnya terus-menerus walaupun artifisial,
senang membuat orang lain iri terhadap saham dia.
http://laoblogger.com |
Demikianlah rangkuman kami. Tentunya masih ada faktor
psikologis dan faktor prilaku ekonomi lain yang berada di balik sebuah saham gorengan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar