Selasa, 13 Agustus 2013

Mengenal Laporan Neraca

Terdapat sedikitnya empat buah laporan dari setiap laporan keuangan baik yang interim maupun yang setahun penuh yang diterbitkan oleh emiten.

Laporan-laporan tersebut adalah:
1. Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
2. Laporan Laba Rugi
3. Laporan Perubahan Ekuitas
4. Laporan Arus Kas

Sebenarnya yang terpenting dari semua laporan tersebut adalah laporan neraca. Tapi kenyataan yang paling sering dilihat oleh investor saham adalah laporan laba rugi.

Laporan neraca pasti dilaporkan di halaman lebih depan daripada laporan-laporan lain sebab laporan yang lain sebenarnya adalah informasi tambahan dari laporan neraca. Boleh dikatakan bahwa laporan neraca adalah induknya dan laporan yang lain adalah anak-anaknya.

Jadi apa sebenarnya laporan neraca itu?

Dari namanya maka laporan neraca adalah laporan posisi keuangan yang menunjukkan jumlah harta, kewajiban (hutang) dan ekuitas (sederhananya adalah modal) pada suatu periode tertentu, misalnya 31 Desember 2012.

Laporan neraca selalu menunjukkan jumlah yang sama antara harta vs kewajiban + modal. Jadi setiap perubahan apa pun dari posisi keuangan akan menyebabkan perubahan yang seimbang di antara ketiga komponen tersebut.


Jika harta bertambah, maka bisa jadi hutang bertambah atau modal bertambah dengan jumlah yang tetap seimbang. Harta bertambah Rp 1 maka hutang juga bertambah Rp 1. Hutang bertambah Rp 1, maka harta juga bertambah Rp 1. Harta bertambah Rp 1, modal bertambah Rp 1, dst.

Komponen utama dari harta paling umum adalah terdiri dari harta lancar dan harta tidak lancar. Begitu juga dengan kewajiban antara kewajiban lancar dan kewajiban tidak lancar dan modal sederhananya adalah modal disetor dan saldo laba.

Contoh: A membuka usaha baru percetakan dengan modal sendiri sebesar Rp 1 m dan modal pinjaman dari bank sebesar Rp 1 m pada tanggal 30 November 2012.

Maka A membuat laporan neraca per 30 November 2012 yang terdiri dari harta = Rp 2m, kewajiban Rp 1 m, modal Rp 1 m

HARTA  =  KEWAJIBAN + MODAL
Rp 2 M   =  Rp 1 M           + Rp 1 M

Harta dari A tersebut seluruhnya adalah dalam bentuk kas/bank. Sehingga perincianya nya menjadi:
HARTA            = Rp 2 M kas (harta lancar)
KEWAJIBAN  = Rp 1 M hutang bank (hutang lancar)
MODAL          = Rp 1 M modal

Untuk memulai usaha tersebut maka A membeli mesin percetakan senilai Rp 1 m dan gudang senilai Rp 0,5 m sehingga laporan neraca A tetap tapi dengan perincian menjadi

HARTA            = Rp 0,5 M kas (harta lancar), Rp 1 M mesin (harta tidak lancar), Rp 0,5 M bangunan (harta tidak lancar), TOTAL = Rp 2 M

KEWAJIBAN  = Rp 1 M hutang bank (hutang lancar)
MODAL          = Rp 1 M (modal)

Sebulan setelah berusaha, ternyata usaha A lancar sehingga memperoleh untung sebesar Rp 0,1 M bersih, maka laporan neraca A pada tanggal 31 Desember 2012 menjadi:
HARTA          = Rp 0,6 M kas, Rp 1 M mesin, Rp 0,5 M bangunan, TOTAL = Rp 2,1 M
KEWAJIBAN= Rp 1 M
MODAL        = Rp 1 M modal, Rp 0,1 M saldo laba

Jadi tambahan laba A selama sebulan tersebut akan muncul di saldo laba sehingga total modal menjadi Rp 1,1 M. Jadi selain membuat laporan neraca, maka A juga akan membuat laporan laba rugi sehingga A dapat mengetahui lebih jelas dari mana sumber labanya. Tambahan laba dari contoh di atas seluruhnya sudah menjadi kas sehingga nilai kas bertambah menjadi Rp 0,6 M.

Perubahan neraca di atas dibuat sederhana saja supaya gampang dimengerti. Pada prakteknya untuk memperoleh laba tersebut, maka masih ada beban penyusutan dari mesin dan bangunan sehingga nilai dari mesin dan bangunan akan dikurangi nilainya secara pembukuan.

Apa yang informasi penting yang bisa diperoleh investor saham dari sebuah laporan neraca?

Dari sebuah laporan neraca dapat diketahui tingkat kesehatan dari sebuah perusahaan. Jika tingkat kesehatan dalam memperoleh laba, maka investor saham dapat membandingkan antara laba dengan jumlah ekuitas (modal) yang sering disebut Return on Equity (ROE) dan laba dengan jumlah harta yang sering disebut Return on Assets (ROA) atau Return on Investment (ROI).

Jika yang dilihat adalah tingkat kesehatan hutang, maka investor dapat memperoleh informasi mengenai perbandingan antara kewajiban (hutang) dengan ekuitas (modal) yang sering disebut Debt to Equity Ratio (DER). Tingkat kesehatan pembayaran hutang lancar dapat diperoleh juga dengan membagi antara harta lancar dengan hutang lancar yang sering disebut Current Ratio.

Bagi investor saham informasi yang sangat penting juga adalah nilai per lembar laba dan nilai per lembar modal. Untuk memperoleh nilai per lembar laba atau biasanya disebut Earning Per Share (EPS) adalah dengan membagi antara jumlah laba setahun dengan jumlah lembar saham. Untuk memperoleh nilai per lembar modal atau biasanya disebut Book Value  (BV) diperoleh dengan membagi jumlah ekuitas sendiri dengan jumlah lembar saham.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar