BEI akan menerapkan satuan perdagangan saham 1 lot dari 500 lembar menjadi hanya 100 lembar mulai bulan Desember 2013.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan jumlah investor ritel. Apakah penurunan lembar saham akan meningkatkan jumlah investor ritel? Rasanya tidak
Di BEI tersedia harga saham dari Rp 50 sampai dengan Rp 1.400.000 per
lembarnya. Bagi investor ritel yang selama ini tidak cukup kuat untuk
membeli saham seharga Rp 20.000 ribu rupiah maka dapat membeli saham-saham
"kelas bawah" seharga Rp 200 misalnya.
Tujuan sebenarnya dari penurunan jummlah lembar adalah untuk meningkatkan likuiditas transaksi. Saham-saham bluechips paling tidak akan bertambah pemainnya. Jika selama ini investor ritel tidak sanggup membeli saham INTP, maka dengan menjadi 100 lembar per 1 lot, mereka akan mudah untuk membelinya.
Jadi yang terjadi nanti hanya pemindahan dana dari saham kecil ke saham besar. Saham-saham dengan harga "murah" akan ketiban sial semakin tidak likuid.
Semakin kecilnya jumlah lembar maka otomatis akan meningkatkan jumlah antrian lot dan frekuensi. Ini sedikit banyak akan memberatkan sistem perdagangan BEI, sistem remote trading dan sistem OLT masing-masing sekuritas. Selain itu running trade di layar akan semakin banyak dan semakin pusing untuk dilihat.
Jika tujuannya untuk meningkatkan investor ritel, hal utama yang harus dilakukan oleh BEI adalah "membenahi" emiten-emiten nakal yang selama ini telah memakan duit investor ritel. Banyak yang sangkut. Banyak yang rugi sehingga menimbulkan efek jera yang sekaligus memberikan promosi yang jelek juga bagi calon investor ritel. Yang kena itu bukan hanya pemain baru, justru sebagian besar adalah pemain lama.
Pasar saham selama ini masih menjadi ajang serigala menguliti domba. Ini bisa dilihat dari jumlah saham-saham sangat likuid sebelumnya yang akhirnya dihabisi tanpa ampun hingga kulit pun tidak tersisa lagi. Harga saham kemudian tinggal Rp 50 gak bisa dijual sama sekali selama bertahun-tahun.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar