PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) mencetak hasil yang kurang memuaskan untuk laba bersih pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012. Namun pada Q4 2013 menghasilkan kenaikan laba bersih yang signifikan dibandingkan dengan Q3 2013.
Pendapatan pada tahun 2013 mencetak kenaikan sebesar 29% menjadi Rp 10,702 triliun. Laba kotor meningkat sebesar 26% menjadi Rp 1,712 triliun. Namun kenaikan beban usaha menggerus laba sehingga laba sebelum pajak hanya naik tipis menjadi Rp 1,269 triliun. Laba bersih akhirnya turun sebesar 7% menjadi Rp 1,058 triliun karena naiknya beban pajak penghasilan sebesar 65%.
Jika dilakukan penyesuaian terhadap selisih kurs dan pendapatan/beban lainnya, maka laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik 2% menjadi Rp 1,013 triliun. Pada tahun 2013 AUTO menderita kerugian selisih kurs sebesar Rp 64 miliar dibandingkan dengan tahun 2012 yang untung sebesar Rp 11 miliar.
Secara kuartalan, pendapatan mampu naik sebesar 5% menjadi Rp 2,941 triliun. Laba kotor naik 17% menjadi Rp 501 miliar. Laba sebelum pajak naik signifikan sebesar 166% menjadi Rp 465 miliar. Laba bersih naik sebesar 192% menjadi Rp 374 miliar. Besarnya kenaikan ini disumbangkan oleh naiknya bagian atas laba bersih entitas asosiasi dan pengendalian bersama entitas yang naik sebesar 955% menjadi Rp 209 miliar. Kenaikan besar ini kemungkinan hanya bersifat musiman mengingat porsi pada Q4 2013 tersebut adalah sebesar 35% atau memang pada Q3 2013 secara musiman angkanya lebih rendah.
Secara tahunan, bagian atas laba bersih entias asosiasi dan pengendalian bersama entitas turun 23% menjadi Rp 600 miliar. Laba ini menjadi keharusan untuk dianalisis mengingat porsinya yang cukup besar dari seluruh laba bersih yang pada tahun 2013 mencapai 57% dan tahun 2012 mencapai 69%.
Mengingat besarnya sumbangan laba tersebut, maka nilai investasi pada entitas asosiasi dan investasi pada pengendalian bersama entitas perlu dicermati. Tercatat pada tahun 2013 jumlahnya naik sebesar 19% menjadi Rp 3,658 triliun dan pada Q4 2013 naik sebesar 9% dibandingkan dengan Q3 2013.
Arus kas bersih yang dikeluarkan untuk aktivitas operasi naik 28% menjadi Rp 765 miliar pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012. Sedangkan rasio pengeluaran kas untuk aktivitas investasi dibandingkan dengan aset tidak lancar pada tahun 2013 tercatat stagnan di level 10% dibandingkan dengan tahun 2012 di angka 11%.
Rasio GPM tahun 2013 turun tipis menjadi 16% dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 16,39%. Sedangkan pada Q4 2013 rasio GPM adalah 17,05% dibandingkan dengan Q3 2013 sebesar 15,36%.
Rasio DER menunjukkan angka yang rendah dengan nilai sebesar 32% dibandingkan dengan 62% pada tahun 2013.
Rasio ROE menurun pada tahun 2013 menjadi 12% dibandingkan dengan 19% pada tahun 2012. Penurunan yang cukup besar ini disebabkan terutama oleh naiknya nilai ekuitas yang berasal dari aksi right issue yang dilakukan pada Q2 2013 dengan nilai penerimaan kas sebesar Rp 2,988 triliun.
Pada harga terakhir sebesar Rp 3.625 (26/2/14), AUTO dihargai dengan rasio PER sebesar 17,25 berdasarkan EPS tahun 2013 yang telah disesuaikan dan rasio PBV sebesar 2,03 berdasarkan nilai buku per lembar per 31 Desember 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar