PT London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) mencapai kinerja tahun 2013 yang cukup buruk dibandingkan dengan tahun 2012. Namun perubahan drastis dialami pada Q4 2013.
Penjualan pada tahun 2013 turun sebesar 2% menjadi Rp 4,134 triliun. Laba kotor turun 25% menjadi Rp 1,253 triliun. Laba usaha turun 23% menjadi Rp 1,026 triliun. Laba bersih turun 27% menjadi Rp 768 miliar. Perusahaan menikmati keuntungan selisih kurs yang naik sebesar 576% menjadi Rp 192 miliar pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012.
Apabila keuntungan selisih kurs ini dikeluarkan dari perhitungan laba bersih, maka laba bersih disesuaikan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk akan turun sebesar 43% menjadi Rp 625 miliar.
Secara kuartalan, penjualan mengalami kenaikan sebesar 28% menjadi Rp 1,240 triliun. Laba kotor meningkat signifikan sebesar 66% menjadi Rp 517 miliar. Laba usaha naik sebesar 25% menjadi Rp 437 miliar. Laba bersih naik sebesar 24% menjadi Rp 327 miliar. Lebih kecilnya pertumbuhan laba usaha dan laba bersih disebabkan oleh lebih kecilnya keuntungan selisih kurs yang dinikmati pada Q4 2013. Tercatat keuntungan ini turun sebesar 77% menjadi Rp 32 miliar dibandingkan dengan Rp 138 miliar pada Q3 2013.
Apabila keuntungan selisih kurs tersebut dikeluarkan dari perhitungan laba bersih, maka laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada Q4 2013 naik sebesar 89% menjadi Rp 302 miliar.
Rasio GPM pada tahun 2013 turun besar menjadi 30,32% dari 39,92% pada tahun 2012. Sedangkan pada Q4 2013 rasio GPM mengalami perubahan drastis menjadi 41,73% dari 32,26%.
Rasio NPM pada tahun 2013 turun menjadi 15,13% dari 26% pada tahun 2012. Sedangkan pada Q4 2013 naik menjadi 24,38% dari 16,57%.
Tingginya perolehan laba kotor pada Q4 2013 disebabkan oleh kombinasi kenaikan produksi dan kenaikan harga penjualan. Produksi TBS selama Q4 2013 tercatat naik sebesar 15% menjadi 382.811 ton dan produksi CPO naik sebesar 23% menjadi 124.337 ton.
Selama setahun, produksi TBS turun sebesar 5% menjadi 1.250.375 ton dan produksi CPO turun sebesar 12% menjadi 396.493 ton.
Rasio ROE dengan laba yang disesuaikan pada tahun 2013 turun menjadi 9% dibandingkan dengan 17% pada tahun 2012.
Rasio DER cukup rendah di tahun 2013 pada angka 21% dibandingkan dengan 20% pada tahun 2012.
LSIP cukup besar melakukan pengeluaran kas untuk investasi. Tercatat jumlahnya naik sebesar 32% menjadi Rp 1,350 triliun. Pengeluaran untuk investasi tersebut menyebabkan tanaman belum menghasilkan naik sebesar 49% menjadi Rp 900 miliar dan aset tetap naik sebesar 25% menjadi Rp 2,778 triliun.
Nampaknya jumlah produksi tidak akan banyak berubah pada satu atau beberapa tahun mendatang mengingat stagnannya luasan tanaman menghasilkan sawit yang pada tahun 2013 mempunyai luas sebesar 74.944 ha dibandingkan dengan tahun 2012 yang sebesar 74.268 ha. Untuk luas tanaman menghasilkan karet turun dari 13.098 ha menjadi 12.587. Nilai tanaman menghasilkan pada tahun 2013 turun sebesar 3% menjadi Rp 1,592 triliun.
LSIP tercatat cukup konservatif dalam hal pinjaman berbunga karena per 31 Desember 2013 tidak terdapat hutang finansial.
Pada harga terakhir sebesar Rp 2.070 (27/2/14), LSIP dihargai dengan rasio PER sebesar 22,58 berdasarkan EPS tahun 2013 yang telah disesuaikan dan rasio PBV sebesar 2,14 berdasarkan nilai buku per lembar per 31 Desember 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar