PT Timah (Persero) Tbk (TINS) mencetak kinerja keuangan yang lumayan baik pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012.
Biarpun penjualan tercatat turun, namun naiknya rasio GPM mampu meningkatkan jumlah perolehan laba.
Penjualan tercatat turun sebesar 21% menjadi Rp 5,852 triliun. Namun laba kotor naik sebesar 13% menjadi Rp 1,444 triliun dan laba bersih naik 19% menjadi Rp 515,102 triliun.
Secara kuartalan, kinerja pada Q4 2013 tercatat naik signifikan dibandingkan dengan Q3 2013. Di mana penjualan tercatat naik 79% menjadi Rp 1,961 triliun. Laba kotor naik 468% menjadi Rp 798 miliar dan laba bersih naik menjadi Rp 374 miliar dari Rp 3,893 miliar.
Dari sisi volume produksi, pada tahun 2013 produksi tercatat turun 20% menjadi 23.718 MT dan penjualan turun 33% menjadi 23.237 MT. Secara kuartalan, produksi naik 18% menjadi 7.630 MT dan penjualan naik sebesar 87% menjadi 8.010.
Seretnya penjualan pada Q3 2013 menyebabkan gangguan pada arus kas masuk dari aktivitas operasi sampai dengan Q4 2013, sehingga pada Q4 2013 tercatat peningkatan pada sisi arus kas masuk dari aktivitas pendanaan melalui pinjaman bank yang berakibat pada naiknya rasio DER. Peningkatan pada arus kas masuk dari sisi pendanaan ini juga untuk menutupi kebutuhan akan arus kas keluar untuk keperluan investasi yang meningkat pada Q4 2013.
Rasio DER pada Q4 2013 tercatat sebesar 0,61 dari semula 0,47. Jika dibandingkan dengan tahun 2012 rasio DER juga meningkat karena tahun 2012 rasio cuma sebesar 0,34.
Rasio ROE pada tahun 2013 tercatat sebesar 11% dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 9%.
Rasio GPM meningkat pada tahun 2013 menjadi 24,67% dari 17,32%. NPM juga meningkat menjadi 8,80% dari 5,86%.
Kinerja yang ideal ditunjukkan pada hasil Q4 2013 dengan GPM mencapai 40,73% dari 12,80% pada Q3 2012 dan NPM menjadi 19.07% dari 0,35%. Rasio ROE tercatat 31% pada Q4 2013.
Jika kinerja pada Q4 2013 dapat dipertahankan, maka pada harga terakhir (17/2/14) sebesar Rp 1.420, emiten ini diperdagangkan dengan rasio PER yang cukup rendah berdasarkan EPS disetahunkan Q4 2013, yaitu hanya sebesar 4,78 dan rasio PBV sebesar 1,46 berdasarkan nilai buku per 31 Desember 2013. Namun perhatikan juga volume produksi di Q4 2013 yang sedikit lebih rendah daripada Q3 2013. Tingginya GPM di Q4 2013 tentunya cukup signifikan dipengaruhi oleh harga jual (dalam USD) dan tingginya nilai tukar USD terhadap Rupiah.
Jika merujuk pada EPS tahun 2013, maka emiten ini diperdagangkan dengan rasio PER sebesar 13,88.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar