PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) mengalami nasib yang kurang beruntung pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2013. Walaupun mencatat kenaikan volume penjualan, namun nilai penjualan menurun dan laba bersih ikut mengalami penurunan. Namun ada perbaikan yang signifikan pada kinerja Q4 2013.
Penjualan pada tahun 2013 turun sebesar 3% menjadi Rp 11,209 triliun. Laba kotor turun 32% menjadi Rp 3,464 triliun. Laba usaha turun 40% menjadi Rp 2,153 triliun. Laba sebelum pajak turun 37% menjadi Rp 2,461 triliun. Laba bersih turun 36% menjadi Rp 1,854 triliun. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 37% menjadi Rp 1,826 triliun. Perlu diperhatikan pula kalau PTBA pada tahun 2013 menikmati pendapatan lain-lain sebesar Rp 295 miliar dan pendapatan keuangan sebesar Rp 234 miliar. Dalam laporan keuangannya tidak terdapat perincian mengenai pendapatan lain-lain tersebut.
Pada Q4 3013, penjualan PTBA naik sebesar 15% dibandingkan dengan Q3 2013 menjadi Rp 3,086 triliun. Beruntungnya beban pokok penjualan justru turun sehingga laba kotor naik signifikan sebesar 76% menjadi Rp 614 miliar. Laba usaha naik sebesar 59% menjadi Rp 423 miliar. Laba bersih naik 54% menjadi Rp 590 miliar. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik 56% menjadi Rp 582 miliar.
Rasio GPM pada tahun 2013 turun besar menjadi 30,90% dari 43,89% pada tahun 2012. Sedangkan pada Q4 3013 naik signifikan dibandingkan dengan Q3 2013 menjadi 34,94% dari 22,83%.
Rasio NPM pada tahun 2013 turun menjadi 16,29% dari 25,01%. Sedangkan pada Q4 2013 naik menjadi 18,88% dibandingkan dengan 13,88%.
Rasio ROE pada tahun 2013 turun menjadi 25% dari 34% pada tahun 2012.
Rasio DER berada pada posisi yang cukup rendah di angka 55% pada tahun 2013 dibandingkan dengan 50% pada tahun 2012.
PTBA tidak mempunyai hutang finansial yang signifikan. Hal ini juga terlihat dari besarnya pendapatan bunga.
Turunnya aset lancar turut mengurangi rasionya terhadap liabilitas lancar yang pada tahun 2013 tercatat sebesar 287% dibandingkan dengan 487% pada tahun 2012.
Turunnya aset lancar sebagian besar disebabkan oleh turunnya saldo kas yang menurun karena pengeluaran untuk investasi dan pendanaan yang cukup besar. Pengeluaran kas untuk investasi pada tahun 2013 tercatat mengalami kenaikan sebesar 12% menjadi Rp 1,324 triliun. Pengeluaran kas untuk pendanaan mengalami kenaikan sebesar 74% menjadi Rp 3,304 triliun. Sebagian besar pengeluaran kas ini digunakan untuk aksi buyback saham di bursa efek dengan nilai pembelian sebesar Rp 1,710 triliun.
Rasio kas untuk kegiatan investasi dibandingkan dengan aset tidak lancar tercataat masih cukup tinggi di angka 25% pada tahun 2013 dibandingkan dengan 29% pada tahun 2012.
Pada harga terakhir sebesar Rp 9.350, PTBA dihargai dengan rasio PER sebesar 11,80 berdasarkan EPS tahun 2013 dan rasio PBV-nya sebesar 2,90 berdasarkan nilai buku per lembar per 31 Desember 2013.
Jumlah saham treasuri sampai dengan tahun 2013 yang telah dibuyback oleh perusahaan adalah sejumlah 129.997.500 atau 5,64% dari jumlah seluruh saham perusahaan. Jumlah saham treasuri ini akan mempengaruhi sedikit atas jumlah EPS dan BV apabila diperhitungkan ulang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar