PT Ciputra Development Tbk (CTRA)
mencetak kinerja keuangan tahunan yang memuaskan sampai dengan Q1 2014 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Namun kinerja pada Q1 2014 jika dibandingkan dengan Q4
2013 menorehkan penurunan. CTRA
juga dihadapi pada tantangan pemasaran yang sedang berat yang
ditandai dengan turunnya arus kas dari pelanggan dan mulai turunnya
saldo uang muka yang diterima.
Pendapatan tahunan tercatat naik sebesar 20%
menjadi Rp 4,938 triliun yang diiringi dengan kenaikan laba kotor
sebesar 25% menjadi Rp 2,542 triliun. Laba usaha meningkat 31% menjadi
Rp 1,622 triliun. Laba sebelum pajak tumbuh 27% menjadi Rp 1,658 triliun.
Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk
akhirnya bertambah 37% menjadi Rp 988 miliar.
Secara
kuartalan, pendapatan turun 1% menjadi Rp 1,202 triliun. Namun laba
kotor tergerus 9% menjadi Rp 637 miliar. Laba usaha terkikis 15% menjadi
Rp 390 miliar sedangkan laba sebelum pajak terperosok 19% menjadi Rp 385
miliar. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas
induk terkelupas 17% menjadi Rp 228 miliar.
Saldo
persediaan tahunan tercatat naik signifikan sebesar 56% menjadi
Rp 5,169 triliun. Secara kuartalan angka tersebut masih naik 6%. Naiknya nilai persediaan tentunya diharapkan dapat menopang angka pendapatan pada periode mendatang.
Saldo uang muka yang diterima secara tahunan hanya naik tipis 1% menjadi Rp 5,780 triliun dan secara kuartalan mulai tercatat turun yaitu sebesar 2%.
Rasio
GPM secara tahunan terjaga kuat di level 51,49% berbanding 49,31%. Secara kuartalan turun menjadi 53,02% dari 57,44%.
Rasio NPM secara tahunan naik menjadi 20,02% dari 17,55% dan secara kuartalan turun menjadi 18,94% dari 22,54%.
Rasio
DER tahunan adalah sebesar 103% meningkat dibandingkan dengan 77% pada
tahun sebelumnya. Hutang finansial membengkak sebesar 97% menjadi Rp 2,890
triliun. Namun tingginya saldo kas masih membebaskan CTRA dari beban keuangan tahunan. Namun pada Q1 2014 mulai mencatatkan beban keuangan bersih.
CTRA secara tahunan tercatat masih cukup agresif dalam investasi. Tercatat arus kas untuk investasi masih cukup tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya walaupun menurun sedikit sebesar 1% menjadi Rp 1,926 triliun.
Saldo tanah untuk pengembangan tahunan tercatat naik 48% menjadi Rp 3,399 triliun. Aset tetap naik 30% menjadi Rp 1,684 triliun. Sedangkan properti investasi naik sebesar 20% menjadi Rp 3,901 triliun. Naiknya saldo-saldo tersebut diharapkan dapat menopang pendapatan jangka panjang perusahaan.
CTRA secara tahunan tercatat masih cukup agresif dalam investasi. Tercatat arus kas untuk investasi masih cukup tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya walaupun menurun sedikit sebesar 1% menjadi Rp 1,926 triliun.
Saldo tanah untuk pengembangan tahunan tercatat naik 48% menjadi Rp 3,399 triliun. Aset tetap naik 30% menjadi Rp 1,684 triliun. Sedangkan properti investasi naik sebesar 20% menjadi Rp 3,901 triliun. Naiknya saldo-saldo tersebut diharapkan dapat menopang pendapatan jangka panjang perusahaan.
Rasio ROE tahunan adalah 15% dibandingkan dengan 12% pada tahun sebelumnya.
Kas
masuk dari pelanggan secara tahunan naik sebesar 18% menjadi Rp 6,502
triliun dan secara kuartalan tercatat mengalami kemunduran sebesar 23%
mejadi Rp 1,053 triliun. Jumlah ini jika dibandingkan dengan jumlah
pendapatan kuartalan angkanya hanya 88%.
Saldo uang muka pelanggan jika dibandingkan dengan pendapatan tahunan adalah sebesar 117%. Angka ini menunjukkan adanya jaminan pendapatan sampai setahun ke depan.
Saldo uang muka pelanggan jika dibandingkan dengan pendapatan tahunan adalah sebesar 117%. Angka ini menunjukkan adanya jaminan pendapatan sampai setahun ke depan.
Pada
harga terakhir sebesar Rp 1.075 (12/5/14), saham CTRA dihargai dengan rasio
PER sebesar 16,49 berdasarkan EPS tahunan sampai dengan Q1 2014 dan rasio PBV-nya adalah
sebesar 2,47 berdasarkan nilai buku per lembar per 31 Maret 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar