PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) mencetak kinerja keuangan tahunan yang memuaskan sampai dengan Q1 2014 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Namun kinerja pada Q1 2014 jika dibandingkan dengan Q4 2013 mengalami kemunduran pendapatan yang cukup berarti walaupun mencatatkan kenaikan laba bersih. SMRA juga dihadapi pada tantangan pemasaran yang berat yang ditandai dengan turunnya arus kas dari pelanggan dan turunnya saldo uang muka pelanggan secara kuartalan.
Pendapatan tahunan tercatat naik sebesar 19%
menjadi Rp 4,181 triliun yang diiringi dengan kenaikan laba kotor
sebesar 21% menjadi Rp 2,128 triliun. Laba usaha meningkat 14% menjadi
Rp 1,333 triliun. Laba sebelum pajak tumbuh 11% menjadi Rp 1,285 triliun.
Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk
akhirnya mengembang 9% menjadi Rp 1,057 triliun.
Secara
kuartalan, pendapatan turun 11% menjadi Rp 938 miliar. Laba
kotor terkikis 3% menjadi Rp 502 miliar. Namun laba usaha berhasil naik 16% menjadi
Rp 353 miliar sedangkan laba sebelum pajak mengembang 19% menjadi Rp 332
miliar. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas
induk menggelembung 24% menjadi Rp 275 miliar.
Saldo
persediaan secara tahunan naik 9% menjadi
Rp 3,110 triliun. Secara kuartalan angka tersebut masih naik 2%.
Saldo uang muka penjualan secara tahunan naik 5% menjadi Rp 4,756 triliun namun secara kuartalan turun sebesar 6%.
Rasio
GPM secara tahunan naik tipis menjadi 50,90% dari 50,23. Secara kuartalan naik menjadi 53,50% dari 49,35%.
Rasio NPM secara tahunan turun menjadi 25,27% dari 27,68% dan secara kuartalan naik menjadi 29,32% dari 21,11%.
Rasio
DER tahunan adalah sebesar 175% berbanding 172%. Hutang finansial membengkak sebesar 75% menjadi Rp 2,430
triliun. Beban bunga tercatat meroket 287% menjadi Rp 48 miliar. Beban bunga tercatat tidak begitu signifikan mempengaruhi laba bersih.
Secara tahunan SMRA tercatat masih cukup agresif dalam investasi. Tercatat arus kas untuk investasi masih cukup tinggi walaupun turun dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 5% menjadi Rp 941 miliar. Tanah yang belum dikembangkan tercatat naik 48% menjadi Rp 2,931 triliun. Properti investasi juga naik yaitu sebesar 28% menjadi Rp 3,260 triliun.
Secara tahunan SMRA tercatat masih cukup agresif dalam investasi. Tercatat arus kas untuk investasi masih cukup tinggi walaupun turun dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 5% menjadi Rp 941 miliar. Tanah yang belum dikembangkan tercatat naik 48% menjadi Rp 2,931 triliun. Properti investasi juga naik yaitu sebesar 28% menjadi Rp 3,260 triliun.
Rasio ROE tahunan adalah 22% berbanding 24%.
Kas
masuk dari pelanggan secara tahunan turun tipis sebesar 3% menjadi Rp 4,446
triliun dan secara kuartalan juga tercatat mengalami kemunduran sebesar 14%
mejadi Rp 648 miliar. Jumlah ini jika dibandingkan dengan jumlah
pendapatan kuartalan angkanya lebih rendah 30%.
Saldo uang muka pelanggan jika dibandingkan dengan pendapatan tahunan adalah sebesar 106%. Besarnya rasio ini memberikan indikasi akan terjaganya angka pendapatan perusahaan setahun ke depan.
Saldo uang muka pelanggan jika dibandingkan dengan pendapatan tahunan adalah sebesar 106%. Besarnya rasio ini memberikan indikasi akan terjaganya angka pendapatan perusahaan setahun ke depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar