PT Ciputra Surya Tbk (CTRS) mencetak kinerja keuangan tahunan yang sangat baik sampai dengan Q1 2014 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kinerja Q1 2014 jika dibandingkan dengan Q4 2013 juga terhitung cukup baik. Beruntungnya di Q1 2014 CTRS mulai dapat memasarkan produknya dengan sangat baik yang ditandai dengan naiknya arus kas dari pelanggan dan mulai naiknya saldo uang muka pelanggan secara kuartalan.
Pendapatan tahunan tercatat naik 21%
menjadi Rp 1,337 triliun yang diiringi dengan kenaikan laba kotor
sebesar 15% menjadi Rp 680 miliar. Laba usaha meningkat 27% menjadi Rp
484 miliar. Laba sebelum pajak meningkat 38% menjadi Rp 526 miliar.
Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk akhirnya tumbuh 33% menjadi Rp 429 miliar.
Secara
kuartalan, pendapatan naik 3% menjadi Rp 348 miliar namun laba kotor terkikis 7% menjadi Rp 191 miliar. Meskipun laba kotor turun, laba usaha masih mampu naik sebesar 3% menjadi Rp 142 miliar. Laba
sebelum pajak tumbuh tipis 1% menjadi Rp 157 miliar. Pada
akhirnya laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas
induk naik 11% menjadi Rp 131 miliar.
Saldo persediaan secara tahunan naik signifikan 58% menjadi Rp 1,877 triliun. Secara kuartalan angka tersebut naik 4%. Naiknya nilai persediaan diharapkan dapat menjaga pendapatan tetap solid.
Saldo persediaan secara tahunan naik signifikan 58% menjadi Rp 1,877 triliun. Secara kuartalan angka tersebut naik 4%. Naiknya nilai persediaan diharapkan dapat menjaga pendapatan tetap solid.
Saldo
uang muka penjualan secara tahunan naik 31% menjadi Rp 2,480 triliun dan secara kuartalan naik tipis sebesar 2%. Saldo uang muka dibandingkan dengan pendapatan tahunan adalah sebesar 185% yang berarti pendapatan sampai dengan lebih kurang dua tahun ke depan kemungkinan masih akan tetap terjaga.
Rasio
GPM secara tahunan turun menjadi 50,85% dari 53,44% dan secara
kuartalan terjadi penurunan menjadi 54,87 dari 60,48%.
Rasio NPM secara tahunan meningkat menjadi 32,09% dari 29,12% dan secara kuartalan naik menjadi 37,66% dari 34,85%.
Rasio
DER secara tahunan meningkat menjadi 124% dari 115%. Hutang finansial turun sebesar 6% menjadi Rp 405 miliar.
Secara keseluruhan tidak ada beban bunga yang diderita CTRS karena lebih
tingginya pendapatan bunga daripada beban bunga.
Tanah untuk pengembangan secara tahunan tercatat naik sebesar 18% menjadi Rp 1,156 triliun. Naiknya saldo tanah untuk pengembangan tentunya diharapkan dapat menjamin keberlangsungan pendapatan jangka panjang.
Tanah untuk pengembangan secara tahunan tercatat naik sebesar 18% menjadi Rp 1,156 triliun. Naiknya saldo tanah untuk pengembangan tentunya diharapkan dapat menjamin keberlangsungan pendapatan jangka panjang.
Rasio ROE tahunan meningkat menjadi 18% berbanding 16%.
Kas
masuk dari pelanggan secara tahunan naik sebesar 6% menjadi Rp 2,166
triliun. Secara kuartalan tercatat mengalami kenaikan sebesar 21% menjadi Rp 433 miliar. Jumlah ini jika dibandingkan dengan jumlah
pendapatan kuartalan angkanya masih lebih tinggi 25%.
Pada
harga terakhir sebesar Rp 2.440 (12/5/14), CTRS dihargai dengan rasio
PER sebesar 11,25 berdasarkan EPS tahunan sampai dengan Q1 2014 dan rasio PBV-nya adalah
sebesar hanya 2,05 berdasarkan nilai buku per lembar per 31 Maret 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar