PT Adaro Energy Tbk (ADRO) mengukir kinerja yang buram pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012. Kinerja pada Q4 2013 juga mengalami perlambatan yang signifikan dibandingkan dengan Q3 2013.
Pendapatan pada tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 12% menjadi US$ 3,285 miliar dibandingkan dengan tahun 2012. Laba kotor
turun 29% menjadi US$ 739 juta. Laba usaha turun 36% menjadi US$ 534 juta. Laba bersih turun 40% menjadi US$ 229 juta.
Secara kuartalan, pendapatan turun tipis
sebesar 1% menjadi US$ 850 juta. Namun laba kotor turun 14% menjadi
US$ 179 juta dan laba bersih turun 31% menjadi US$ 46 juta.
Rasio
GPM pada tahun 2013 tergerus menjadi hanya sebesar 22,50% dibandingkan
dengan tahun 2012 sebesar 28,01%. Pada Q4 2013, rasio GPM juga turun
menjadi 21,03% dari 24,44%.
Rasio NPM pada tahun 2013
berkurang menjadi 7,04% dari 10,35% pada tahun 2012. Pada Q4 2013 rasio
NPM terkikis menjadi 5,59% dari 8,01% pada Q3 2013.
Rasio ROE mengalami penurunan pada tahun 2013 menjadi 9% dari 15% pada tahun 2012.
Rasio DER mengalami penurunan menjadi 111% dari 123% pada tahun 2012.
Lemahnya
outlook pasar batubara ditunjukkan oleh kecilnya pengeluaran kas untuk
investasi yang semakin rendah pada tahun 2013 yang turun 64% menjadi US$ 184 juta
dibandingkan dengan tahun 2012. Aset tetap turun 4% menjadi US$ 1,706 miliar. Properti pertambangan naik 13% menjadi US$ 2,187 miliar. Hutang finansial tercatat turun 9% menjadi US$ 2,221 miliar. Beban keuangan turun sebesar 6% menjadi US$ 722 juta.
ADRO mengalami kerugian lain-lain sebesar US$ 32 juta pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 yang sebesar US$ 33 juta.
Kerugian lain-lain tersebut sebagian besar terdiri dari kerugian selisih kurs sebesar US$ 53 juta pada tahun 2013 dan US$ 12 juta pada tahun 2012. Terdiri juga atas kerugian penurunan nilai goodwill sebesar US$ 102 juta pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 yang nihil. Pada tahun 2013 ADRO menikmati keuntungan dari goodwill negatif dari akuisisi bisnis sebesar US$ 146 juta dibandingkan dengan tahun 2012 yang nihil. Sisa dari kerugian lain-lain masing-masing untuk tahun 2013 sebesar US$ 22 juta dan tahun 2012 sebesar US$ 21 juta tidak ada penjelasan rinci.
Yang cukup menyita perhatian adalah pendapatan dan beban goodwill tersebut. Pendapatan goodwill negatif tersebut diperoleh dari akuisisi saham anak usaha dari pihak lain (harga perolehan lebih rendah daripada harga wajar). Pendapatan ini tidak akan berulang lagi pada tahun depan. Pada tahun 2013, ADRO mulai melakukan amortisasi goodwill, sehingga tampaknya beban amortisasi goodwill akan muncul lagi pada tahun 2014 dst. Ini berarti ADRO akan menghadapi penambahan beban yang cukup signifikan pada tahun 2014 dst dari amortisasi goodwill ini. Melihat kinerja pada Q4 2013, maka pada tahun 2014, jika harga batubara belum membaik, maka kemungkinan besar laba bersih ADRO masih akan tertekan lebih dalam lagi.
Pada
harga terakhir sebesar Rp 1.000 (10/3/14), ADRO diperdagangkan dengan rasio
PER sebesar 12,58 berdasarkan EPS tahun 2013 dengan kurs konversi Rp
11.000/US$. Rasio PBV-nya tercatat sebesar 1,08 berdasarkan nilai buku
per lembar per 31 Desember 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar