PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK) mencetak kinerja keuangan yang sangat bagus pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012. Kinerja pada Q4 2013 jika dibandingkan dengan Q3 2013 juga masih mengalami pertumbuhan yang sangat baik. Namun, LPCK dihadapi pada tantangan pemasaran penjualan yang mulai berat yang ditandai dengan turunnya arus kas dari pelanggan dan mulai turunnya saldo uang muka pelanggan. Selain itu LPCK juga dihadapi pada masalah turunnya margin laba kotor.
Pendapatan pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 tercatat naik 31% menjadi Rp 1,328 triliun yang diiringi dengan kenaikan laba kotor sebesar 43% menjadi Rp 743 miliar. Laba usaha tumbuh sebesar 43% menjadi Rp 638 miliar. Laba sebelum pajak meningkat 45% menjadi Rp 666 miliar. Laba bersih akhirnya tumbuh 45% menjadi Rp 591 miliar.
Secara kuartalan, pendapatan tumbuh 56% namun laba kotor hanya meningkat 32% menjadi Rp 224 miliar. Naiknya beban usaha turut menggerus margin sehingga laba usaha hanya naik 30% menjadi Rp 189 miliar. Laba sebelum pajak tumbuh 30% menjadi Rp 200 miliar dan laba bersih hanya naik 20% menjadi Rp 168 miliar karena rasio beban pajak yang lebih tinggi.
Saldo persediaan tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 naik 29% menjadi Rp 2,510 triliun. Secara kuartalan juga masih tumbuh sebesar 12%.
Saldo uang muka dari pelanggan secara tahunan naik 26% menjadi Rp 1,859 triliun dan secara kuartalan mulai menurun yaitu sebesar 7%.
Rasio GPM secara tahunan tumbuh menjadi 55,93% dari 51,36% namun secara kuartalan terjadi kemunduran menjadi 47,69% dari 56,34%.
Rasio NPM secara tahunan meningkat menjadi 44,48% dari 40,18% namun secara kuartalan turun menjadi 35,80% dari 46,47%.
Rasio DER pada tahun 2013 adalah sebesar 112% dibandingkan dengan 131% pada tahun 2012. LPCK tercatat tidak mempunyai hutang finansial sama sekali.
Rasio ROE pada tahun 2013 adalah 32% dibandingkan dengan 33% pada tahun 2012.
Kas masuk dari pelanggan secara tahunan naik sebesar 23% menjadi Rp 2,116 triliun namun secara kuartalan tercatat mengalami kemunduran sebesar 15% menjadi Rp 497 miliar. Jumlah ini jika dibandingkan dengan jumlah pendapatan kuartalan angkanya masih sedikit lebih tinggi.
Pada harga terakhir sebesar Rp 7.500 (28/3/14), LPCK dihargai dengan rasio PER sebesar 8,84 berdasarkan EPS tahun 2013 dan rasio PBV-nya adalah sebesar 2,87 berdasarkan nilai buku per lembar per 31 Desember 2013.
Terima kasih bro IDX. Bisa tolong diulas APLN dan DILD. Sekilas saya cek DILD masih tumbuh juga, saya perlu analisis lain buat second opinion. Thanks a lot !
BalasHapusApakah LPCK ini masih dapat di simpan sebagai investasi pak?
BalasHapusSaya kira hampir semua saham properti bisa dijadikan investasi. Penjualan kebanyakan mungkin akan menurun secara jangka pendek, namun tidak akan mengurangi nilai jangka panjangnya.
BalasHapus