PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) mencapai kinerja laba bersih tahun 2013 yang sebenarnya sangat bagus dibandingkan dengan tahun 2012. Penurunan laba bersih yang tercatat lebih disebabkan oleh tingginya kerugian selisih kurs yang diderita pada tahun 2013. Pada Q4 2013, kinerja laba bersih tanpa memperhitungkan kerugian selisih kurs adalah stagnan.
Pendapatan pada tahun 2013 naik signifikan sebesar 41% menjadi Rp 3,197 triliun. Laba kotor naik 33% menjadi Rp 2,062
triliun. Tingginya beban usaha dan rugi selisih kurs menyebabkan laba
usaha turun sebesar 21% menjadi Rp 775 miliar. Laba sebelum pajak
turun 50% menjadi Rp 228 miliar. Laba bersih menjadi turun sebesar 52% di angka Rp 165 miliar.
TOWR menderita kerugian selisih kurs yang sangat besar dengan total sejumlah Rp 888 miliar pada
tahun 2013 dibandingkan dengan kerugian sebesar Rp 283 miliar pada tahun
2012. Apabila kerugian ini dikeluarkan dari perhitungan laba bersih,
maka laba bersih disesuaikan yang dapat diatribusikan kepada pemilik
entitas induk naik 52% menjadi Rp 850 miliar dibandingkan dengan tahun 2012.
Secara
kuartalan, pendapatan mencapai pertumbuhan sebesar 11%
menjadi Rp 902 miliar dibandingkan dengan Q3 2013. Laba kotor meningkat 13%
menjadi Rp 593 miliar. Laba usaha naik menjadi Rp
261 miliar dari rugi sebesar Rp 163 miliar. Laba sebelum pajak adalah sebesar Rp 86 miliar dibandingkan dengan rugi sebesar Rp 307 miliar. Laba bersih adalah sebesar Rp 58 miliar dibandingkan dengan rugi sebesar Rp 232 miliar pada Q3 2013.
Kerugian selisih kurs yang diderita pada Q4 2013 adalah sebesar Rp 204 miliar dibandingkan dengan kerugian sebesar Rp 585 miliar pada Q3 2013. Jika kerugian tersebut dikeluarkan dari perhitungan laba bersih, maka laba bersih disesuaikan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk berubah tipis naik 1% menjadi Rp 206 miliar.
Kerugian selisih kurs yang diderita pada Q4 2013 adalah sebesar Rp 204 miliar dibandingkan dengan kerugian sebesar Rp 585 miliar pada Q3 2013. Jika kerugian tersebut dikeluarkan dari perhitungan laba bersih, maka laba bersih disesuaikan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk berubah tipis naik 1% menjadi Rp 206 miliar.
Rasio
GPM pada tahun 2013 turun menjadi 64,50% dari 68,23% pada tahun
2012. Pada Q4 2013 rasio GPM naik menjadi sebesar 65,75% dari
64,73% pada Q3 2013.
Rasio NPM pada tahun 2013 agak naik menjadi 26,59% dari 24,69% pada
tahun 2012. Pada Q4 2013 rasio NPM turun menjadi sebesar 22,80% dari 25,14% pada Q3 2013.
Rasio ROE mengalami kenaikan pada tahun 2013 menjadi 23% dari 16% pada tahun 2012.
Rasio
DER meningkat pada tahun 2013 menjadi 326% dari 298% pada tahun 2012. Beban
bunga naik sebesar 5% menjadi Rp 547 miliar karena hutang finansial naik. Hutang finansial
naik sebesar 16% menjadi Rp 9,306 triliun dibandingkan dengan tahun
2012.
Pengeluaran
kas untuk aktivitas investasi pada tahun 2013 turun pesat sebesar 35% menjadi Rp 1,776 triliun. Aset tetap naik 7% menjadi Rp
11,152 triliun. Rasio pengeluaran kas tersebut dibandingkan dengan aset
tidak lancar adalah sebesar 13% dibandingkan dengan 22% pada tahun 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar