PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) mencatat kinerja penjualan selama tahun 2013 yang bagus, namun naiknya berbagai beban menyebabkan penurunan laba bersih. Secara kuartalan, pada Q4 2013 kinerja terlihat cukup bagus secara keseluruhan. Namun sebenarnya kinerja yang bagus tersebut hanya disumbangkan oleh segmen agribisnis dan segmen baru, yaitu segmen budidaya dan pengolahan sayuran sedangkan segmen produk konsumen dan Bogasari mengalami kemunduran yang berarti.
Penjualan
tahun 2013 tercatat naik 15% dibandingkan dengan tahun 2012 menjadi Rp
57,732 triliun namun laba kotor hanya meningkat 5% menjadi Rp 14,330
triliun. Laba usaha turun 2% menjadi Rp 6,718 triliun. Laba bersih
tercatat turun sebesar 29% menjadi Rp 3,417 triliun. Laba bersih yang
dapat diatribusikan untuk
pemilik entitas induk turun 23% menjadi Rp 2,504 triliun. INDF menderita kerugian selisih kurs yang cukup signifikan sebesar Rp 1,109 triliun pada tahun 2013 yang
tercatat naik kencang daripada kerugian sebesar Rp 33 miliar pada tahun 2012. Apabila kerugian
selisih kurs ini dikeluarkan dari perhitungan laba bersih (dengan asumsi
rasio pajak penghasilan 25%), maka laba bersih yang dapat diatribusikan
kepada pemilik entitas induk turun 5% menjadi Rp 3,113 triliun.
Secara
kuartalan, penjualan tercatat naik 14% menjadi Rp 16,453 triliun dan
laba kotor naik 20% menjadi Rp 4,302 triliun. Laba
usaha naik 6% menjadi Rp 1,953 triliun. Laba bersih naik 136%
menjadi Rp 947 miliar. INDF menderita kerugian selisih kurs pada Q4 2013
dan juga Q3 2013. Jika kerugian selisih kurs tersebut dikeluarkan dari
perhitungan, maka laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik
entitas induk naik 28% menjadi Rp 685 miliar.
Apabila penjualan dipecah-pecah lagi, maka terlihat, kinerja yang bagus pada Q4 2013 dibandingkan dengan Q3 2013 disumbangkan oleh sektor agribisnis yang mana penjualannya naik 21% dan laba usaha yang disumbangkan naik 96% menjadi Rp 795 miliar. Sedangkan penjualan segmen produk konsumen turun 3% dan laba usahanya turun 52% menjadi Rp 349 miliar. Kemunduran juga dialami oleh segmen Bogasari yang mana penjualannya meskipun naik 6%, namun laba usahanya turun 60% menjadi Rp 191 miliar. Segmen distribusi juga mengalami kemunduran di mana penjualan turun 9% dan laba usaha turun 29%. Segmen distribusi menyumbang laba usaha yang paling kecil untuk INDF.
Yang mengejutkan adalah sumbangan segmen budidaya dan pengolahan sayuran yang sangat signikan pada Q4 2013. Penjualan tercatat naik sebesar 377% menjadi Rp 1,744 triliun dan laba usahanya naik signifikan sebesar 710% menjadi Rp 473 miliar. (INDF menambah kepemilikan di China Minzhong Food dari semula 63,60% pada Q3 2013 menjadi 82,90% pada Q4 2013)
Berikut ini adalah tabel segmentasi penjualan INDF.
Kemunduran pada sektor produk konsumen dan Bogasari dapat dinilai karena kondisi makro yang kurang menguntungkan (turunnya nilai tukar Rupiah) sehingga diharapkan hanya bertahan dalam jangka pendek dan dalam jangka panjang akan kembali memberikan hasil yang optimal.
Harga gandum tentunya juga berpengaruh signifikan. Sehingga kenaikan harga akhir-akhir ini juga dinilai kurang menguntungkan.
Sektor agribisnis sendiri seperti siklus-siklus historisnya selalu memberikan hasil yang lebih baik pada kuartal akhir karena jumlah produksi yang lebih baik sehingga tidak begitu saja dapat terulang pada kuartal-kuartal awal tahun 2014 walaupun masih ada harapan besar mengingat harga dasar CPO masih tetap tinggi.
Nampaknya segmen yang akan menolong besar dalam pengumpulan laba pada kuartal-kuartal awal tahun 2014 adalah segmen budidaya dan pengolahan sayuran.
Rasio GPM mengalami penurunan selama tahun 2013 menjadi 24,82% dari 27,07%
pada tahun 2012. Secara kuartalan, rasio GPM naik menjadi 26,15% dari 24,78%.
Rasio
NPM
dengan laba bersih yang telah disesuaikan pada tahun 2013 turun menjadi
5,39% dari 6,53%. Secara kuartalan, rasio NPM naik menjadi 4,16% dari 3,72%.
Rasio ROE menunjukkan angka yang menurun menjadi 13% pada tahun 2013 dari 15% pada tahun 2012.
Rasio DER mengalami peningkatan pada tahun 2013 menjadi 104% dari 74%.
Pengeluaran
kas untuk investasi pada tahun 2013 meningkat luar biasa sebesar 183%
menjadi Rp 14,402 triliun. Aset tidak lancar naik 38% menjadi Rp 45,628
triliun. Aset tetapnya sendiri naik 46% menjadi Rp 23,028 triliun. Rasio
pengeluaran kas terhadap aset tidak lancar berada pada angka 32% pada
tahun 2013 dibandingkan dengan 15% pada tahun 2012. Perlu dicatat bahwa angka pengeluaran tersebut termasuk sebesar Rp 3,398 triliun yang diinvestasikan ke deposito berjangka.
Adanya peningkatan pada sisi aset investasi tentunya masih memberi harapan besar akan adanya peningkatan lagi omset penjualan dan diharapkan laba bersih dapat meningkat pada periode-periode yang akan datang.
Adanya peningkatan pada sisi aset investasi tentunya masih memberi harapan besar akan adanya peningkatan lagi omset penjualan dan diharapkan laba bersih dapat meningkat pada periode-periode yang akan datang.
Hutang finansial meningkat signifikan menjadi Rp 27,309 triliun. Beban keuangan meningkat 68% menjadi Rp 656 miliar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar