Senin, 31 Maret 2014

APLN - Analisis Laporan Keuangan Q4 2013

PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) mencetak kinerja keuangan yang cukup baik pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012. Kinerja pada Q4 2013 jika dibandingkan dengan Q3 2013 juga masih mengalami pertumbuhan yang sangat baik. Namun, APLN dihadapi pada tantangan pemasaran penjualan yang mulai sedikit berat yang ditandai dengan turunnya arus kas dari pelanggan dan mulai turunnya saldo uang muka pelanggan.

Pendapatan pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 tercatat naik 5% menjadi Rp 4,901 triliun yang diiringi dengan kenaikan laba kotor sebesar 13% menjadi Rp 2,355 triliun. Laba sebelum pajak meningkat 7% menjadi Rp 1,177 triliun. Laba bersih akhirnya tumbuh 11% menjadi Rp 930 miliar.


Secara kuartalan, pendapatan tumbuh 35% menjadi Rp 1,420 triliun. Laba kotor meningkat 30% menjadi Rp 668 miliar. Laba sebelum pajak tumbuh 35% menjadi Rp 313 miliar dan laba bersih meningkat signifikan sebesar 44% menjadi Rp 252 miliar.

Saldo persediaan lancar (aset real estat) tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 naik signifikan 71% menjadi Rp 2,967 triliun. Secara kuartalan angka tersebut naik 42%. Persediaan yang meningkat ini tentunya masih memberikan harapan besar pada peningkatan penjualan pada kuartal awal tahun 2014.

Saldo uang muka dari pelanggan secara tahunan naik 57% menjadi Rp 4,419 triliun dan secara kuartalan turun sebesar 3%.

Rasio GPM secara tahunan tumbuh menjadi 48,05% dari 44,45% namun secara kuartalan terjadi penurunan menjadi 47,01% dari 48,85%.

Rasio NPM secara tahunan meningkat tipis menjadi 17,37% dari 17,31% dan secara kuartalan naik menjadi 17,88% dari 14,24%.

Rasio DER pada tahun 2013 adalah sebesar 173% meningkat dibandingkan dengan 139% pada tahun 2012. Hutang finansial membengkak sebesar 22% menjadi Rp 5,457 triliun. Beban bunga tercatat naik 10% menjadi Rp 329 miliar. Beban bunga merupakan beban yang cukup besar pengaruhnya kepada laba perusahaan karena porsinya adalah 39% dari laba bersih tahun 2013 yang mana meningkat daripada tahun 2012 yang sebesar 37%. Secara kuartalan beban bunga meningkat 23% menjadi Rp 85 miliar.

APLN pada tahun 2013 tercatat masih cukup agresif dalam investasi. Tercatat arus kas untuk investasi masih cukup tinggi biarpun turun dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 29% menjadi Rp 1,4 triliun. Posisi persediaan tidak lancar, properti investasi dan aset tetap masing-masing meningkat 104%, 11% dan 49%. Persediaan tidak lancar yang meningkat diharapkan dapat menopang angka penjualan secara jangka panjang. Begitu juga dengan properti investasi yang meningkat diharapkan dapat meningkatkan pendapatan berulang jangka panjang.

Rasio ROE pada tahun 2013 adalah 32% dibandingkan dengan 33% pada tahun 2012.

Kas masuk dari pelanggan secara tahunan naik sebesar 23% menjadi Rp 2,116 triliun namun secara kuartalan tercatat mengalami kemunduran sebesar 7%
menjadi Rp 1,692 miliar. Jumlah ini jika dibandingkan dengan jumlah pendapatan kuartalan angkanya masih lebih tinggi hampir 20%.

Pada harga terakhir sebesar Rp 283 (28/3/14), APLN dihargai dengan rasio PER sebesar 6,81 berdasarkan EPS tahun 2013 dan rasio PBV-nya adalah sebesar hanya 1,01 berdasarkan nilai buku per lembar per 31 Desember 2013.

1 komentar:

  1. Terima kasih pak IDX. Kasusnya mirip LPCK atau mungkin seperti sebagian besar emiten properti, terjadi penurunan uang muka pelanggan. Mudah2an BI rate tidak naik lagi...

    BalasHapus