Minggu, 02 Maret 2014

INAF - Analisis Laporan Keuangan Q4 2013

PT Indofarma (Persero) Tbk (INAF) mengukir kinerja yang buruk pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012. Kerugian pada tahun 2013 disebabkan terutama oleh naiknya beban pokok penjualan dan beban usaha. Selain itu INAF juga menderita kerugian selisih kurs dan kenaikan beban bunga. Pada Q4 2013 kinerja banyak berubah karena penjualan meningkat signifikan. Namun kinerja yang baik pada Q4 2013 tidak cukup untuk menutupi kinerja yang buruk pada tiga kuartal sebelumnya sehingga selama tahun 2013 INAF harus menelan kerugian yang cukup signifikan.

Penjualan pada tahun 2013 naik sebesar 16% menjadi Rp 1,337 triliun. Namun sangat tingginya kenaikan beban pokok penjualan menyebabkan laba kotor turun 8% menjadi Rp 338 miliar. Tidak ada lagi laba usaha pada tahun 2013 karena berganti menjadi rugi usaha sebesar Rp 32 miliar dibandingkan dengan laba usaha sebesar Rp 83 miliar pada tahun 2012.  Rugi sebelum pajak adalah sebesar Rp 63 miliar dibandingkan dengan laba sebelum pajak sebesar Rp 19 miliar. INAF akhirnya terpaksa menelan rugi bersih sebesar Rp 54 miliar pada tahun 2013 dibandingkan dengan laba bersih sebesar Rp 42 miliar pada tahun 2012.

INAF menderita kerugian selisih kurs sebesar Rp 31 miliar pada tahun 2013 dibandingkan dengan kerugian sebesar Rp 21 miliar pada tahun 2012. Apabila kerugian tersebut dikeluarkan dari perhitungan laba-rugi bersih (tanpa memperhitungkan pajak penghasilan) maka laba-rugi bersih yang disesuaikan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk menjadi rugi sebesar Rp 37 miliar pada tahun 2013 dibandingkan dengan laba sebesar Rp 48 miliar pada tahun 2012.

Secara kuartalan, penjualan mencapai pertumbuhan yang signifikan sebesar 136% menjadi Rp 697 miliar. Namun laba kotor hanya naik sebesar 106% menjadi Rp 143 miliar karena tingginya beban pokok penjualan. Laba usaha tercatat Rp 28 miliar dibandingkan dengan rugi usaha sebesar Rp 57 miliar pada Q3 2013. Laba sebelum pajak tercatat sebesar Rp 16 miliar dibandingkan dengan kerugian sebesar Rp 68 miliar pada Q3 2013. Tersisa laba bersih sebesar Rp 7 miliar pada Q4 2013 dibandingkan dengan rugi bersih sebesar Rp 52 miliar pada Q3 2013.

INAF menderita kerugian selisih kurs sebesar Rp 8 miliar pada Q4 2013 dibandingkan dengan Q3 2013 yang juga menderita kerugian sebesar  Rp 14 miliar. Jika kerugian ini dikeluarkan dari perhitungan laba-rugi bersih, maka laba bersih disesuaikan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada Q4 2013 adalah Rp 15 miliar dibandingkan dengan rugi sebesar Rp 38  miliar pada Q3 2013.

Secara historis INAF selalu mencapai puncak penjualan pada Q4 setiap tahun. Sehingga kinerja penjualan pada Q4 tidak dapat dijadikan patokan terhadap kinerja pada awal tahun pada tahun selanjutnya. Namun dengan adanya program BPJS di tahun 2014, kita harapkan kinerja INAF akan lebih baik pada setiap kuartalnya di tahun 2014 dan seterusnya.

Rasio GPM pada tahun 2013 turun menjadi 25,24% dari 31,82% pada tahun 2012. Pada Q4 2013 rasio GPM juga turun menjadi sebesar 20,63% dari 23,68% pada Q3 2013.

Rasio DER meningkat pada tahun 2013 menjadi 119% dari 83% pada tahun 2012. Naiknya hutang finansial turut menyumbang pada kenaikan rasio DER. Beban bunga naik sebesar 47% menjadi Rp 31 miliar. Hutang finansial membengkak sebesar 64% menjadi Rp 319 miliar dibandingkan dengan tahun 2012.
Pengeluaran kas untuk aktivitas investasi pada tahun 2013 meningkat pesat sebesar 451% menjadi Rp 36 miliar. Aset tetap naik 8% menjadi Rp 368 miliar.  Rasio pengeluaran kas tersebut dibandingkan dengan aset tidak lancar adalah sebesar 8% dibandingkan dengan 2% pada tahun 2012.

Pada harga terakhir sebesar Rp 172 (28/2/14), INAF dihargai dengan rasio PBV sebesar 0,90 berdasarkan nilai buku per lembar per 31 Desember 2013.

Jika dibandingkan dengan KAEF, maka kinerja INAF sangatlah buruk. Lihat analisis laporan keuangan Q4 2013 KAEF di sini.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar