Rabu, 19 Maret 2014

BBKP - Analisis Laporan Keuangan Q4 2013



PT Bank Bukopin Tbk (BBKP) mencatat kinerja laba bersih yang baik pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012. Namun secara kuartalan, kinerja laba bersih pada Q4 2013 menurun dibandingkan dengan Q3 2013 karena naiknya beban bunga. Tambahan laba tahunan pun sebenarnya disumbangkan dari pemulihan penyisihan kerugian penurunan nilai aset keuangan.

Pendapatan bunga kotor dan syariah pada tahun 2013 tercatat naik sebesar 16% menjadi Rp 5,950 triliun. Pendapatan bunga bersih turun sebesar 1% menjadi 2,444 triliun. Laba operasional naik 10% menjadi Rp 1,174 triliun dan laba bersih naik 12% menjadi Rp 935 miliar. Laba operasional naik disebabkan oleh munculnya pendapatan/pemulihan dari penyisihan kerugian penurunan nilai aset keuangan. Pendapatan ini tentunya hanya bersifat insidentil dan kecil kemungkinan akan berulang lagi pada tahun selanjutnya.

Secara kuartalan, pendapatan bunga kotor dan syariah naik sebesar 8% menjadi Rp 1,591 triliun. Pendapatan bunga dan syariah bersih turun 1% menjadi Rp 633 miliar. Laba operasional harus menurun sebesar 19% menjadi Rp 244 miliar. Turunnya laba operasional ini banyak disebabkan oleh naiknya beban operasional lainnya sebesar 14%. Laba bersih akhirnya tercatat turun 16% menjadi Rp 198 miliar.

Untuk posisi keuangan, pinjaman yang diberikan pada tahun 2013 tercatat naik sebesar  7% menjadi Rp 47,663 triliun. Aset naik 6% menjadi Rp 69,458 triliun. Simpanan nasabah naik pelan sebesar 3% menjadi Rp 55,822 triliun.

Secara kuartalan jika dibandingkan antara Q4 2013 dengan Q3 2013, pinjaman yang diberikan tersebut turun sebesar 1%. Aset berubah sedikit dan begitu juga dengan simpanan nasabah.

Rasio ROE pada tahun 2013 turun menjadi 15% dibandingkan dengan 17% pada tahun 2012. BBKP tercatat melangsungkan penawaran umum terbatas (PUT) pada akhir tahun 2013 dengan penerimaan kas sebesar Rp 587 miliar. Peningkatan ekuitas ini diharapkan dapat menambah kucuran kredit pada kuartal-kuartal mendatang dan juga dapat menjadi modal untuk menyerap simpanan nasabah yang nampaknya pertumbuhannya tidak begitu menggembirakan.

Rasio GPM pada tahun 2013 mengalami penurunan lumayan menjadi 41,07% dari semula 48,02%. Begitu juga pada Q4 2013 mengalami pemburukan dari semula 43,46% menjadi 39,80%. Apakah manajemen mampu membalikkan pemburukan margin ini pada kuartal-kuartal selanjutnya?

Rasio NPM pada tahun 2013 turun tipis menjadi 15,63% dari 16,20%. Secara kuartalan menjadi 12,32% dari 15,70%.

Pada harga terakhir di Rp 670 (18/3/14) emiten ini diperdagangkan dengan rasio PER sebesar 6,13 berdasarkan EPS tahun 2013 dan rasio PBV sebesar hanya 0,92 berdasarkan nilai buku per lembar per 31 Desember 2013.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar