Senin, 01 Juli 2013

Analisis Saham ITMA (PT Sumber Energi Andalan)

ITMA merupakan salah satu emiten yang hampir tidak diperhatikan oleh sebagian besar investor. Padahal setelah mengakuisisi PT Mitratama Perkasa (MP) kinerja keuangan ITMA telah berubah sama sekali.

Suntikan MP ke dalam tubuh ITMA telah mampu membuat ITMA sangat subur dan menghasilkan laba yang tidak tanggung-tanggung.

Berikut ini informasi singkat dan sederhana dari laporan keuangan ITMA. Oleh karena laporan 31 Maret 2013 menggunakan mata uang USD maka saya konversi ke rupiah dengan kurs Rp 9.716 agar mudah dibandingkan.

Catatan: ROE Setahunkan Q1 2013 menggunakan dasar angka ekuitas per 31 Mar 2013

Melihat kinerja terakhir, target harga antara Rp 30.000 sd Rp 50.000 adalah cukup  realistis.

Kinerja ITMA tergantung kepada MP dan kinerja MP tergantung kepada volume produksi dan penjualan BUMI. Target penjualan BUMI tahun ini 78 juta ton. Pada Q1 2013 BUMI telah berproduksi sebanyak 19,1 juta ton dan Q2 2013 telah berproduksi 19 juta ton.

Pada dasarnya kinerja MP tidak tergantung kepada harga batubara tetapi tergantung kepada volume produksi dan penjualan karena MP menyediakan jasa infrastruktur penunjang pertambangan batubara seperti pelabuhan.

Berikut ini infrastuktur penting MP:

- Pelabuhan batubara di Bengalon, Lubuk Tutung, Kalimantan Timur digunakan oleh PT. Kaltim Prima Coal (KPC) dengan kapasitas untuk menampung 8 juta ton batubara per tahun.
- Crusher batubara di Sangatta, Kalimantan Timur yang digunakan oleh KPC, memiliki kapasitas untuk memproses 14 juta ton batubara per tahun.
- Pelabuhan batubara di Asam-asam, Tanah Laut, Kalimantan Selatan yang digunakan oleh PT Arutmin Indonesia Arutmin (Arutmin) dengan kapasitas untuk menampung 12 juta ton batubara per tahun.
- Pelabuhan batubara di Mulia Barat, Kintap, Kalimantan Selatan yang digunakan oleh PT Arutmin Indonesia dengan kapasitas untuk menampung 30 juta ton per tahun.

Kalau melihat ke total kapasitas pelabuhan MP adalah sebesar 50 juta ton. Perusahaan lain penyedia infrastruktur pertambangan ke BUMI adalah PT Nusa Tambang Pratama (NTP). MP dan NTP adalah afiliasi dari PT Astrindo Mahakarya Indonesia yang baru saja diakuisisi oleh BIPI.

Pemegang saham ITMA adalah Trust Energy Resources Pte. Ltd (merupakan afiliasi dari Tata Power yang mana masuk Tata Group ) sebesar 94,61% dan sisanya publik.

Perusahaan afiliasi Tata Power lainnya bisa dilihat di daftar ini.

Berapa sebenarnya "nilai pasar" MP? Pada tahun 2010 BUMI melepas 69,83% saham MP kepada PT Nusantara Pratama Indah (NPI) senilai USD 190 juta sehingga nilai 30% MP milik ITMA setara dengan USD 81.626.000 yang kalau dikalkulasi ke rupiah dengan kurs  9.700 adalah senilai Rp 791 miliar yang apabila diterjemahkan ke dalam jumlah lembar saham ITMA nilainya setara dengan Rp 23.250. Itu adalah harga tahun 2010 loh yang mana laba belum setinggi tahun terakhir.

Bagaimana kalau menentukan "nilai pasar" MP dengan pendekatan dari nilai akuisisi BIPI terhadap AMI senilai USD 600 juta? Struktur kepemilikan yang  ruwet serta sebaran asset yang belum jelas cukup sulit untuk menentukan nilai MP dari akuisisi tersebut. NPI memiliki saham di MP sebesar 69,83%, dan AMI memiliki 99,97% saham NPI. Maka secara tidak langsung AMI memiliki 69,8091% saham MP.

NTP sahamnya dimiliki oleh PT Dwikarya Prima Abadi (DWI) 99,99% dan PT Marvel Capital Indonesia 0,01%. DWI  dimiliki oleh Candice Investment Pte Ltd (Candice). Candice merupakan anak dari Nixon Investment Pte Ltd (Nixon). 70% Saham Nixon dimiliki oleh Sire Enterprises Pte Ltd (Sire) dan 30% oleh Bhira Investment Ltd (Bhira). AMI memiliki 99,99% saham Sire. Maka secara tidak langsung AMI memiliki 69,986% saham NTP.

Bhira sendiri merupakan afiliasi dari Tata Power (100%) dan merupakan pemegang saham 2,47% dari Trust Energy Resources Pte Ltd. Sungguh rumit bukan?

Lihat analisis nilai ITMA dari nilai akuisisi BIPI terhadap AMI yang terbaru di sini

4 komentar:

  1. Pak Lim.

    Perkenalkan saya Adhit, seorang investor. Ada yang ingin saya tanyakan. Apakah Bapak masih memiliki saham ITMA? Sudah sejak lama saya mempelajari perusahaan ini, dan pencabutan suspensi pada bulan lalu telah saya nanti sejak lama.

    Yang ingin saya tanyakan adalah:

    1. Apa yang membuat transaksi 30% saham PT. Mitratama Perkasa (PTMP) kepada Long Haul
    Holdings Limited dengan nilai sekitar USD 120 M (IDR 1.63 T) belum kunjung rampung sejak 2 tahun terakhir dan waktu penyelesaiannya selalu diperpanjang hingga tiap akhir tahun?

    2. Menurut pandangan Bapak, bagaimana prospek ITMA jika sudah tidak memiliki PTMP, yang menjadi pemasukan utama perusahaan?

    3. Menurut perhitungan Bapak, berapa nilai wajar ITMA dengan posisi nilai buku terakhir (Maret 2016), tanpa memperhitungkan dividen yang akan dibagikan dari hasil penjualan PTMP, sesuai hasil RUPSLB Mei 2014?

    4. Apakah menurut asumsi Bapak peningkatan nilai buku ITMA yang berasal dari PTMP selama ini sudah terealisasikan (dalam bentuk dividen yang diterima ITMA) atau masih hanya sekedar perhitungan laba akuntansi terhadap kepemilikan 30% PTMP?

    5. Bagaimana pandangan Bapak terkait rencana perusahaan untuk ekspansi di sektor ketenagalistrikan?

    Terima kasih Pak Lim. Sehat dan sukses selalu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pak Adhit. Salam kenal.

      Saya memang masih mempunyai saham ITMA sejak dari 3 tahun lalu, hehehe. Tau saja ya?

      Mengenai pertanyaan Anda saya mencoba mereka2 saja ya:

      1. Kemungkinan dana berupa panjar yang telah disetor ke Long Haul oleh BIPI sangkut di Long Haul (mungkin terpakai untuk kepentingan lain) sehingga hingga kini tidak ada penyelesaian. Alasan resminya adalah menunggu persetujuan kreditur.

      2.Jika ITMA tidak mempunyai MP lagi maka nilai masa depannya jelas turun. Yang ada tinggal nilai cash saja nanti jika seluruh penjualan diterima pembayarannya. Dengan anggapan tidak ada pemotongan apa pun, pajak, maka akan diterima 120 juta usd tsb.

      3. Menurut saya nilai buku sekarang tidak bisa dijadikan patokan juga atau nilai buku yang akan datang karena mereka sudah membuat perjanjian untuk menjual dengan harga 120 juta. Jadi nilai bukunya tidak akan lari dari 120 juta itu. Nilai wajarnya mestinya harus kasih diskon lagi ya dari sana dan menurut saya kira2 itu Rp 30.0000/lbr. (nilai buku dari 120 juta tersebut sebenarnya setara dengan Rp 45.000/lbr). Kalau dibagi dividen ya kira-kira nanti harga ITMA 30.000 dikurangi dividennya lagi.

      4. PT MP itu perusahaan yang sehat. Laba masih stabil. ITMA mencatat dengan metode ekuitas sehingga apa yang tambah/berkurang di ekuitas MP (tentunya karena laba/rugi) akan begitu juga dicatat oleh ITMA sesuai dengan persentase kepemilikannya. Nilai ini memang hanya sebatas pembukuan. Tapi kalau MP membayar dividen, tentu ini akan menjadi kas atau MP dilikuidasi. Selama ini MP belum membagi dividen tersebut.

      5. Kita tidak dapat berharap banyak dari rencana2 ke depan ITMA lagi karena itu hanya rencana saja tidak ada aksinya.

      Saya sendiri berharap ITMA membatalkan penjualan tersebut sehingga nilai ITMA akan naik.

      Demikian yang bisa saya sampaikan. Terima kasih dan sehat selalu juga.

      Hapus
    2. Terima kasih atas penjelasannya Pak Lim.

      Saya sepakat bahwa PTMP adalah perusahaan yang sehat. Sekilas ini dapat dilihat dari bagian laba bersih yang diterima ITMA terus meningkat tiap tahunnya terhitung sejak diakuisisi (hanya terjadi penurunan pada 2015), juga terus meningkatnya aset bersih PTMP yang tercatat USD 451.532.522 pada Juni 2016 (LK BIPI Q2 2016), dengan liability/equity ratio 0.72.

      Menurut saya pencapaian tersebut tidak lepas dari salah satu faktor penting yakni klien ITMA yaitu KPC dan Arutmin yang terus menggenjot produksi batubara tiap tahunnya. Namun ada yang menjadi perhatian saya mengenai kontrak PTMP dengan kedua klien sebagai sumber pendapatan utama, yaitu dimana untuk keseluruhan kontrak tersebut akan berakhir pada 2018. Saya sendiri tidak memiliki gambaran bagaimana nasib kontrak ini, apakah akan diperpanjang atau tidak.

      Terkait rencana penjualan PTMP, saya pribadi melihat jika ITMA berhasil merealisasikan penjualan sebesar USD 120 M dan menggunakan dana tersebut untuk mendukung ekspansi di sektor ketenagalistrikan seperti yang sudah lama direncanakan, ini akan menjadi sebuah cerita yang menarik. Karena seperti yang kita ketahui, ITMA ini dimiliki oleh Tata Power yang merupakan perusahaan pembangkit listrik terbesar di India. Manajemen ITMA juga diisi oleh orang-orang dari Tata Power. Mungkin saja ini menjadi langkah Tata Power untuk berekspansi di Indonesia dan mengambil peran dalam program pembangunan pembangkit listrik 35.000 MW.

      Sejauh yang saya ketahui, Tata Power sendiri memiliki 2 perusahaan patungan pembangkit listrik di Indonesia melalui Trust Energy Resources Pte Ltd (induk dari ITMA), yaitu PT Kalimatan Prima Power (pembangkit listrik batubara dengan kepemilikan 30%) dan OTP Geothermal Pte Ltd (pembangkit listrik panas bumi dengan kepemilikan 50%). Tapi, nama terakhir justru sudah dalam proses finalisasi penjualan ke pihak KS Orka Renewables Pte.Ltd. Itu yang saya tidak pahami terhadap rencana Tata Power dalam mengembangkan bisnisnya di Indonesia. Lalu apakah ada serangkaian hubungannya juga dengan penjualan Arutmin? Bahkan PTMP itu sendiri?

      Kalau boleh sayu tahu, bagaimana pandangan dan pendapat Pak Lim terhadap ITMA dan rencana Tata Power terhadap ITMA terkait bisnisnya di Indonesia?

      Terima kasih atas diskusi dan berbagi pemikirannya Pak.

      Hapus
  2. Pak Adhit,

    Kalau saya lihat alasan penjualan MP ada hubungan dengan pelepasan Arutmin oleh Grup Tata Power. MP lebih banyak kontraknya di Arutmin daripada di KPC karena infrastrukturnya memang di sana. Tampaknya mereka ingin bersih-bersih dengan penjualan MP untuk fokus di tempat lain.

    Kalau kontrak-kontrak saya yakin semua akan diperpanjang begitu saja karena infrastruktur yang ada tidak mungkin bisa digantikan oleh pihak lain.

    Saya tidak mempunyai gambaran mereka akan terjun di pembangkit listrik. Lagipula itu butuh dana yang tidak sedikit. Lebih baik baik mereka mengambil pulang cashnya kalau MP dijual. Sepertinya begitu. Tentunya kita berharap yang terbaik saja. Terima kasih.

    BalasHapus