Kamis, 03 April 2014

ASRI - Analisis Laporan Keuangan Q4 2013


PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) mencetak kinerja keuangan yang tidak memuaskan pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012. Kinerja pada Q4 2013 jika dibandingkan dengan Q3 2013 juga masih mengalami kemunduran yang signifikan. ASRI juga dihadapi pada tantangan pemasaran penjualan yang mulai berat yang ditandai dengan turunnya arus kas dari pelanggan dan mulai turunnya saldo uang muka pelanggan.

Pendapatan pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 tercatat naik signifikan sebesar 51% menjadi Rp 3,684 triliun yang diiringi dengan kenaikan laba kotor sebesar 25% menjadi Rp 1,837 triliun. Laba usaha meningkat 22% menjadi Rp 1,533 triliun. Namun, naiknya beban keuangan dan kerugian selisih kurs menyebabkan laba sebelum pajak turun 20% menjadi Rp 1,082 triliun. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk akhirnya turun 26% menjadi Rp 877 miliar.


ASRI menderita kerugian selisih kurs yang besar pada tahun 2013 yaitu sebesar Rp 280 miliar dibandingkan dengan Rp 3 miliar pada tahun 2012. Jika kerugian selisih kurs tersebut dikeluarkan dari perhitungan (dengan asumsi tidak ada pengaruh pajak penghasilan), maka laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 4% menjadi Rp 1,152 triliun,

Secara kuartalan, pendapatan turun signifikan 47% menjadi Rp 643 miliar. Laba kotor turun 23% menjadi Rp 328 miliar. Laba usaha turun 34% menjadi Rp 236 miliar sedangkan laba sebelum pajak terkikis 70% menjadi Rp 57 miliar. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk terpotong  92% menjadi Rp 9 miliar.

ASRI menderita kerugian selisih kurs sebesar Rp 159 miliar pada Q4 2013 dibandingkan dengan Rp 98 miliar pada Q3 2013. Apabila kerugian selisih kurs tersebut dikeluarkan dari perhitungan laba, maka laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk menjadi turun 44% menjadi sebesar Rp 119 miliar.

Saldo persediaan lancar tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 turun signifikan 44% menjadi Rp 937 miliar. Secara kuartalan angka tersebut turun 1%. Rendahnya saldo persediaan lancar ini nampaknya memberikan sinyal secara jangka pendek kita tidak akan melihat pertumbuhan penjualan yang signifikan.
Saldo uang muka penjualan secara tahunan naik 6% menjadi Rp 3,588 triliun dan secara kuartalan turun sebesar 2%.

Rasio GPM secara tahunan turun signifikan menjadi 49,87% dari 59,96% namun secara kuartalan naik menjadi 51,10% dari 35% namun tetap masih rendah daripada pencapaian tahun 2012.

Rasio NPM secara tahunan menurun menjadi 31,28% dari 48,86% dan secara kuartalan naik tipis menjadi 18,46% dari 17,34%.

Rasio DER pada tahun 2013 adalah sebesar 171% meningkat dibandingkan dengan 131% pada tahun 2012. Hutang finansial membengkak sebesar 230% menjadi Rp 4,587 triliun. Beban bunga tercatat naik 6% menjadi Rp 88 miliar.

ASRI pada tahun 2013 tercatat masih cukup agresif dalam investasi. Tercatat arus kas untuk investasi masih cukup tinggi dibandingkan dengan tahun 2012 yaitu naik sebesar 20% menjadi Rp 3,948 triliun. Posisi persediaan tidak lancar, properti investasi dan tanah untuk pengembangan masing-masing meningkat 84%, 64% dan 73%. Persediaan tidak lancar dan tanah untuk dikembangkan yang meningkat diharapkan dapat menopang angka penjualan secara jangka panjang. Begitu juga dengan properti investasi yang meningkat diharapkan dapat meningkatkan pendapatan berulang jangka panjang.

Rasio ROE pada tahun 2013 adalah 22% dibandingkan dengan 26% pada tahun 2012.

Kas masuk dari pelanggan secara tahunan naik sebesar 9% menjadi Rp 3,889 triliun namun secara kuartalan tercatat mengalami kemunduran sebesar 11% mejadi Rp 839 miliar. Jumlah ini jika dibandingkan dengan jumlah pendapatan kuartalan angkanya masih lebih tinggi hampir 30%.

Pada harga terakhir sebesar Rp 625 (3/4/14), ASRI dihargai dengan rasio PER sebesar 10,66 berdasarkan EPS tahun 2013 yang disesuaikan dan rasio PBV-nya adalah sebesar 2,38 berdasarkan nilai buku per lembar per 31 Desember 2013.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar