Selasa, 01 April 2014

ERAA - Analisis Laporan Keuangan Q4 2013


PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) mengukir kinerja yang tidak memuaskan pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012. Kinerja pada Q4 2013 jika dibandingkan dengan Q3 2013 juga masih kurang memuaskan karena terjadi penurunan pendapatan dan laba kotor sampai dengan laba sebelum pajak. Laba bersih yang menguat tipis pada Q4 2013 lebih banyak disumbangkan oleh lebih kecilnya rasio pajak penghasilan pada kuartal tersebut.

Pendapatan pada tahun 2013 turun tipis sebesar 1% menjadi Rp 12,727 triliun. Laba kotor naik 2% menjadi Rp 1,169 triliun. Namun laba usaha turun 13% menjadi Rp 623 miliar karena tingginya beban usaha. Laba sebelum pajak turun sebesar 22% menjadi Rp 457 miliar. Laba bersih susut sebesar 20% menjadi Rp 347 miliar.

Secara kuartalan, pendapatan berkurang sebesar 12% menjadi Rp 3,168 triliun. Laba kotor menyusut 17% menjadi Rp 279 miliar. Laba usaha turun 9% menjadi Rp 158 miliar. Laba sebelum pajak berkurang 14% menjadi Rp 128 miliar. Kecilnya beban pajak pada Q4 menyebabkan laba bersih mampu naik 2% menjadi Rp 111 miliar.

Rasio GPM pada tahun 2013 meningkat tipis menjadi 9,19% dari 8,89% pada tahun 2012. Secara kuartalan rasio GPM turun menjadi 8,79% dari 9,34%.

Sedangkan rasio NPM menjadi 2,74% pada tahun 2013 dari 3,36% pada tahun 2012. Secara kuartalan meningkat menjadi 3,50% dari 3,03%.

Rasio ROE mengalami penurunan pada tahun 2013 menjadi 13% dari 17% pada tahun 2012.

Rasio DER meningkat pada tahun 2013 menjadi 82% dari 51% pada tahun 2012. Hutang finansial tercatat membengkak pada tahun 2013 sebesar 86% menjadi Rp 1,173 triliun. Beban keuangan juga meningkat signifikan 107% menjadi Rp 89 miliar.

Pengeluaran kas untuk aktivitas investasi pada tahun 2013 masih sangat tinggi namun menurun sebesar 37% menjadi Rp 169 miliar dibandingkan dengan tahun 2012. Aset tetap naik 18% menjadi Rp 216 miliar.

Rasio pengeluaran kas tersebut dibandingkan dengan aset tidak lancar adalah sebesar 14% dibandingkan dengan 26% pada tahun 2012.

Hal yang cukup menyita perhatian adalah naiknya nilai persediaan pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 tanpa diiringi dengan naiknya nilai penjualan. Besarnya nilai persediaan tentunya akan berdampak kepada beban dana. Selain persediaan, arus kas bersih dari aktivitas operasi yang masih negatif cukup tinggi juga menjadi perhatian. Kedua hal ini cukup berkorelasi yang dapat ditarik sebuah kesimpulan yang mungkin, yaitu banyaknya persediaan yang tidak dapat dijual dengan baik.

Pada harga terakhir sebesar Rp 1.450 (1/4/14), ERAA dihargai dengan rasio PER sebesar 12,06 berdasarkan EPS tahun 2013 dan PBV-nya 1,53 berdasarkan nilai buku per lembar per 31 Desember 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar