Senin, 14 April 2014

LPKR - Analisis Laporan Keuangan Q4 2013


PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) mencetak kinerja keuangan yang memuaskan pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012. Namun kinerja laba bersih pada Q4 2013 jika dibandingkan dengan Q3 2013 tidak memuaskan walaupun kinerja pendapatannya naik. LPKR juga dihadapi pada tantangan pemasaran penjualan properti yang mulai berat yang ditandai dengan mulai turunnya saldo uang muka pelanggan.

Pendapatan pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 tercatat naik sebesar 8% menjadi Rp 6,666 triliun yang diiringi dengan kenaikan laba kotor sebesar 8% menjadi Rp 3,047 triliun. Laba usaha meningkat 25% menjadi Rp 1,943 triliun. Laba sebelum pajak tumbuh 22% menjadi Rp 1,925 triliun. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk akhirnya bertambah 16% menjadi Rp 1,228 triliun.


Secara kuartalan, pendapatan naik 10% menjadi Rp 1,885 triliun. Laba kotor naik 7% menjadi Rp 767 miliar. Laba usaha bertambah 14% menjadi Rp 580 miliar sedangkan laba sebelum pajak menebal 12% menjadi Rp 567 miliar. Namun laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk terpotong  14% menjadi Rp 315 miliar karena tingginya beban pajak penghasilan.

Saldo persediaan tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 naik 32% menjadi Rp 13,894 triliun. Secara kuartalan angka tersebut masih naik 4%. Naiknya saldo persediaan diharapkan dapat mendukung nilai pendapatan pada kuartal selanjutnya.

Saldo uang muka pelanggan secara tahunan naik 33% menjadi Rp 5,322 triliun dan secara kuartalan turun sebesar 4%.

Rasio GPM secara tahunan hampir tidak berubah menjadi 45,70% dari 45,79%. Secara kuartalan turun menjadi 43,55% dari 44,77%.

Rasio NPM secara tahunan naik menjadi 18,42% dari 17,21% dan secara kuartalan turun menjadi 16,74% dari 21,42%.

Rasio DER pada tahun 2013 adalah sebesar 121% meningkat dibandingkan dengan 117% pada tahun 2012. Hutang finansial bertambah sebesar 30% menjadi Rp 8,147 triliun. Beban bunga tercatat tidak signifikan berhubung beban bunga dari hutang obligasi yang merupakan sebagian besar dari hutang finansial dikapitalisasi ke nilai persediaan. Walaupun mempunyai hutang obligasi dalam mata uang asing, LPKR belum mencatatkan kerugian selisih kurs yang signifikan.

LPKR pada tahun 2013 tercatat masih cukup agresif dalam investasi. Tanah untuk pengembangan tercatat naik 73% menjadi Rp 1,611 triliun. Aset tetap juga naik, yaitu sebesar 26% menjadi Rp 2,811 triliun.

Rasio ROE pada tahun 2013 adalah sama dengan tahun tahun 2012 yaitu 10%.

Pada harga terakhir sebesar Rp 1.130 (14/4/14), LPKR dihargai dengan rasio PER sebesar 21,23 berdasarkan EPS tahun 2013 dan rasio PBV-nya adalah 2,04 berdasarkan nilai buku per lembar per 31 Desember 2013.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar