Kamis, 17 April 2014

PWON - Analisis Laporan Keuangan Q4 2013


PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) mencetak kinerja keuangan yang sangat baik pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012. Namun kinerja pada Q4 2013 jika dibandingkan dengan Q3 2013 mulai mengalami penurunan. Meskipun begitu, tidak seperti perusahaan bidang properti lainnya, PWON belum begitu terpengaruh terhadap kondisi makro yang kurang menguntungkan terhadap sektor properti. Arus kas dari pelanggan secara kuartalan masih naik. Begitu juga dengan saldo uang muka pelanggan yang masih naik dan cukup besar.

Pendapatan pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 tercatat naik 40% menjadi Rp 3,030 triliun yang diiringi dengan kenaikan laba kotor sebesar 43% menjadi Rp 1,765 triliun. Laba sebelum pajak meningkat 48% menjadi Rp 1,331 triliun. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk akhirnya tumbuh 51% menjadi Rp 1,133 triliun.

PWON menderita kerugian selisih kurs sebesar Rp 102 miliar pada tahun 2013 dibandingkan dengan Rp 35 miliar pada tahun 2012. Apabila kerugian selisih kurs tersebut dikeluarkan dari perhitungan (dengan asumsi tidak ada pengaruh pajak penghasilan), maka laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk akan naik 58% menjadi Rp 1,234 triliun.

Secara kuartalan, pendapatan turun 7% menjadi Rp 715 miliar. Laba kotor terkikis 9% menjadi Rp 412 miliar. Laba sebelum pajak berkurang 5% menjadi Rp 288 miliar dan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mengecil 8% menjadi Rp 238 miliar.

PWON menderita kerugian selisih kurs sebesar Rp 25 miliar pada Q4 2013 dibandingkan dengan Rp 68 miliar pada Q3 2013. Apabila kerugian selisih kurs tersebut dikeluarkan dari perhitungan (dengan asumsi tidak ada pengaruh pajak penghasilan), maka laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk akan turun 20% menjadi Rp 262 miliar.

Saldo persediaan lancar (aset real estat) tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 naik 9% menjadi Rp 1,047 triliun. Secara kuartalan angka tersebut naik 19%. Persediaan yang meningkat ini tentunya masih memberikan harapan besar pada peningkatan penjualan pada kuartal awal tahun 2014.

Saldo uang muka dari pelanggan secara tahunan naik 52% menjadi Rp 1,768 triliun dan secara kuartalan masih naik sebesar 10%.

Rasio GPM secara tahunan tumbuh menjadi 58,25% dari 56,98% namun secara kuartalan terjadi penurunan menjadi 57,70% dari 59,01%.

Rasio NPM secara tahunan meningkat menjadi 40,74% dari 36,12% dan secara kuartalan turun menjadi 36,71% dari 42,79%.

Rasio DER pada tahun 2013 adalah sebesar 127% menurun dibandingkan dengan 141% pada tahun 2012. Hutang finansial nyaris tidak berubah menjadi Rp 2,415 triliun. Beban bunga tercatat turun 44% menjadi Rp 73 miliar.

PWON pada tahun 2013 tercatat masih cukup agresif dalam investasi. Tercatat arus kas untuk investasi masih cukup tinggi dan nyaris sama dibandingkan dengan tahun 2012 yaitu menjadi Rp 943 miliar.
Rasio ROE pada tahun 2013 adalah 32% dibandingkan dengan 27% pada tahun 2012.

Kas masuk dari pelanggan secara tahunan naik sebesar 29% menjadi Rp 3,672 triliun dan secara kuartalan tercatat masih mengalami kenaikan sebesar 16% menjadi Rp 954 miliar. Jumlah ini jika dibandingkan dengan jumlah pendapatan kuartalan angkanya masih lebih tinggi hampir 34%.

Pada harga terakhir sebesar Rp 371 (17/4/14), PWON dihargai dengan rasio PER sebesar 14,48 berdasarkan EPS tahun 2013 yang disesuaikan dan rasio PBV-nya adalah sebesar hanya 4,61 berdasarkan nilai buku per lembar per 31 Desember 2013.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar