Sabtu, 12 April 2014

SSIA - Analisis Laporan Keuangan Q4 2013


PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) mencetak kinerja laba besih yang tidak memuaskan pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012. Kinerja laba bersih pada Q4 2013 jika dibandingkan dengan Q3 2013 juga mengalami kemunduran yang berarti. SSIA juga dihadapi pada tantangan pemasaran penjualan kawasan industri yang mulai berat yang ditandai dengan turunnya penjualan pada Q4 2013 dan mulai turunnya saldo uang muka pelanggan.

Pendapatan pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 tercatat naik sebesar 29% menjadi Rp 4,583 triliun yang diiringi dengan kenaikan laba kotor tipis sebesar 2% menjadi Rp 1,320 triliun. Laba usaha meningkat 4% menjadi Rp 937 miliar. Laba sebelum pajak tumbuh yaitu 3% menjadi Rp 907 miliar. Namun laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk berkurang 2%  menjadi Rp 691 miliar.


SSIA menikmati keuntungan selisih kurs sebesar Rp 26 miliar pada tahun 2013 dibandingkan dengan Rp 5 miliar pada tahun 2012. Apabila keuntungan selisih kurs tersebut dikeluarkan dari perhitungan laba bersih (dengan asumsi tidak ada pengaruh pajak penghasilan), maka laba bersih disesuaikan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk akan turun 5% menjadi Rp 667 miliar.

Secara kuartalan, pendapatan naik 23% menjadi Rp 1,233 triliun. Namun laba kotor turun banyak, yaitu 18% menjadi Rp 280 miliar. Laba usaha turun 11% menjadi Rp 224 miliar sedangkan laba sebelum pajak naik kencang sebesar 49% menjadi Rp 255 miliar. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk meningkat  97% menjadi Rp 205 miliar. Naiknya laba sebelum pajak disebabkan oleh keuntungan selisih kurs yang lumayan besar yaitu Rp 87 miliar pada Q4 2013 dibandingkan dengan kerugian sebesar Rp 65 miliar pada Q3 2013.

Apabila keuntungan dan kerugian selisih kurs tersebut dikeluarkan dari perhitungan laba bersih, maka laba bersih disesuaikan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk akan turun sebesar 21% menjadi Rp 123 miliar.

Saldo persediaan tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 naik 180% menjadi Rp 459 miliar. Secara kuartalan angka tersebut turun 3%.

Saldo uang muka pelanggan secara tahunan turun 44% menjadi Rp 393 miliar dan secara kuartalan turun sebesar 22%.

Rasio GPM secara tahunan turun menjadi 28,81% dari 36,35%. Secara kuartalan juga turun menjadi 22,79% dari 34,04%.

Rasio NPM secara tahunan turun menjadi 14,56% dari 19,70% dan secara kuartalan turun menjadi 9,95% dari 15,53%.

Rasio DER pada tahun 2013 adalah sebesar 123% menurun dibandingkan dengan 191% pada tahun 2012. Hutang finansial naik tipis sebesar 2% menjadi Rp 1,439 triliun. Namun beban bunga tercatat naik signifikan 73% menjadi Rp 61 miliar.

SSIA pada tahun 2013 tercatat masih cukup agresif dalam investasi. Tercatat arus kas untuk investasi masih cukup tinggi walaupun turun dibandingkan dengan tahun 2012 yaitu turun sebesar 46% menjadi Rp 437 miliar.  Aset tetap tercatat naik 55% menjadi Rp 942 miliar. Properti investasi naik tipis 2% menjadi Rp 540 miliar.

Jika dibandingkan dengan jumlah aset tidak lancar, pengeluaran kas untuk investasi tercatat sebesar 21% pada tahun 2013 dibandingkan dengan 45% pada tahun 2012.

Rasio ROE pada tahun 2013 adalah 29% dibandingkan dengan 44% pada tahun 2012.

Laba SSIA sebagian besar masih disumbangkan dari segmen pembangunan kawasan industri walaupun segmen konstruksi bangunan menyumbangkan pendapatan yang paling besar. Namun segmen pembangunan kawasan industri mulai mengalami perlambatan secara tahunan. Pada tahun 2012 sumbangan laba kotor dari segmen pembangunan kawasan industri adalah 58% sedangkan pada tahun 2013 menjadi 48%.

Pendapatan dari segmen pembangunan kawasan industri secara tahunan turun 10% menjadi Rp 991 miliar. Untungnya segmen konstruksi bangunan dan segmen hotel mengalami kenaikan masing-masing 54% dan 13% menjadi Rp 3,006 triliun dan Rp 580 miliar.

Berikut ini perbandingan antarsegmen  berikut laba kotornya.



Pada harga terakhir sebesar Rp 880 (11/4/14), SSIA dihargai dengan rasio PER sebesar 6,21 berdasarkan EPS tahun 2013 yang disesuaikan dan rasio PBV-nya adalah sebesar 1,78 berdasarkan nilai buku per lembar per 31 Desember 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar