Jumat, 04 April 2014

KIJA - Analisis Laporan Keuangan Q4 2013



PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) mencetak kinerja laba bersih yang buruk pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012. Namun sebenarnya keburukan tersebut sebagian besar disebabkan oleh kerugian selisih kurs. Apabila kerugian selisih kurs tersebut dikeluarkan, maka sebenarnya kinerja laba murni KIJA masih baik. Kinerja pada Q4 2013 jika dibandingkan dengan Q3 2013 sebenarnya juga masih sangat baik. Tidak seperti perusahaan properti pada umumnya, KIJA justru mencatatkan uang muka pelanggan secara kuartalan yang masih naik.

Pendapatan pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 tercatat naik signifikan sebesar 96% menjadi Rp 2,740 triliun yang diiringi dengan kenaikan laba kotor sebesar 36% menjadi Rp 1,171 triliun. Namun, naiknya beban keuangan dan kerugian selisih kurs menyebabkan laba sebelum pajak turun 55% menjadi Rp 204 miliar. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk akhirnya turun 73% menjadi Rp 101 miliar.


KIJA menderita kerugian selisih kurs yang besar pada tahun 2013 yaitu sebesar Rp 407 miliar dibandingkan dengan Rp 56 miliar pada tahun 2012. Jika kerugian selisih kurs tersebut dikeluarkan dari perhitungan (dengan asumsi tidak ada pengaruh pajak penghasilan), maka laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik 13% menjadi Rp 494 miliar.

Secara kuartalan, pendapatan naik signifikan 44% menjadi Rp 728 miliar. Laba kotor naik 73% menjadi Rp 312 miliar. Laba usaha turun 34% menjadi Rp 236 miliar sedangkan laba sebelum pajak menjadi Rp 47 miliar dibandingkan dengan rugi sebelum pajak sebesar Rp 239 miliar. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk menjadi Rp 12 miliar dari rugi sebesar Rp 247 miliar.

KIJA menderita kerugian selisih kurs sebesar Rp 88 miliar pada Q4 2013 dibandingkan dengan Rp 195 miliar pada Q3 2013. Apabila kerugian selisih kurs tersebut dikeluarkan dari perhitungan laba, maka laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk menjadi Rp 98 miliar dari rugi sebesar Rp 49 miliar.

Saldo persediaan lancar tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 naik 13% menjadi Rp 703 miliar. Secara kuartalan angka tersebut turun 1%.
Saldo uang muka pelanggan secara tahunan naik 65% menjadi Rp 881 miliar dan secara kuartalan naik sebesar 12%.

Rasio GPM secara tahunan turun signifikan menjadi 42,76% dari 61,41%. Secara kuartalan naik menjadi 42,97% dari 35,78%. Turunnya rasio GPM merupakan imbas dari semakin besarnya porsi segmen pembangkit listrik dari total pendapatan yang mana segmen ini mempunyai GPM yang lebih rendah.

Rasio NPM secara tahunan menurun menjadi 18,02% dari 31,12% dan secara kuartalan naik menjadi 13,09% dari minus 9,83%.

Rasio DER pada tahun 2013 adalah sebesar 97% meningkat dibandingkan dengan 78% pada tahun 2012. Hutang finansial naik sebesar 26% menjadi Rp 2,572 triliun. Beban bunga tercatat naik 90% menjadi Rp 260 miliar.

KIJA pada tahun 2013 tercatat masih cukup agresif dalam investasi. Tercatat arus kas untuk investasi masih cukup tinggi walaupun sedikit menurun dibandingkan dengan tahun 2012 yaitu turun sebesar 8% menjadi Rp 822 miliar. Tanah untuk pengembangan tercatat naik sebesar 294% menjadi Rp 687 miliar. Aset tetap naik tipis 1% menjadi Rp 2,168 triliun. Rasio pengeluaran kas untuk investasi secara tahunan tercatat 25% dibandingkan dengan 34% pada tahun sebelumnya.

Beban bunga merupakan beban yang sangat besar pengaruhnya terhadap laba perusahaan. Rasio beban bunga terhadap laba bersih secara tahunan naik menjadi 53% dari 31%.

Rasio ROE pada tahun 2013 adalah 12% dibandingkan dengan 11% pada tahun 2012.

Yang cukup membedakan dari kinerja tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 adalah semakin besarnya sumbangan segmen pembangkit listrik terhadap total pendapatan perusahaan. Namun sumbangan laba dari segmen tersebut masih relatif kecil dibandingkan dengan dengan segmen real estat.

Berikut ini perbandingan pendapatan dan laba kotor antarsegmen.


Pada harga terakhir sebesar Rp 283 (3/4/14), KIJA dihargai dengan rasio PER sebesar 11,53 berdasarkan EPS tahun 2013 yang disesuaikan dan rasio PBV-nya adalah sebesar hanya 1,44 berdasarkan nilai buku per lembar per 31 Desember 2013.



1 komentar:

  1. Thank you sekalih pak atas analisnya. Bukan utk saham ini saja tapi utk lain2nya. Servis bapak sangat berguna apa lagi kalo lebih banyak pendapat sendiri di analis saham gua berani langganan deh..

    BalasHapus