Rabu, 07 Mei 2014

CEKA - Analisis Laporan Keuangan Q1 2014


PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk (CEKA) secara tahunan sampai dengan Q1 2014 mencetak kinerja yang sangat cemerlang. Begitu juga dengan kinera kuartalan yang masih sangat baik.

Pendapatan tahunan tercatat melesat sebesar 187% menjadi Rp 3,260 triliun dengan laba kotor yang turut melesat sebesar 70% menjadi Rp 268 miliar. Laba usaha melonjak 80% menjadi Rp 144 miliar. Laba sebelum pajak menggelembung 85% menjadi Rp 135 miliar. Laba bersih terbang 102% menjadi Rp 102 miliar.


CEKA menderita kerugian selisih kurs tahunan yang sebesar Rp 42 miliar dibandingkan dengan Rp 12 miliar pada tahun sebelumnya. Jika kerugian tersebut dikeluarkan dari perhitungan laba bersih (dengan asumsi rasio pajak penghasilan 25%), maka laba bersih disesuaikan akan melesat 125% menjadi Rp 133 miliar.

Secara kuartalan, pendapatan tumbuh 26% menjadi Rp 1,018 triliun dengan laba kotor melesat sebesar 29% menjadi Rp 87 miliar. Laba usaha tercatat melonjak sebesar  121% menjadi Rp 78 miliar.  Laba sebelum pajak menggelembung 118% menjadi Rp 77 miliar. Laba bersih terbang sebesar 119% menjadi Rp 54 miliar.

CEKA menikmati keuntungan selisih kurs sebesar Rp 14 miliar pada Q1 2014 dibandingkan dengan kerugian sebesar Rp 14 miliar pada kuartal sebelumnya. Jika keuntungan dan kerugian tersebut dikeluarkan dari perhitungan laba bersih (dengan asumsi rasio pajak penghasilan 25%), maka laba bersih disesuaikan akan naik 25% menjadi Rp 44 miliar.

Rasio GPM  tahunan  turun menjadi 8,23% dari 13,91%. Secara kuartalan cukup stabil di angka 8,59% berbanding 8,38%.

Rasio NPM tahunan (disesuaikan) turun menjadi 4,09% dari 5,20%. Secara kuartalan rasio NPM turun tipis menjadi 4,30% dari 4,34%.

Baik GPM maupun NPM secara kuartalan terlihat cukup stabil. Diharapkan saja pada periode selanjutnya juga akan bertahan atau naik.

Rasio ROE tahunan (disesuaikan) adalah 23% berbanding 12%.

Rasio DER tahunan meningkat signifikan menjadi 183% dari 143%. Hutang finansial turun 23% menjadi Rp 375 miliar. Beban keuangan naik 25% menjadi Rp 9 miliar.

Aset tetap tahunan tercatat hanya naik 5% menjadi Rp 212 miliar. Kenaikan omset penjualan yang cukup besar sebenarnya agak menjadi tanda tanya karena tidak didukung oleh aset tetapnya. Hal ini hanya mungkin terjadi jika CEKA melakukan selain memproses sendiri bahan baku dan barang jadinya, juga ada membeli  bahan baku dan barang jadi cukup banyak dari pihak lain (termasuk afiliasinya). Atau kemungkinan besar CEKA melakukan trading bahan baku (berupa CPO atau turunannya). Dalam catatan atas laporan keuangan hanya diungkapkan besaran pembelian barang jadi.

Laporan keuangan CEKA mungkin tidak sepenuhnya mengungkapkan adanya pembelian bahan baku yang kemudian dijual kembali tanpa melalui proses pabrikasi. Dari perbandingan antara jumlah bahan baku dengan jumlah beban langsung tenaga kerja dan biaya pabrikasi (beban produksi tidak langsung) mengindikasi juga hal tersebut.  Selain itu GPM tahunan yang juga menurun padahal omset naik kencang mengindikasi adanya transaksi trading dengan margin yang lebih kecil.

Pada harga terakhir (7/5/14) sebesar Rp 2.200, saham CEKA dihargai dengan rasio PER sebesar 4,91 berdasarkan EPS tahunan yang disesuaikan sampai dengan Q1 2014 dan  rasio PBV-nya adalah sebesar 1,12 berdasarkan nilai buku per lembar per 31 Maret 2014.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar