Kamis, 08 Mei 2014

ERAA - Analisis Laporan Keuangan Q1 2014

PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) mengukir kinerja tahunan yang tidak memuaskan sampai dengan Q1 2014 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kinerja pada Q1 2014 jika dibandingkan dengan Q4 2013 juga masih kurang memuaskan karena terjadi penurunan pendapatan dan laba bersih.

Pendapatan tahunan  tercatat naik sebesar 2% menjadi Rp 12,889 triliun. Laba kotor hanya naik tipis 1% menjadi Rp 1,187 triliun. Namun laba usaha turun 9% menjadi Rp 572 miliar karena tingginya beban usaha. Laba sebelum pajak berkurang sebesar 20% menjadi Rp 463 miliar. Laba bersih susut sebesar 18% menjadi Rp 354 miliar.

Secara kuartalan, pendapatan berkurang sebesar 2% menjadi Rp 3,096 triliun. Namun laba kotor dapat naik 4% menjadi Rp 289 miliar karena lebih besarnya penurunan beban pokok pendapatan. Laba usaha harus puas dengan turun 8% menjadi Rp 145 miliar karena beban yang lebih tinggi. Laba sebelum pajak berkurang 15% menjadi Rp 109 miliar. Laba besih pada akhirnya turun 27% menjadi Rp 81 miliar.

Rasio GPM tahunan berkurang tipis menjadi 9,21% dari 9,27%. Secara kuartalan rasio GPM naik menjadi 9,34% dari 8,79%.

Sedangkan rasio NPM tahunan menjadi 2,74% berbanding 3,39%. Secara kuartalan menurun menjadi 2,59% dari 3,50%.

Rasio ROE tahunan mengalami penurunan menjadi 13% dari 16%.

Rasio DER tahunan meningkat menjadi 77% dari 56%. Hutang finansial tercatat membengkak  sebesar 93% menjadi Rp 1,647 triliun. Beban keuangan juga membengkak sebesar 107% menjadi Rp 108 miliar.

Pengeluaran kas untuk aktivitas investasi secara tahunan masih cukup tinggi namun menurun sebesar 17% menjadi Rp 199 miliar. Aset tetap naik 15% menjadi Rp 217 miliar.

Rasio pengeluaran kas tersebut dibandingkan dengan aset tidak lancar secara tahunan adalah sebesar 15% berbanding 22%.

Hal yang cukup menyita perhatian adalah naiknya nilai persediaan secara terus-menerus tanpa diimbangi dengan peningkatan penjualan yang sepadan. Besarnya nilai persediaan tentunya akan berdampak kepada beban dana. Selain persediaan, arus kas bersih dari aktivitas operasi yang masih negatif cukup tinggi juga menjadi perhatian dan ini sudah terjadi selama periode dua tahun. Kedua hal ini cukup berkorelasi yang dapat ditarik sebuah kesimpulan yang mungkin, yaitu banyaknya persediaan yang tidak dapat dijual dengan baik.

Jika diukur melalui rasio perputaran persediaan secara tahunan adalah 6,34 berbanding 8,08 pada tahun sebelumnya. Semakin tinggi rasio tersebut adalah semakin baik. Angka rasio tersebut memberikan gambaran adanya penumpukan persediaan atau penjualan yang tumbuh terlalu kecil. Secara kuartalan perputaran persediaan juga masih melemah yaitu menjadi 1,52 berbanding 1,72. Kita harapkan saja manajemen dapat lebih meningkatan penjualannya dan menurunkan persediaannya agar beban dana dapat dikurangi.

Beban dana/keuangan merupakan beban yang cukup signifikan berpengaruh terhadap laba perusahaan. Rasio beban keuangan terhadap laba bersih secara tahunan adalah 31% berbanding 12%.

Pada harga terakhir sebesar Rp 1.315 (8/5/14), saham ERAA dihargai dengan rasio PER sebesar 10,79 berdasarkan EPS tahunan sampai dengan Q1 2014 dan PBV-nya 1,35 berdasarkan nilai buku per lembar per 31 Maret 2014.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar