Jumat, 04 Oktober 2013

Analisis Singkat Laporan Keuangan BUMI Kuartal Ke-2 2013

PT Bumi Resources Tbk (BUMI) adalah salah satu perusahaan sektor batubara yang paling parah kinerja keuangannya akhir-akhir ini.

Bagaimana dengan kinerjanya di Q2 2013?

Kita lihat tabel perbandingan kinerja berikut ini.

Ternyata hampir semua kinerja atas parameter fundamental penting adalah negatif. Hanya produksinya  yang lebih baik dengan tumbuh 8% dibandingkan dengan Q1 2013.

Laba bersih turun sangat signifikan. Selain karena turunnya nilai penjualan, laba kotor dan laba usaha terutama disebabkan oleh munculnya kerugian atas transaksi derivatif yang sangat besar sejumlah US$  88.828.986 di Q2 padahal di Q1 masih ada laba sebesar  US$ 1.419.031.


Selain itu juga terjadi peningkatan beban bunga sebesar 4% di Q2 dibandingkan dengan Q1.

Laba usaha BUMI sendiri di Q2 Cuma US$ 64.186.438 dan tidak mampu hanya untuk menutup beban bunga senilai US$ 152.724.922. Begitu juga dengan laba usaha di Q1 yang lebih kecil daripada beban bunganya.

Untungnya sepanjang S1 2013 BUMI masih mempunyai kas positif dari aktivitas operasinya sehingga masih mempunyai nafas untuk menggerakkan perusahaan tanpa perlu meminjam terlalu banyak. Sepanjang S1 2013 BUMI telah melunasi hutang finansial sebesar US$ 147.188.064. Pelunasan sebagian besar dilakukan di Q1. Sedangkan di Q2 justru ada penambahan pinjaman biarpun tidak begitu banyak.

Nilai hutang BUMI dibandingkan dengan ekuitas secara teknis sangat besar, yaitu mencapai 56,44x.   
Nilai ekuitas pengendali sendiri sudah minus. Angka minus ini tentunya akan semakin besar ke depan karena diperkirakan kerugian masih akan tetap besar mengingat harga batubara saat ini masih lebih rendah daripada S1 2013 dan BUMI  tidak ada penurunan jumlah hutang finansial di Q2. Selain itu, beban bunga yang meningkat juga akan meningkatkan nilai kerugian di kuartal selanjutnya.

Secara teknis, kita tidak dapat menghitung PER dan PBV BUMI karena nilai EPS minus dan nilai BV minus.

Adanya penurunan kinerja di Q2 secara keseluruhan dan diperkirakan masih akan terjadi penurunan untuk beberapa kuartal lagi, nilai EPS yang minus, nilai BV yang minus, maka sejatinya BUMI harus dihindari.

Sebenarnya pemegang saham sudah “tidak memiliki” BUMI lagi berhubung ekuitasnya sudah minus.
BUMI menghadapi risiko gagal bayar hutang mengingat untuk membayar bunga saja BUMI sudah kesulitan. Yang bisa dilakukan BUMI sekiranya ada hutang besar yang akan jatuh tempo adalah membayarnya dengan hutang baru. Gali lubang baru, tutup lubang lama.


Untuk menyelamatkan BUMI, tampaknya beberapa langkah radikal perlu dilakukan. Di antaranya adalah menjual anak perusahaan dan melakukan konversi hutang menjadi saham. Beberapa anak perusahaan yang mungkin dijual adalah BRMS, DEWA dan bisa juga PT Kaltim Prima Coal maupun PT Arutmin Indonesia. Langkah terbaik lainnya adalah dengan melakukan right issue untuk menambah modal. Untuk menambah nafas sementara, BUMI juga bisa melakukan penjadwalan ulang jatuh tempo hutang dan melakukan pergantian hutang dari hutang yang berbunga tinggi dengan hutang yang berbunga lebih rendah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar