PT Bumi
Resources Tbk (BUMI) adalah salah satu perusahaan sektor batubara yang paling
parah kinerja keuangannya akhir-akhir ini.
Bagaimana
dengan kinerjanya di Q2 2013?
Ternyata hampir
semua kinerja atas parameter fundamental penting adalah negatif. Hanya
produksinya yang lebih baik dengan
tumbuh 8% dibandingkan dengan Q1 2013.
Laba bersih
turun sangat signifikan. Selain karena turunnya nilai penjualan, laba kotor dan
laba usaha terutama disebabkan oleh munculnya kerugian atas transaksi derivatif
yang sangat besar sejumlah US$
88.828.986 di Q2 padahal di Q1 masih ada laba sebesar US$ 1.419.031.
Selain itu
juga terjadi peningkatan beban bunga sebesar 4% di Q2 dibandingkan dengan Q1.
Laba usaha
BUMI sendiri di Q2 Cuma US$ 64.186.438 dan tidak mampu hanya untuk menutup
beban bunga senilai US$ 152.724.922. Begitu juga dengan laba usaha di Q1 yang
lebih kecil daripada beban bunganya.
Untungnya
sepanjang S1 2013 BUMI masih mempunyai kas positif dari aktivitas operasinya
sehingga masih mempunyai nafas untuk menggerakkan perusahaan tanpa perlu
meminjam terlalu banyak. Sepanjang S1 2013 BUMI telah melunasi hutang finansial
sebesar US$ 147.188.064. Pelunasan sebagian besar dilakukan di Q1. Sedangkan di
Q2 justru ada penambahan pinjaman biarpun tidak begitu banyak.
Nilai
hutang BUMI dibandingkan dengan ekuitas secara teknis sangat besar, yaitu mencapai
56,44x.
Nilai ekuitas pengendali sendiri sudah minus. Angka minus ini tentunya akan semakin besar ke depan karena diperkirakan kerugian masih akan tetap besar mengingat harga batubara saat ini masih lebih rendah daripada S1 2013 dan BUMI tidak ada penurunan jumlah hutang finansial di Q2. Selain itu, beban bunga yang meningkat juga akan meningkatkan nilai kerugian di kuartal selanjutnya.
Nilai ekuitas pengendali sendiri sudah minus. Angka minus ini tentunya akan semakin besar ke depan karena diperkirakan kerugian masih akan tetap besar mengingat harga batubara saat ini masih lebih rendah daripada S1 2013 dan BUMI tidak ada penurunan jumlah hutang finansial di Q2. Selain itu, beban bunga yang meningkat juga akan meningkatkan nilai kerugian di kuartal selanjutnya.
Secara teknis, kita tidak dapat menghitung PER dan PBV BUMI karena nilai EPS minus dan nilai BV minus.
Adanya
penurunan kinerja di Q2 secara keseluruhan dan diperkirakan masih akan terjadi
penurunan untuk beberapa kuartal lagi, nilai EPS yang minus, nilai BV yang
minus, maka sejatinya BUMI harus dihindari.
Sebenarnya
pemegang saham sudah “tidak memiliki” BUMI lagi berhubung ekuitasnya sudah
minus.
BUMI
menghadapi risiko gagal bayar hutang mengingat untuk membayar bunga saja BUMI
sudah kesulitan. Yang bisa dilakukan BUMI sekiranya ada hutang besar yang akan
jatuh tempo adalah membayarnya dengan hutang baru. Gali lubang baru, tutup
lubang lama.
Untuk menyelamatkan BUMI, tampaknya beberapa langkah radikal perlu dilakukan. Di antaranya adalah menjual anak perusahaan dan melakukan konversi hutang menjadi saham. Beberapa anak perusahaan yang mungkin dijual adalah BRMS, DEWA dan bisa juga PT Kaltim Prima Coal maupun PT Arutmin Indonesia. Langkah terbaik lainnya adalah dengan melakukan right issue untuk menambah modal. Untuk menambah nafas sementara, BUMI juga bisa melakukan penjadwalan ulang jatuh tempo hutang dan melakukan pergantian hutang dari hutang yang berbunga tinggi dengan hutang yang berbunga lebih rendah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar