Kamis, 17 Oktober 2013

CITA - Analisis Laporan Q2 2013

PT Cita Mineral Investindo Tbk (CITA) adalah perusahaan pertambangan yang bergerak di bidang pertambangan bauksit. Lokasi tambang perusahaan terletak di beberapa kecamatan di Kab. Ketapang di Kalimantan Barat.

Kinerja keuangan yang mengesankan dicetak oleh CITA mulai tahun 2013.

Pada S1 2013, penjualan CITA naik 51% menjadi Rp 1.696 miliar dan laba bersih naik 514% menjadi Rp 284 miliar dibandingkan dengan S1 2012.




Jika dibandingkan antara kinerja Q2 2013 dengan Q1 2013, maka penjualan naik 22%, laba usaha naik 16%, namun laba bersih stagnan sebesar Rp 142 miliar. Stagnannya laba bersih terutama disebabkan oleh kenaikan beban pajak penghasilan sebesar 31%.

Pada Q2 2013, GPM CITA sedikit mengalami penurunan dari 53,78% menjadi 51,32%. NPM-nya sendiri ikut turun menjadi 15,29%. Turunnya GPM sebesar itu tidak terlalu perlu dikuatirkan mengingat angka GPM masih tinggi yaitu di atas 50%.

Jumlah produksi di Q2 naik 31% dengan nilai persediaan barang jadi naik 54%. Apabila jumlah produksi masih tetap sama dengan Q2, maka di Q3 2013 kita akan melihat pertumbuhan penjualan lagi karena besarnya persediaan barang jadi.

Rasio DER CITA lumayan rendah karena hanya 0,49. Sedangkan ROE sangat bagus yaitu 42%.


Kinerja secara keseluruhannya terlihat bagus dan solid. Namun mulai tahun depan, CITA menghadapi ancaman kelangsungan usaha disebabkan oleh mulai berlakunya pelarangan ekspor bahan mentah tambang termasuk bauksit sesuai dengan ketentuan UU Minerba.

CITA sendiri sudah membentuk anak usaha (asosiasi) untuk menjalankan usaha smelter untuk mengolah dan memurnikan bauksit menjadi alumina yaitu PT Well Harvest Winning Alumina Refinery. Namun progres pembangunan pabrik smelternya masih belum mengalami kemajuan yang berarti disebabkan oleh kendala besarnya nilai investasi dan teknologi yang tinggi.

Rencana smelter tersebut menelan investasi USD 1 miliar dengan kapasitas produksi 2 juta mt alumina. CITA sendiri mempunyai partisipasi sebesar 25% atas anak usaha tersebut.


Target harga untuk CITA adalah Rp 840 yang mencerminkan PER 5x atas EPS disetahunkan S1 2013. Harga tersebut mencerminkan PBV 2,08x atas book value S1 2013.

Saham CITA sendiri sangat sedikit berada di pasar sehingga perdagangannya sangat minim. Bagi yang bisa mendapat saham ini di harga terkini tentunya dihitung cukup beruntung oleh sebab valuasi yang masih murah.

CITA diuntungkan oleh penurunan nilai tukar rupiah terhadap USD karena 100% penjualan CITA adalah ditujukan ke pasar ekspor (China). Biaya produksi CITA paling besar adalah hauling, overburden, dan bahan bakar. Kenaikan harga BBM tentunya akan berpengaruh langsung terhadap kenaikan biaya produksi CITA.

Nilai penjualan CITA tentunya juga tergantung dengan harga komoditas bauksit di pasar internasional.

Luasan lahan tambang, jumlah cadangan, sebaran lokasi tambang CITA juga perlu dicermati.

Investor tentunya perlu memperhitungkan kondisi tahun 2014 nanti, apakah ekspor bahan mentah bauksit masih diperkenankan atau tidak. Selain itu besarnya nilai investasi terhadap pabrik smelter alumina juga perlu dicermati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar