PT Garda Tujuh Buana Tbk (GTBO) adalah emiten sektor pertambangan batubara yang sahamnya paling "panas" pada tahun ini. Sempat mencapai paling tinggi Rp 6.250 pada tahun ini dan akhirnya harus puas di harga Rp 1.010 pada penutupan 11/10/2013.
Tata kelola perusahaan yang buruk, pengakuan pendapatan yang semaunya, produksi yang tidak pasti, penjualan yang laba bersih yang kurang dapat diprediksi menyebabkan sebagian besar investor menghindari GTBO.
Jika Anda investor yang cukup punya nyali besar, GTBO sebenarnya tidaklah terlalu jelek.
Berikut ini adalah perbandingan laporan Q2 2013.
Mesti diperhatikan juga bahwa laporan laba rugi Q2 2013 dan Q1 2013 di atas belum memasukkan unsur beban pajak penghasilan.
Tidak banyaknya produksi GTBO pada Q1 2013 menyebabkan turunnya penjualan di Q1 sehingga tidak mampu menghasilkan laba. Karena produksi yang cukup jauh perbedaannya, maka perbandingan antara penjualan dan laba bersih Q1 2013 dan Q2 2013 tidak dapat dilakukan dengan baik.
Kita lihat sendiri bahwa nilai persediaan di Q2 masih lebih tinggi daripada nilai penjualannya. Otomatis nilai penjualan pada Q3 masih akan naik sangat banyak dibandingkan dengan Q2 nantinya.
Produksi GTBO selama Q2 masih mampu mencapai angka 700.000 MT lebih. Jika semuanya normal, maka produksi GTBO setahun paling tidak bisa mencapai 2,8 juta MT. Pada tahun 2012, jumlah produksi GTBO 2,7 juta MT.
GPM GTBO adalah yang paling tinggi di sektornya. Pada tahun 2012, GPM GTBO adalah 59%. Sedangkan pada Q2 2013 GPM-nya mendekati 55%. Angka yang sebenarnya sangat luar biasa mengingat harga jual GTBO sendiri tidaklah tinggi. Pada S1 2013, harga jual rata-ratanya adalah sekitar Rp 178.000 dan tahun 2012 sekitar Rp 365.000.
Biarpun harga jual di S1 2013 sangat jauh dibandingkan dengan harga jual setahun 2012, nampaknya tingkat efisiensi yang ajaib dari GTBO masih mampu menciptakan laba yang besar di Q2. (Tingkat biaya produksi yang sangat rendah dari GTBO sebenarnya cukup mengundang tanda tanya)
Agak sedikit sulit untuk memperkirakan kemungkinan laba GTBO setahun ke depan. Merujuk pada kemampuan produksi selama Q1 yang apabila disetahunkan bisa mencapai 2,8 juta ton (target manajemen sendiri tahun ini 3-3,5 juta ton), jumlah produksi tahun 2012 yang sebesar 2,7 juta MT, GPM yang tinggi di atas 50% di Q2. Harga jual rata-rata di S1. Maka berikut ini adalah perkiraan moderat kinerja setahun ke depan GTBO.
Harga jual diproyeksinya sedikit lebih rendah daripada harga rata-rata di S1 berhubung bakal adanya kenaikan royalti batubara untuk pemegang IUP pada tahun 2014 (GTBO adalah pemegang IUP). Kenaikannya adalah 5%-7% menjadi 13,5%. Namun kenaikan ini diklaim dapat dibebankan ke konsumen oleh manajemen GTBO, sehingga harga jual diproyeksikan Rp 175.000 saja.
Dengan asumsi-asumsi seperti di tabel atas, maka target harga GTBO adalah Rp 620 (dengan target PER 10x dari proyeksi EPS dan PBV 2,02x dari book value S1 2012). GTBO sendiri hanya cocok untuk investor yang cukup berani untuk mengabaikan GCG yang buruk dari manajemennya.
Pada S1 2013, penjualan GTBO cuma diperoleh dari satu pembeli. Ini tentunya sama riskannya dengan kejadian pembatalan kontrak tahun 2012 dan setelahnya dengan pihak Agrocom Ltd ( siapa sebenarnya Agrocom Ltd?)
Hal yang cukup positif di GTBO adalah adanya pengeluaran capex yang cukup signifikan di tahun 2012 dan di S1 2013. Pengeluaran capex tentunya kita harapkan akan meningkatkan produksi GTBO pada periode selanjutnya. Selain itu GTBO juga tidak mempunyai hutang finansial. DER juga cuma 0,10 di Q2 2013. Sedangkan ROE yang 20% di Q2 2013 masih termasuk bagus.
Tercatat pada tahun 2012 pengeluaran capex adalah Rp 85 miliar untuk penambahan aset tetap dan di S1 2013 adalah Rp 48 miliar. Nilai aset tetap bersih 2012 Rp 229 miliar dan di S1 2013 Rp 252 miliar.
Faktor cuaca berupa curah hujan yang luar biasa juga dapat mempengaruhi secara signifikan jumlah produksi GTBO.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar