Laba bersih S1 2013 jika dibandingkan dengan S1 2012 terjadi kenaikan yang sangat besar yaitu sebesar 181%.
Pada S1 2013 tersebut, sebagian besar pendapatan INDX diperoleh dari PT Virgo Makmur Perkasa yaitu sebesar Rp 60,808 miliar (86%) dan sisanya diperoleh dari Lumut Maritime Terminal Sdn Bhd.
Pendapatan yang diperoleh dari PT Virgo Makmur Perkasa merupakan jasa bongkar muat batubara dengan floating crane milik INDX di pelabuhan milik PTBA di Tarahan, Lampung.
Berikut ini tabel perbandingan parameter fundamental penting atas kinerja keuangan INDX Q2 2013. (Jumlah lembar saham disesuaikan dengan jumlah terkini karena adanya right issue setelah tanggal laporan)
Kinerja Q2 2013 apabila dibandingkan dengan Q1 2013 terdapat peningkatan pada laba kotor dan laba usaha walaupun tidak ada peningkatan di penjualan. Peningkatan laba kotor menunjukkan adanya peningkatan efisiensi biaya langsung (direct cost). Biarpun laba kotor dan laba usaha naik, kenaikannya tidak mampu menambah laba bersih karena munculnya beban bunga berhubungan dengan pinjaman untuk pembelian kapal (1 unit floating crane).
Pada bulan Juli 2013 yang lalu, INDX telah melangsungkan right issue yang mana tujuan penggunaan dana hasil right issue adalah untuk melunasi hutang-hutang pembelian kapal yang memunculkan beban bunga besar di Q2 2013 tersebut.
Dengan adanya pembayaran hutang tersebut (dilunasi tanggal 29 Juli 2013), maka ke depan beban bunga INDX dari pinjaman tersebut sudah tidak ada lagi, sehingga kita dapat mengeluarkan beban bunga tersebut untuk menghitung laba murni INDX.
Setelah beban bunga (beban lain-lain) tersebut dikeluarkan, maka diperoleh laba murni Q2 yang telah disesuaikan menjadi meningkat apabila dibandingkan dengan Q1 2013 sebesar 18%.
"Parameswara" - floating crane INDX |
Target harga INDX yang moderat adalah Rp 330 yang mencerminkan PER 5x atas EPS disesuaikan S1 2013.
Target harga INDX yang optimis adalah Rp 360 yang mencerminkan PER 5x atas EPS disesuaikan Q2 2013.
Target PER rendah diberikan dengan alasan:
1. Laba INDX masih cukup kecil karena disetahunkan dari laba S1 2013 sebelum penyesuaian adalah mendekati Rp 20 miliar.
2. Pelanggan INDX hanya terdiri dari 2 pihak sehingga kesinambungan penjualan berisiko tinggi.
3. INDX adalah saham yang tidak likuid.
4. Kontrak INDX dengan PT Virgo Makmur Perkasa hanya sampai dengan akhir Desember 2013. Untuk perpanjangan kontrak tentunya masih tanda tanya.
5. Aset utama INDX hanya 1 buah floating crane sehingga cukup berisiko apabila terjadi kerusakan.
6. Karena floating crane cuma 1 buah, maka kapasitas INDX juga terbatas sehingga sangat sulit untuk meningkatkan volume bongkar muat yang menggunakan floating crane yang berujung pada kemungkinan stagnasi penjualan.
Bagaimana dengan ulasan bapak di stockbit mengenai "Rencana Financial freedom dari saham bisa terwujud lebih cepat dari perkiraan. Kalau setiap tahun ada saham seperti $INDX & $ITMA maka benar-benar bisa jadi milyuner dari pasar saham"
BalasHapusPengalaman saya beberapa tahun belakangan, setiap tahun ada beberapa saham yang memberikan cuan raksasa. Ada lebih dari 400 saham, hanya beberapa saja yang bisa memberika cuan besar sesuai dengan perubahan drastis kinerjanya. Perubahan kinerja tentunya terus dicermati Q per Q. INDX saya kira seperti tulisan saya, target masih tidak jauh. Masih perlu dicermati Q per Q. ITMA juga ikuti saja kinerja Q per Q-nya. Lagian sedang suspen.
BalasHapus