Pada tahun 2012, penjualan VOKS naik 23% dibandingkan dengan tahun 2011 menjadi Rp 2.484 miliar dan laba bersih komprehensif naik 33% menjadi Rp 147 miliar.
Pada S1 2013, penjualan VOKS hanya mampu naik sebesar 5,8% dibandingkan dengan S1 2012 dan laba bersih turun 7,7%.
Jika dibandingkan antara Q2 2013 dengan Q1 2013, maka diperoleh penjualan naik 3,03% dan laba bersih turun 11,33%.
Turunnya laba bersih terutama disebabkan oleh turunnya GPM dari 12,48% menjadi 11,17%.
Beban bunga VOKS dibandingkan dengan tahun lalu terjadi sedikit penurunan begitu juga dengan selisih kurs turun menjadi Rp 11 miliar dari Rp 15 miliar.
Namun apabila dibandingkan antara Q2 2013 dengan Q1 2013, beban bunga naik Rp 1 miliar dan beban selisih kurs naik Rp 5 miliar. Yang menjadi perhatian di sini adalah beban selisih kurs. Jika pada Q2 2013 beban kurs sudah begitu besar, maka dipastikan di Q3 beban kurs adalah jauh lebih besar lagi jika tidak ada strategi lindung nilai (hedging). Kemungkinan di Q3 saja beban kurs akan mencapai Rp 50 miliar berhubung beban selisih kurs pada Q2 saja sebesar Rp 8 miliar sedangkan rupiah melemah sebesar 2,16% pada akhir Q2 terhadap USD. Jika pada akhir Q3 rupiah melemah 15,95%, maka kerugian yang mungkin adalah 7x kerugian Q2, yaitu Rp 8 miliar x 7 = Rp 56 miliar.
Berikut ini adalah tabel kurs tengah BI untuk mata uang USD.
Periode | Kurs BI | Selisih Per Q |
Des '12 | 9.670 | |
Mar ' 13 | 9.719 | 0,51% |
Jun '13 | 9.929 | 2,16% |
Sep '13 | 11.513 | 15,95% |
Kewajiban moneter bersih VOKS dalam mata uang asing per 30 Juni 2013 tercatat ekuivalen sebesar Rp 306 miliar. Jika angka ini dikalikan dengan angka penurunan rupiah sebesar 15,95%, maka ada kemungkinan menciptakan kerugian sebesar Rp 49 miliar.
Jadi kemungkinan kerugian kurs adalah lebih kurang Rp 50 miliar di Q3 sehingga apabila dikurangkan dengan kemungkinan laba sebelum pajak yang dianggap sama dengan Q2 sebesar Rp 30 miliar, maka di Q3 2013 VOKS akan mengalami kerugian.
Pada tahun 2012, VOKS mengalami kerugian selisih kurs sebesar Rp 26 miliar. Kurs tengah USD pada tahun 2011 adalah Rp 9.068 sehingga pada akhir tahun 2012 tercatat melemah sebesar 6,64%.
Penurunan nilai tukar rupiah selain berdampak terhadap kerugian selisih kurs, tentunya juga berdampak pada kenaikan biaya bahan baku yang mana patokan harganya menggunakan harga internasional, misalnya, harga tembaga.
Hal yang positif dari VOKS adalah prospek penjualan yang kuat. VOKS tercatat juga mengeluarkan belanja pembelian aset tetap pada tahun 2012 sebesar Rp 73 miliar dan pada S1 2013 sebesar Rp 46 miliar. Aset tetap bersihnya sendiri tercatat sebesar Rp 233 miliar pada 31 Des 2012 dan Rp 259 miliar pada 30 Juni 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar