Selasa, 18 Februari 2014

BTPN - Analisis Laporan Keuangan Q4 2013


PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) mencetak kinerja tahun 2013 yang cukup baik dibandingkan dengan tahun 2012. Namun secara kuartalan, kinerja perolehan labanya menurun pada Q4 2013 dibandingkan dengan Q3 2013.


Pada tahun 2013, pendapatan bunga kotor tercatat tumbuh sebesar 18% menjadi Rp 10,943 triliun. Pendapatan bunga bersih tumbuh sebesar 16% menjadi Rp 7,048 triliun. Laba operasional tumbuh 16% menjadi Rp 2,878 triliun. Namun laba bersih hanya tumbuh sebesar 8% menjadi Rp 2,131 triliun.

Lebih kecilnya kenaikan bersih dibandingkan dengan laba operasional disebabkan oleh lebih tingginya pajak penghasilan yang dibukukan pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012. Tercatat pajak penghasilan naik sebesar 46% menjadi Rp 737,754 miliar.

Secara kuartalan, pendapatan bunga kotor tercatat naik 3% menjadi Rp 2,895 triliun namun pendapatan bunga bersihnya turun 3% menjadi Rp 1,773 triliun. Laba operasional menjadi turun 16% pada angka Rp 624,602 miliar. Laba bersih turun signifikan menjadi Rp 343,915 miliar dari semula Rp 609,900 miliar.

Lebih besarnya penurunan laba bersih dibandingkan dengan laba operasional disebabkan oleh lebih tingginya pajak penghasilan yang dibukukan pada Q4 2013 dibandingkan dengan Q3 2013. Pajak penghasilan tercatat naik sebesar 77% menjadi Rp 278,965 miliar.

Pada posisi neraca, pada tahun 2013 pinjaman tercatat tumbuh kuat di angka 19% menjadi Rp 46,223 triliun. Aset sendiri tumbuh 18% menjadi Rp 69,665 triliun dan simpanan nasabah tumbuh 16% menjadi Rp 52,406 triliun.

Secara kuartalan, pinjaman yang diberikan tersebut tumbuh 2%. Aset tumbuh 5% dan simpanan nasabah tumbuh 7%.

Rasio ROE tahun 2013 tercatat mengalami penurunan dari semula 26% pada tahun 2012 menjadi 22%.

Margin bunga yang menurun pada Q4 2013 menyebabkan laba yang menurun pada kuartal tersebut. Tercatat rasio GPM pada Q4 2013 adalah 61,24% dibandingkan dengan 65,50% pad Q3 2013. Sedangkan secara tahunan, rasio GPM pada tahun 2013 adalah 64,41% dari semula 65,33%.

Turunnya rasio GPM menyebabkan juga turunnya rasio NPM. Pada tahun 2013, rasio NPM tercatat menjadi 19,47% dari 21,30% pada tahun 2012. Dan pada Q4 2013 tercatat sebesar 11,88% dari semula 21,78% pada Q3 2013.

Pada harga terakhir sebesar Rp 4.460, emiten ini diperdagangkan dengan rasio PER sebesar 12,22 berdasarkan EPS tahun 2013 dan rasio PBV sebesar 2,63 berdasarkan nilai buku per lembar per 31 Desember 2013.


Analisis atas laporan keuangan Q3 2013 sebelumnya dapat dibaca di sini.

2 komentar:

  1. sekarang trend turun trus, apa masih wajar koreksinya...??

    BalasHapus
  2. Rasanya sudah ketahan di level tidak jauh dari angka sekarang berhubung pada harga Rp 4.290, rasio PER nya adalah 11,76 dari EPS 2013. Saya kira bijaknya ikuti saja perkembangan kuartal per kuartal selanjutnya. Q4-nya cukup buruk soalnya.

    BalasHapus