Kamis, 27 Februari 2014

AALI - Analisis Laporan Keuangan Q4 2013


PT Astra Agro Lestarik Tbk (AALI) mencetak kinerja laba bersih yang kurang baik pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 disebabkan oleh basis harga CPO yang rendah dan produksi tandan buah segar yang turun. Namun kinerja pada Q4 2013 telah berubah drastis disebabkan oleh naiknya basis harga CPO dan disertai dengan puncak produksi kuartalan.

Pendapatan pada tahun 2013 naik sebesar 10% menjadi Rp 12,675 triliun. Namun laba kotor turun sebesar 6% menjadi Rp 4,082 triliun. Laba sebelum pajak turun sebesar 26% menjadi Rp 2,605 triliun. Laba bersih turun sebesar 24% menjadi Rp 1,903 triliun. Laba bersih yang dapat diatribusikn kepada pemilik entitas induk turun 25% menjadi Rp 1,801 triliun.
Pada tahun 2013 AALI menderita kerugian selisih kurs sebesar Rp 444 miliar dibandingkan dengan kerugian sebesar Rp 826 juta pada tahun 2012. Jika kerugian ini dikeluarkan, maka laba bersih disesuaikan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entias induk turun sebesar 12% menjadi Rp 2,116 triliun.

Pada Q4 2013, kinerja AALI berubah drastis. Pendapatan naik sebesar 54% menjadi Rp 4,351 triliun. Laba kotor meningkat sebesar 105% menjadi Rp 1,764 triliun. Laba sebelum pajak naik luar biasa sebesar 320% menjadi Rp 1,340 triliun. Laba bersih mengikuti dan naik sebesar 328% menjadi Rp 938 miliar. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik sebesar 359% menjadi Rp 890 miliar. Turunnya rugi selisih kurs pada Q4 2013 turun menyumbang pada kenaikan drastis laba-laba ini.

Pada Q4 2013 AALI menderita kerugian selisih kurs sebesar Rp 108 miliar yang turun 64% dibandingkan dengan Q3 2013. Jika kerugian selisih kurs ini dikeluarkn dari perhitungan beban, maka akan diperoleh laba bersih disesuaikan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik sebesar 146% menjadi Rp 968 miliar.

Rasio GPM pada tahun 2013 berada pada angka 32,20% dibandingkan dengan 37,68% pada tahun 2012. Pada Q4 2013, rasio GPM telah meningkat drastis menjadi 40,53% dibandingkan dengan 30,42% pada Q3 2013. Kenaikan GPM ini banyak disebabkan oleh naiknya basis harga CPO pada Q4 2013.

Rasio NPM pada tahun 2013 adalah sebesar 16,70% dibandingkan dengan 20,85% pada tahun 2012. Pada Q4 2013, rasio NPM adalah sebesar 22,24% dibandingkan dengn 13,93% pada Q3 2013.

Produksi tandan buah segar (TBS) pada tahun 2013 turun sebesar 7% dibandingkan dengan tahun 2012 menjadi 5.123.928 ton. Pada Q4 2013, produksi TBS naik sebesar 13% menjadi 1.449.727 ton.

Walaupun produksi TBS menurun, namun produksi CPO AALI meningkat pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 4% menjadi 1.538.658 ton. Pada Q4 2013, produksi CPO naik signifikan sebesar 20% menjadi 455.008 ton.

Rasio DER pada tahun 2013 berada pada angka 46% dibandingkan dengan 33% pada tahun 2012.

Rasio ROE dengan laba yang telah disesuaikan turun menjadi 21% pada tahun 2013 dibandingkan dengan 27% pada tahun 2012.

Pengeluaran kas untuk kegiatan investasi masih cukup tinggi. Rasio pengeluaran kas untuk investasi dibanding dengan aset tidak lancar pada  tahun 2013 adalah sebesar 22% dibandingkan dengn 25% pada tahun 2012. Pengeluaran kas untuk kegiatan investasi ini tercatat naik sebesar 9% menjadi Rp 2,870 triliun.

Nilai tanaman menghasilkan pada tahun 2013 mencatat kenaikan yang lumayan tinggi, yaitu sebesar 41% menjadi Rp 3,353 triliun.

Nilai aset tetap juga naik signifikan sebesar 32% menjadi Rp 6,494 triliun.

Naiknya kedua aset pokok tersebut memberikan harapan pada peningkatan produksi pada kuartal-kuartal selanjutnya sehingga diharapkan perolehan laba masih akan meningkat.

Hutang finansial tercatat naik signifikan sebesar 180% menjadi Rp 2,723 triliun dibandingkan dengan tahun 2012. 

Pada harga terakhir sebesar Rp 25.175 (27/2/13), AALI dihargai dengan rasio PER sebesar 18,73 berdasarkan EPS yang telah disesuaikan dan rasio PBV sebesar 4,01 berdasarkan nilai buku per lembar per 31 Desember 2013.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar