PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) mencatatkan kinerja tahun 2013 yang kurang memuaskan karena peningkatan laba yang tipis dibandingkan dengan tahun 2012. Kinerja Q4 2013 juga tidak memuaskan karena terjadi penurunan laba dibandingkan dengan Q3 2013.
Pendapatan
tahunan tercatat naik sebesar 3% menjadi Rp 22,338 triliun dengan laba
kotor yang juga meningkat, yaitu sebesar 8% menjadi Rp 1,368 triliun. Laba usaha berkurang 8% menjadi Rp 768 miliar. Laba sebelum pajak menurun sebesar 9% menjadi Rp 733 miliar. Laba bersih menyusut tipis 1%
menjadi Rp 616 miliar karena rasio pajak yang lebih kecil. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada
pemilik entitas induk hampir stagnan menjadi Rp 648 miliar.
AKRA menderita kerugian selisih kurs sebesar Rp 55 miliar pada tahun 2013 dibandingkan dengan Rp 22 miliar pada tahun 2012. Jika kerugian tersebut dikeluarkan dari perhitungan laba bersih (dengan asumsi rasio pajak penghasilan 25%), maka laba bersih disesuaikan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk akan naik 4% menjadi Rp 692 miliar.
Secara kuartalan, pendapatan tercatat naik sebesar 11% menjadi Rp 6,167
triliun dengan laba kotor yang juga meningkat, yaitu sebesar 22% menjadi Rp 400 miliar. Laba usaha berkembang 2% menjadi Rp 182 miliar. Namun laba sebelum pajak menyusut sebesar 28% menjadi Rp 137 miliar yang terutama disebabkan oleh naiknya beban keuangan. Laba
bersih terkikis 30% menjadi Rp 115 miliar. Laba bersih yang dapat
diatribusikan kepada pemilik entitas induk menyusut 29% menjadi Rp
123 miliar.
AKRA menderita kerugian selisih
kurs sebesar Rp 68 miliar pada Q4 2013 dibandingkan dengan Rp 22
miliar pada Q3 2013. Jika kerugian tersebut dikeluarkan dari
perhitungan laba bersih (dengan asumsi rasio pajak penghasilan 25%),
maka laba bersih disesuaikan yang dapat diatribusikan kepada pemilik
entitas induk akan turun 8% menjadi Rp 178 miliar.
Rasio GPM tahunan yang berada pada
angka 6,12% pada tahun 2013 dibandingkan dengan 5,82% pada tahun 2012.
Secara kuartalan, rasio GPM naik menjadi 6,49% dari 5,92%.
Rasio
NPM tahunan (disesuaikan) bertambah tipis menjadi 3,10% dari 3,08%. Secara kuartalan,
rasio NPM turun menjadi 2,88% dari 3,46%.
Tingkat ROE tahunan (disesuaikan) berada pada angka 14% pada tahun 2013 dan 17% pada tahun 2012.
Rasio
DER secara tahunan turun dari 180% menjadi 173%. Namun hutang finansial membengkak 70% menjadi Rp 5,146 triliun. Beban keuangan turut naik sebesar 115% menjadi Rp 36 miliar. Naiknya beban keuangan cukup menjadi perhatian karena jumlahnya mulai signifikan dilihat dari perbandingannya dengan laba bersih pada Q4 2013.
Pengeluaran kas untuk investasi pada tahun 2013 tercatat tetap tinggi dan naik dibandingkan dengan tahun 2012 yaitu naik sebesar 12% menjadi Rp 898 miliar. Aset tetap tercatat meningkat sebesar 33% menjadi Rp 4,227 triliun. Pada tahun 2013 persediaan tanah kawasan industri senilai Rp 1,435 triliun. Peningkatan besar pada aset tetap dan adanya persediaan tanah untuk kawasan industri diharapkan dapat menyumbang pada peningkatan pendapatan jangka panjang.
Pengeluaran kas untuk investasi pada tahun 2013 tercatat tetap tinggi dan naik dibandingkan dengan tahun 2012 yaitu naik sebesar 12% menjadi Rp 898 miliar. Aset tetap tercatat meningkat sebesar 33% menjadi Rp 4,227 triliun. Pada tahun 2013 persediaan tanah kawasan industri senilai Rp 1,435 triliun. Peningkatan besar pada aset tetap dan adanya persediaan tanah untuk kawasan industri diharapkan dapat menyumbang pada peningkatan pendapatan jangka panjang.
Rasio pengeluaran kas untuk investasi terhadap aset tidak lancar tahunan menurun menjadi 13% dari 18%.
Pada
harga terakhir sebesar Rp 4.800 (16/4/14), AKRA dihargai dengan rasio
PER sebesar 26,94 berdasarkan EPS tahun 2013 yang disesuaikan dan rasio PBV-nya adalah sebesar 3,90 berdasarkan nilai buku per lembar per
31 Desember 2013. Kapitalisasi AKRA tercatat sebesar Rp 18,627 triliun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar