PT Ciputra Surya Tbk (CTRS) mencetak kinerja keuangan yang sangat baik pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012. Kinerja Q4 2013 jika dibandingkan dengan Q3 2013 juga terhitung sangat baik walaupun mencetak penurunan penjualan, namun naiknya margin laba kotor mampu meningkatkan laba secara signifikan. Namun, seperti perusahaan properti lainnya, CTRS juga dihadapi pada tantangan mulai menurunnya permintaan konsumen secara jangka pendek terhadap produk perusahaan yang ditandai dengan turunnya arus kas dari pelanggan dan mulai turunnya saldo uang muka pelanggan.
Pendapatan
pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 tercatat naik 20%
menjadi Rp 1,262 triliun yang diiringi dengan kenaikan laba kotor
sebesar 25% menjadi Rp 658 miliar. Laba usaha meningkat 33% menjadi Rp
456 miliar. Laba sebelum pajak meningkat 48% menjadi Rp 488 miliar.
Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk akhirnya tumbuh 46% menjadi Rp 399 miliar.
Secara
kuartalan, pendapatan turun 11% menjadi Rp 338 miliar namun laba kotor naik 59%
menjadi Rp 204 miliar. Laba usaha naik 60% menjadi Rp 139 miliar. Laba sebelum pajak dapat tumbuh sebesar 64% menjadi Rp 155 miliar. Pada akhirnya laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik 54% menjadi Rp 118 miliar.
Saldo persediaan pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 naik signifikan 66% menjadi Rp 1,807 triliun. Secara kuartalan angka tersebut naik 15%.
Saldo persediaan pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 naik signifikan 66% menjadi Rp 1,807 triliun. Secara kuartalan angka tersebut naik 15%.
Saldo
uang muka penjualan secara tahunan naik sigifikan 67% menjadi Rp 2,434 triliun dan secara kuartalan turun tipis sebesar 1%.
Rasio
GPM secara tahunan tumbuh menjadi 52,15% dari 50,11% dan secara
kuartalan terjadi kenaikan tajam menjadi 60,48% dari 33,81%.
Rasio NPM secara tahunan meningkat menjadi 31,66% dari 26,16% dan secara kuartalan naik menjadi 34,85% dari 20,20%.
Rasio
DER pada tahun 2013 adalah sebesar 131% meningkat dibandingkan dengan 100% pada
tahun 2012. Hutang finansial turun sebesar 11% menjadi Rp 405 miliar. Secara keseluruhan tidak ada beban bunga yang diderita CTRS karena lebih tingginya pendapatan bunga daripada beban bunga.
Tanah belum dikembangkan tercatat naik 15% menjadi Rp 1,144 triliun. Aset tetapnya sendiri naik 4% menjadi Rp 394 miliar.
Tanah belum dikembangkan tercatat naik 15% menjadi Rp 1,144 triliun. Aset tetapnya sendiri naik 4% menjadi Rp 394 miliar.
Rasio ROE pada tahun 2013 meningkat menjadi 18% dibandingkan dengan 14% pada tahun 2012.
Kas
masuk dari pelanggan secara tahunan naik sebesar 38% menjadi Rp 2,411
triliun namun secara kuartalan tercatat mengalami kemunduran sebesar 49%
menjadi Rp 357 miliar. Jumlah ini jika dibandingkan dengan jumlah
pendapatan kuartalan angkanya masih lebih tinggi 5% namun jika dibandingkan secara tahunan angkanya tentunya sangat banyak menurun.
Pada
harga terakhir sebesar Rp 2.435 (3/4/14), CTRS dihargai dengan rasio
PER sebesar 12,06 berdasarkan EPS tahun 2013 dan rasio PBV-nya adalah
sebesar hanya 2,17 berdasarkan nilai buku per lembar per 31 Desember 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar