PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) mencetak kinerja laba bersih tahunan sampai dengan Q1 2014 yang tidak begitu bagus apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Begitu juga dengan kinerja pada Q1 2014 apabila dibandingkan dengan Q4 2013 mengalami penurunan pendapatan dan laba bersih yang lumayan.
Pendapatan tahunan sampai dengan Q1 2014 dapat mencapai pertumbuhan sebesar 3% menjadi Rp 13,677 triliun namun dengan laba kotor yang menurun sebesar 15% menjadi Rp 4,577 triliun akibat dari turunnya margin. Laba sebelum pajak terkikis 25% menjadi Rp 3,254 triliun dengan laba bersih yang juga menurun, yaitu sebesar 24% menjadi Rp 2,342 triliun. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk juga turun sebesar 24% menjadi Rp 2,229 triliun.
AALI setahun terakhir menderita kerugian selisih kurs sebesar Rp 275 miliar dibandingkan dengan Rp 112 miliar pada tahun sebelumnya. Sehingga apabila kerugian tersebut dikeluarkan dari perhitungan laba bersih, maka laba bersih disesuaikan (dengan asumsi rasio pajak penghasilan 25%) yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk akan turun 19% menjadi Rp 2,422 triliun.
Secara kuartalan, apabila dibandingkan antara Q1 2014 dengan Q4 2013, maka pendapatan turun lumayan 14% yang disusul dengan menguapnya laba kotor sebesar 31% menjadi Rp 1,209 triliun. Laba sebelum pajak berkurang 16% menjadi Rp 1,127 triliun dan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk berkurang 14% menjadi Rp 810 miliar.
AALI pada Q1 2014 menikmati keuntungan selisih kurs sebesar Rp 166 miliar dibandingkan dengan kerugian sebesar Rp 108 miliar pada Q4 2013. Sehingga
apabila keuntungan dan kerugian tersebut dikeluarkan dari perhitungan laba bersih,
maka laba bersih disesuaikan (dengan asumsi rasio pajak penghasilan 25%)
yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk akan turun 31% menjadi Rp 664 miliar.
Rasio GPM secara tahunan turun menjadi 33,46% dari 40,36% dan secara kuartalan turun lagi menjadi 32,45% dari 40,53%.
Rasio NPM (disesuaikan) secara tahunan turun menjadi 17,71% dari 22,52% dan secara kuartalan turun menjadi 17,83% dari 22,24%.
Rasio ROE (disesuaikan) secara tahunan mencapai 23% dibandingkan dengan 32% pada tahun sebelumnya.
Rasio DER tahunan adalah 46% dibandingkan dengan 33% pada tahun sebelumnya. Hutang finansial naik kencang 157% menjadi Rp 2,513 triliun. Beban keuangan turut naik kencang menjadi Rp 57 miliar dari Rp 32 miliar. Namun jumlah beban ini tidak signifikan dibandingkan dengan jumlah laba bersihnya.
Pengeluaran kas untuk investasi secara tahunan tercatat stagnan namun masih cukup tinggi yaitu mencapai angka Rp 2,988 triliun. Aset tetap naik 33% menjadi Rp 6,831 triliun. Tanaman perkebunan menghasilkan tercatat nilainya naik sebesar 37% menjadi Rp 3,338 triliun namun tanaman belum menghasilkan menurun sebesar 20% menjadi Rp 1,708 triliun.
Rasio pengeluaran kas untuk investasi dibandingkan dengan aset tidak lancar secara tahunan masih tercatat cukup tinggi yaitu 22% dibandingkan dengan 27% tahun sebelumnya.
Pada harga terakhir sebesar Rp 28.350 (17/4/14), AALI dihargai dengan rasio PER sebesar 18,43 berdasarkan EPS tahunan sampai dengan Q1 2014 yang disesuaikan. Rasio PBV-nya mencapai 4,19 berdasarkan nilai buku per lembar per 31 Maret 2014. Kapitalisasi AALI mencapai Rp 44,644 triliun.
( Analisis atas laporan keuangan AALI ini merupakan analisis pertama yang mengambil data kinerja selama 12 bulan terakhir, namun bukan analisis tahunan. Lihat artikel mengenai penyajian 12 bulan berikut ini.)
( Analisis atas laporan keuangan AALI ini merupakan analisis pertama yang mengambil data kinerja selama 12 bulan terakhir, namun bukan analisis tahunan. Lihat artikel mengenai penyajian 12 bulan berikut ini.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar