PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) selama tahun 2013 mencetak kinerja pendapatan yang sangat baik dibandingkan dengan tahun 2012 namun kinerja laba bersihnya hanya mampu naik tipis. Secara kuartalan, kinerja laba pada Q4 2013 dibandingkan dengan Q3 2013 tidak memuaskan karena menurun signifikan.
Pendapatan pada tahun 2013 tercatat naik sebesar 20% menjadi Rp 25,663 triliun yang diiringi dengan kenaikan laba kotor sebesar 15% menjadi Rp 5,150 triliun. Laba usaha meningkat 3% menjadi Rp 3,578 triliun. Laba sebelum pajak penghasilan bertambah 2% menjadi Rp 3,451 triliun. Sedangkan laba bersihnya turun 6% menjadi Rp 2,529 triliun.
CPIN menderita kerugian selisih kurs sebesar Rp 437 miliar pada tahun 2013 dibandingkan dengan Rp 44 miliar pada tahun 2012. Apabila kerugian tersebut dikeluarkan dari perhitungan laba (dengan asumsi rasio pajak penghasilan 25%) , maka laba bersih disesuaikan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk akan naik 5% menjadi Rp 2,859 triliun
CPIN menderita kerugian selisih kurs sebesar Rp 64 miliar pada Q4 2013 dibandingkan dengan Rp 318 miliar pada Q3 2013. Apabila kerugian tersebut dikeluarkan dari perhitungan laba (dengan asumsi rasio pajak penghasilan 25%) , maka laba bersih disesuaikan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk akan turun 60% menjadi Rp 370 miliar.
Rasio GPM secara tahunan menurun menjadi 20,07% dari 21,08% dan secara kuartalan menurun signifikan menjadi 16,22% dari 22,81%.
Rasio NPM secara tahunan menurun menjadi 11,14% dari 12,75% dan secara kuartalan menurun menjadi 5,30% dari 13,68%.
Rasio DER secara tahunan naik menjadi 58% dari 51%. Hutang finansial tercatat membengkak sebesar 49% menjadi Rp 2,890 triliun. Beban keuangan naik 54% menjadi Rp 127 miliar.
Tingkat ROE tahunan adalah 29% dari 33%.
Pengeluaran kas tahunan untuk investasi tercatat masih sangat tinggi yaitu sebesar Rp 2,155 triliun yang meningkat sebesar 22%. Aset tetapnya naik 39% menjadi Rp 6,390 triliun. Peningkatan besar aset tetap diharapkan dapat meningkatkan pendapatan jangka panjang.
Rasio
pengeluaran kas untuk investasi tersebut dibandingkan dengan aset tidak lancar secara tahunan adalah 31% dibandingkan dengan 34% pada tahun sebelumnya.
Kondisi nilai tukar rupiah yang menurun signifikan dibandingkan dengan mata uang USD tampaknya secara jangka pendek telah menguras banyak margin CPIN. Diharapkan secara jangka panjang CPIN mampu mengatasi masalah tersebut.
Dengan
harga terakhir (16/1/14) sebesar Rp 4.190, emiten ini diperdagangkan
dengan rasio PER sebesar 24,03 berdasarkan EPS tahun 2013 yang disesuaikan. Rasio PBV-nya adalah sebesar 6,92
berdasarkan nilai buku per lembar per 31 Desember 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar