PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) mencetak kinerja keuangan yang sangat memuaskan pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012. Namun kinerja pada Q4 2013 jika dibandingkan dengan Q3 2013 mulai mengalami kemunduran yang berarti. SMRA juga dihadapi pada tantangan pemasaran penjualan yang mulai berat yang ditandai dengan turunnya arus kas dari pelanggan dan mulai turunnya saldo uang muka pelanggan.
Pendapatan
pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 tercatat naik sebesar 18%
menjadi Rp 4,094 triliun yang diiringi dengan kenaikan laba kotor
sebesar 35% menjadi Rp 2,151 triliun. Laba usaha meningkat 33% menjadi
Rp 1,347 triliun. Laba sebelum pajak tumbuh 34% menjadi Rp 1,319 triliun.
Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk
akhirnya bertambah 38% menjadi Rp 1,102 triliun.
Secara
kuartalan, pendapatan turun 6% menjadi Rp 1,053 triliun. Laba
kotor turun tipis 1% menjadi Rp 520 miliar. Laba usaha turun 8% menjadi Rp 305 miliar sedangkan laba sebelum pajak terkikis 15% menjadi Rp 278 miliar. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas
induk terpotong 17% menjadi Rp 222 miliar.
Saldo
persediaan tahun 2013 dibandingkan dengan
tahun 2012 naik 8% menjadi
Rp 3,058 triliun. Secara kuartalan angka tersebut masih naik 5%.
Saldo uang muka penjualan secara tahunan naik 9% menjadi Rp 5,062 triliun dan secara kuartalan turun sebesar 6%.
Rasio
GPM secara tahunan naik menjadi 52,53% dari 45,97%. Secara kuartalan naik menjadi 49,35% dari 46,95%.
Rasio NPM secara tahunan naik menjadi 26,92% dari 23,04% dan secara kuartalan turun menjadi 21,11% dari 24,03%.
Rasio
DER pada tahun 2013 adalah sebesar 193% meningkat dibandingkan dengan
185% pada
tahun 2012. Hutang finansial membengkak sebesar 123% menjadi Rp 2,501
triliun. Beban bunga tercatat naik 11% menjadi Rp 27 miliar.
SMRA pada tahun 2013 tercatat masih cukup agresif dalam investasi. Tercatat arus kas untuk investasi masih cukup tinggi dibandingkan dengan tahun 2012 yaitu naik sebesar 34% menjadi Rp 1,023 triliun. Tanah yang belum dikembangkan tercatat naik 78% menjadi Rp 2,858 triliun. Properti investasi juga naik sebesar 24% menjadi Rp 3,149 triliun.
SMRA pada tahun 2013 tercatat masih cukup agresif dalam investasi. Tercatat arus kas untuk investasi masih cukup tinggi dibandingkan dengan tahun 2012 yaitu naik sebesar 34% menjadi Rp 1,023 triliun. Tanah yang belum dikembangkan tercatat naik 78% menjadi Rp 2,858 triliun. Properti investasi juga naik sebesar 24% menjadi Rp 3,149 triliun.
Rasio ROE pada tahun 2013 adalah 25% dibandingkan dengan 22% pada tahun 2012.
Kas
masuk dari pelanggan secara tahunan turun tipis sebesar 1% menjadi Rp 4,571
triliun dan secara kuartalan juga tercatat mengalami kemunduran sebesar 38%
mejadi Rp 752 miliar. Jumlah ini jika dibandingkan dengan jumlah
pendapatan kuartalan angkanya lebih rendah 28%.
Saldo uang muka pelanggan jika dibandingkan dengan pendapatan tahunan adalah sebesar 112%.
Saldo uang muka pelanggan jika dibandingkan dengan pendapatan tahunan adalah sebesar 112%.
Pada
harga terakhir sebesar Rp 1.130 (3/4/14), SMRA dihargai dengan rasio
PER sebesar 14,79 berdasarkan EPS tahun 2013 dan rasio PBV-nya adalah
sebesar 3,68 berdasarkan nilai buku per lembar per 31 Desember 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar