PT Ciputra Development Tbk (CTRA)
mencetak kinerja keuangan yang sangat memuaskan pada tahun 2013 dibandingkan
dengan tahun 2012. Kinerja pada Q4 2013 jika dibandingkan dengan Q3
2013 juga masih terjaga dengan baik. Namun nampaknya CTRA
juga dihadapi pada tantangan pemasaran penjualan yang mulai berat yang
ditandai dengan turunnya arus kas dari pelanggan walaupun
saldo uang muka yang diterima masih mencatat kenaikan.
Pendapatan
pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 tercatat naik sebesar 53%
menjadi Rp 5,077 triliun yang diiringi dengan kenaikan laba kotor
sebesar 53% menjadi Rp 2,546 triliun. Laba usaha meningkat 68% menjadi
Rp 1,652 triliun. Laba sebelum pajak tumbuh 66% menjadi Rp 1,709 triliun.
Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk
akhirnya bertambah 66% menjadi Rp 977 miliar.
Secara
kuartalan, pendapatan turun 12% menjadi Rp 1,215 triliun. Namun laba
kotor naik 10% karena tingginya margin menjadi Rp 698 miliar. Laba usaha naik 5% menjadi
Rp 457 miliar sedangkan laba sebelum pajak tumbuh 8% menjadi Rp 473
miliar. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas
induk nyaris tidak berubah di angka Rp 274 miliar.
Saldo
persediaan tahun 2013 dibandingkan dengan
tahun 2012 naik 48% menjadi
Rp 4,892 triliun. Secara kuartalan angka tersebut masih naik 18%.
Saldo uang muka yang diterima secara tahunan naik 50% menjadi Rp 5,927 triliun dan secara kuartalan naik sebesar 19%.
Rasio
GPM secara tahunan terjaga kuat di level 50,16%. Secara kuartalan naik kencang menjadi 57,44% dari 45,90%.
Rasio NPM secara tahunan naik menjadi 19,24% dari 17,73% dan secara kuartalan naik menjadi 22,54% dari 19,80%
Rasio
DER pada tahun 2013 adalah sebesar 106% meningkat dibandingkan dengan 77% pada
tahun 2012. Hutang finansial membengkak sebesar 85% menjadi Rp 2,728
triliun. Namun tingginya saldo kas masih membebaskan CTRA dari beban bunga.
CTRA pada tahun 2013 tercatat masih cukup agresif dalam investasi. Tercatat arus kas untuk investasi masih cukup tinggi dibandingkan dengan tahun 2012 walaupun menurun sedikit sebesar 6% menjadi Rp 1,646 triliun.
Saldo tanah untuk pengembangan tercatat naik 52% menjadi Rp 3,402 triliun. Aset tetap naik 43% menjadi Rp 1,779 triliun. Sedangkan properti investasi naik sebesar 12% menjadi Rp 3,552 triliun.
CTRA pada tahun 2013 tercatat masih cukup agresif dalam investasi. Tercatat arus kas untuk investasi masih cukup tinggi dibandingkan dengan tahun 2012 walaupun menurun sedikit sebesar 6% menjadi Rp 1,646 triliun.
Saldo tanah untuk pengembangan tercatat naik 52% menjadi Rp 3,402 triliun. Aset tetap naik 43% menjadi Rp 1,779 triliun. Sedangkan properti investasi naik sebesar 12% menjadi Rp 3,552 triliun.
Rasio ROE pada tahun 2013 adalah 15% dibandingkan dengan 11% pada tahun 2012.
Kas
masuk dari pelanggan secara tahunan naik kencang sebesar 44% menjadi Rp 7,015
triliun dan secara kuartalan tercatat mengalami kemunduran sebesar 34%
mejadi Rp 1,369 triliun. Jumlah ini jika dibandingkan dengan jumlah
pendapatan kuartalan angkanya masih lebih tinggi 13%.
Saldo uang muka pelanggan jika dibandingkan dengan pendapatan tahunan adalah sebesar 138%.
Saldo uang muka pelanggan jika dibandingkan dengan pendapatan tahunan adalah sebesar 138%.
Pada
harga terakhir sebesar Rp 1.180 (4/4/14), CTRA dihargai dengan rasio
PER sebesar 18,32 berdasarkan EPS tahun 2013 dan rasio PBV-nya adalah
sebesar 2,81 berdasarkan nilai buku per lembar per 31 Desember 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar