Selasa, 14 Januari 2014

BKSL - Analisis Laporan Q3 2013

Selama 9M 2013 BKSL (PT Sentul City Tbk) mencetak kinerja yang cukup buruk dibandingkan dengan 9M 2012. Penjualan tercatat naik sebesar 12% menjadi Rp 612,896 miliar. Laba usaha tercatat turun sebesar 61% menjadi Rp 85,141 miliar. Laba bersih yang diatribusikan untuk pemilik entitas induk tercatat naik luar biasa sebesar 313% menjadi Rp 751,254 miliar. Namun kenaikan ini disebabkan oleh adanya pendapatan lain-lain berupa laba kepemilikan sebelumnya atas investasi pada entitas asosiasi dan laba dari goodwill negatif yang berasal dari akuisisi anak perusahaan dengan jumlah keseluruhan sebesar Rp 726 miliar.

Secara kuartalan, pada Q3 2013 BKSL masih mencatat penurunan penjualan yang signifikan sebesar 74% menjadi Rp 76,808 miliar. BKSL mencatat kerugian usaha dan rugi bersih selama Q3 2013. Kerugian usaha tercatat sebesar Rp 165,566 miliar dibandingkan dengan keuntungan di Q2 2013 sebesar Rp 142,643 miliar.

BKSL  selama 9M 2013 mencetak kenaikan saldo uang muka dari pelanggan sebesar 302% menjadi sebesar Rp 1,143 triliun dibandingkan dengan 12M 2012. Arus kas masuk juga tercatat naik sebesar 68% menjadi menjadi Rp 1,330 triliun dibandingkan dengan 9M 2012.

Selama Q3 2013 BKSL mencatat kenaikan saldo uang muka dari pelanggan dibandingkan dengan Q2 2013 yaitu naik sebesar 29%. Arus kas masuk dari pelanggan tercatat naik besar sebesar 117% menjadi Rp 678,692 miliar.

Rasio ROE BKSL tercatat naik signifikan menjadi 18% selama 9M 2013 dari 12M 2012 yang sebesar 4%. Hal ini tentunya disebabkan oleh tingginya laba bersih yang bersumber dari pendapatan lain-lain.

Rasio GPM tercatat naik selama 9M 2013 menjadi 63,41% dari 54,20% pada 9M 2012 dan NPM naik besar menjadi 117,70% dari 33,22%.

Adanya kenaikan signifikan dari saldo-saldo neraca (posisi keuangan) pada laporan BKSL per 30 September 2013 dibandingkan dengan per 31 Desember 2012 disebabkan terutama karena konsolidasi atas laporan PT Bukit Jonggol Asri pada laporan per 30 September 2013. Sedangkan pada laporan per 31 Desember 2012 tidak dikonsolidasikan.

Dengan harga terkini Rp 161, valuasi BKSL masih terlihat cukup murah karena cuma dihargai dengan PBV sebesar 0,90. berdasarkan book value per 30 September 2013.

Investor perlu mencermati manajemen dari BKSL mengingat kinerja pada Q3 2013 menunjukkan adanya "kemalasan" yang luar biasa sehingga penjualan bisa merosot segitu besar. Penjualan yang merosot tentunya disebabkan oleh penyelesaian pembangunan unit yang terlalu lamban.

Persediaan besar yang tercatat pada neraca BKSL pada kenyataannya sebagian besar masih berupa lahan yang siap dikembangkan yaitu sebesar Rp 5,032 triliun dari jumlah seluruh persediaan Rp 5,117 triliun. Cuma tersedia rumah hunian dalam penyelesaian sebesar Rp 82,5 miliar.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar