Minggu, 19 Januari 2014

GJTL - Analisis Laporan Keuangan Q3 2013


Pada Q3 2013 GJTL (PT Gajah Tunggal Tbk) mencetak kinerja penjualan yang tidak begitu bagus dibandingkan dengan Q2 2013. Penjualan tercatat turun sebesar 4% menjadi Rp 2,980 triliun. Laba kotor mengalami penurunan sebesar 2% namun laba sebelum pajak turun sebesar 303%. Laba bersih yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk otomatis juga mengalami penurunan dan tercatat sebesar 321% menjadi rugi Rp 253,873. Penurunan laba sebelum pajak dan laba bersih tersebut terutama disebabkan oleh besarnya kerugian selisih kurs yang diderita pada Q3 2013, yaitu sebesar Rp 590,711 miliar dibandingkan dengan Q2 2013 sebesar Rp 77,571 miliar.

Jika dibandingkan kinerja selama 9M 2013 dengan 9M 2012, penjualan tercatat juga mengalami penurunan yaitu sebesar 3% menjadi Rp 9,108 triliun. Namun laba kotor meningkat sebesar 8% dan laba sebelum pajak turun sebesar 74% serta laba bersih yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk juga turun sebesar 74% menjadi Rp 205,64 miliar. Penurunan laba sebelum pajak dan laba bersih ini juga banyak disumbangkan oleh kerugian selisih kurs pada Q3 2013 tersebut di atas.

Namun apabila kita membuang kerugian selisih kurs dan juga pendapatan lain-lain (dengan asumsi pajak penghasilan sebesar 25%), maka pada Q3 2013 sebenarnya laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk hanya turun sebesar 10% sebesar Rp 162,993 miliar. Sedangkan sampai dengan 9M 2013, laba tersebut sebenarnya hanya turun sebesar 17% menjadi Rp 496,647 miliar.

Hal lain yang juga harus mendapat perhatian besar adalah naiknya beban keuangan. Selama 9M 2013, beban keuangan tercatat naik sebesar 48% menjadi Rp 418,799 miliar dibandingkan dengan 9M 2012. Secara kuartalan, beban keuangan tercatat juga naik sebesar 6% menjadi Rp 136,538 miliar.

Selain naik, beban keuangan juga mencatat porsi yang besar dibandingkan dengan laba bersih. Tercatat selama 9M 2013, rasio beban keuangan terhadap laba bersih yang telah disesuaikan sebesar 0,84 dibandingkan dengan 9M 2012 sebesar 0,48.

Rasio DER yang tinggi juga menjadi perhatian karena tingginya hutang finansial telah menyebabkan tingginya beban keuangan. Rasio DER pada 30 September 2013 tercatat sebesar 1,52 yang mana lebih tinggi daripada 31 Desember 2013 yang tercatat sebesar 1,35.

Rasio GPM tercatat naik selama 9M 2013 menjadi 19,93% dari 17,96% pada 9M 2012. Pada Q3 hanya tercatat naik tipis 19,57% dari 19,57% di Q2 2013. Rasio NPM (yang disesuaikan) mengalami penurunan tipis pada Q3 2013 menjadi sebesar 5,47% dan selama 9M 2013 mengalami penurunan tipis menjadi 5,45%.

Tingkat ROE yang disesuaikan selama 9M 2013 tercatat hanya sebesar 11%. Tingkat rasio ini tentunya kurang menarik.

Prospek emiten ini masih terlihat cukup baik diukur dari besarnya pengeluaran kas untuk perolehan aset tetap selama 9M 2013. Aset tetap tercatat naik sebesar 1% dibandingkan dengan tahun 2012.

Rasio pengeluaran kas untuk perolehan aset tetap tersebut dibandingkan dengan aset tetap, selama 9M 2013 tercatat sebesar 0,11.

Dengan harga terakhir (17/1/14) sebesar Rp 1.830, emiten ini diperdagangkan dengan PER sebesar 9,63 berdasarkan EPS (yang disesuaikan) selama 9M 2013 yang disetahunkan. Rasio PBV menunjukkan angka sebesar hanya 1,11 berdasarkan nilai buku per lembar per 30 September 2013.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar