Analisis Laporan Keuangan PT Budi Starch & Sweetener Tbk (BUDI)
Q2 2014
Tahunan
Perusahaan mencetak
kenaikan pendapatan
sebesar 26%. Di sisi beban pokok, beban bertambah sebesar 21% sehingga laba kotor melesat sebesar 76%. Di sisi lain, beban usaha meningkat sebesar 35% sehingga laba usaha bertambah sebesar 141%. Kombinasi
dari beban keuangan, laba-rugi selisih kurs, dan lain-lain yang meningkat
sebesar 120% menyebabkan laba sebelum pajak meningkat sebesar 194%. Pada
akhirnya laba bersih tumbuh sebesar 342% karena pajak penghasilan yang berkurang
sebesar 61%. Bagian laba untuk kepentingan non-pengendali yang meningkat
sebesar 775% menyebabkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik
entitas induk tumbuh sebesar 164%. Perusahaan mengalami kerugian selisih kurs
yang signifikan pada periode ini dan juga pada periode sebelumnya. Jika
disesuaikan, laba bersih akan bertambah sebesar 179%.
Rasio
GPM mengembang menjadi 12,80% dari 9,13%.
Saldo
aset tetap bertambah
sebesar 4%. Besarnya aset tetap ini diharapkan dapat mendukung pertumbuhan pendapatan
jangka panjang perusahaan.
Perusahaan
mempunyai hutang finansial yang meningkat sebesar 25%. Beban keuangan bertambah
sebesar 27%. Beban keuangan merupakan beban yang berpengaruh signifikan terhadap laba bersih.
Pengeluaran
kas untuk investasi mengalami kenaikan sebesar 104%. Jika dibandingkan dengan
jumlah aset tidak lancar, pengeluaran tersebut setara dengan 22% berbanding 11%
pada periode sebelumnya.
Kas
neto yang diterima dari aktivitas operasi cukup besar dan lebih tinggi daripada
laba bersih. Sayangnya, kas tersebut tampaknya belum mencukupi untuk mendanai
aktivitas investasi perusahaan sehingga perusahaan masih harus meminjam dari
pihak lain.
Kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba jika dibandingkan dengan jumlah dana
pemegang saham adalah cukup rendah karena rasio ROE hanya sebesar 6% berbanding
2% pada periode sebelumnya.
Kuartalan
Perusahaan meraih pendapatan stabil Di sisi beban pokok, beban bertambah sebesar 3% sehingga laba kotor terpangkas sebesar 23%. Di sisi lain, beban usaha menyusut sebesar 7% sehingga laba usaha berkurang sebesar 36%. Kombinasi
dari beban keuangan, laba-rugi selisih kurs, dan lain-lain yang meningkat pesat
menimbulkan rugi sebelum pajak berbanding laba sebelum pajak pada periode
sebelumnya. Pada akhirnya rugi bersih meningkat karena pajak penghasilan yang berkurang
sebesar 48%. Kemudian perusahaan mengalami rugi bersih yang dapat diatribusikan
kepada pemilik entitas induk berbanding laba bersih pada periode sebelumnya. Perusahaan
mengalami kerugian selisih kurs yang signifikan pada periode ini dan mendulang
keuntungan selisih kurs yang signifikan pada periode sebelumnya. Jika
disesuaikan, perusahaan nyaris tidak beroleh laba bersih dengan penurunan 100%.
Rasio
GPM menyusut menjadi 10,81% dari 13,99%. Diharapkan pada periode selanjutnya rasio ini
dapat meningkat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar