Analisis Laporan Keuangan PT Jasuindo Tiga Perkasa Tbk (JTPE) Q2
2014
Tahunan
Perusahaan mencetak
kenaikan penjualan
sebesar 80%. Di sisi beban pokok, beban bertambah sebesar 87% sehingga laba kotor melesat sebesar 59%. Di sisi beban usaha dan pendapatan-beban lain, beban meningkat sebesar
87% sehingga laba usaha tumbuh sebesar 37%. Di sisi lain, beban keuangan meningkat sebesar 140% sehingga laba sebelum pajak tumbuh sebesar 23%.
Pada akhirnya laba bersih naik sebesar 32% karena pajak penghasilan yang berkurang
sebesar 2%. Kemudian laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik
entitas induk meningkat sebesar 24%. Perusahaan mengalami kerugian selisih kurs
yang signifikan pada periode ini dan juga pada periode sebelumnya. Jika
disesuaikan, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk
akan naik sebesar 55%.
Rasio
GPM menyusut menjadi 23,24% dari 26,24%.
Saldo
aset tetap bertambah
sebesar 15%. Penambahan ini diharapkan dapat menopang pendapatan jangka panjang
perusahaan.
Hutang
finansial berlipat sebesar 107%. Beban keuangan berlipat sebesar 140%. Beban
keuangan merupakan beban yang
berpengaruh signifikan terhadap laba bersih.
Pengeluaran
kas untuk investasi menyusut sebesar 16%. Jika dibandingkan dengan jumlah aset
tidak lancar, pengeluaran tersebut setara dengan 22% berbanding 29% pada
periode sebelumnya.
Kuartalan
Perusahaan mencetak
kenaikan penjualan
sebesar 69%. Di sisi beban pokok, beban bertambah sebesar 48% sehingga laba kotor melesat sebesar 146%. Di sisi beban usaha dan pendapatan-beban lain, beban meningkat sebesar
314% sehingga laba usaha tumbuh sebesar 35%. Di sisi lain, beban keuangan meningkat sebesar 194% sehingga laba sebelum pajak tergerus sebesar
15%. Pada akhirnya laba bersih naik sebesar 35% karena timbulnya manfaat pajak
penghasilan berbanding beban pajak penghasilan pada periode sebelumnya. Kemudian
laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk terpangkas
sebesar 18% dikarenakan tingginya bagian laba bersih untuk kepentingan
non-pengendali. Perusahaan mengalami kerugian selisih kurs yang signifikan pada
periode ini dan mendulang keuntungan selisih kurs yang signifikan pada periode
sebelumnya. Jika disesuaikan, akan
timbul laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk
berbanding rugi bersih pada periode sebelumnya.
Rasio
GPM meningkat tinggi menjadi
31,81% dari 21,87%. Sayangnya keuntungan ini harus tertutup dengan
kenaikan beban usaha, beban keuangan dan bagin laba untuk kepentingan
non-pengendali sehingga laba bersih yang dihasilkan tidak maksimal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar